“Rombak Bait Allah ini…”
Ketika Yesus Kristus membersihkan Bait Allah dari para pedagang di dalam Yohanes 2, Dia membuat diri-Nya menjadi musuh beberapa kelompok orang. Yang pertama tentu saja para pedagang. Tetapi bukan respons mereka yang dicatat oleh Yohanes. Justru respons dari orang-orang Yahudi yang dicatat oleh Yohanes. Orang-orang Yahudi yang dimaksudkan di sini adalah pemimpin-pemimpin agama yang mempunyai otoritas di Bait Suci, Yerusalem, sebagaimana dapat kita lihat dalam Yohanes 1:19. Mereka inilah yang protes terhadap apa yang dilakukan Tuhan Yesus, tetapi mereka tidak marah karena Tuhan mengusir para pedagang. Mereka juga tidak mempertanyakan apakah tindakan Tuhan Yesus benar atau tidak, yang mereka pertanyakan adalah mengenai otoritas. Mengapa Yesus berani melakukan hal ini? Siapakah Dia? Apakah Dia mempunyai otoritas untuk hal ini? Coba perhatikan pertanyaan mereka. Mengapa mereka lebih memerhatikan tanda otoritas? Karena mereka menentang pendapat yang mulai banyak menyebar di tengah-tengah orang banyak bahwa Yesus adalah Mesias. Pertentangan dari para petinggi inilah bukti bahwa kisah pengusiran para pedagang ini terjadi pada kunjungan terakhir Tuhan Yesus di Yerusalem. Karena mereka sudah mempunyai kebencian kepada Yesus yang dikatakan sebagai Mesias inilah maka mereka minta tanda dari Tuhan Yesus mengenai otoritas-Nya.
Jawaban Tuhan Yesus pada bagian ini adalah jawaban yang terdengar aneh. Apakah tandanya? Tandanya adalah: rombak Bait Suci ini dan Dia akan dirikan dalam tiga hari. Ketika orang-orang Yahudi meminta Yesus untuk membuktikan identitas-Nya sebagai Mesias, jawaban yang diberikan Tuhan Yesus selalu merujuk kepada kematian dan kebangkitan-Nya. Tanda apakah yang dapat Kau berikan? Kepada angkatan ini tidak diberikan tanda apa pun kecuali tanda Nabi Yunus (Mat. 12:39-40). Seperti Yunus di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam demikian juga Anak Manusia akan berada di dalam perut bumi tiga hari tiga malam. Mengapa tanda kematian dan kebangkitan-Nya? Sebab inilah puncak dari karya Kristus datang ke bumi ini. Tanda apakah yang membuktikan bahwa Engkau adalah Mesias? Kematian dan kebangkitan. Ini adalah tanda yang tidak diharapkan oleh orang-orang Israel. Mereka belum sadar kalau Mesias itu datang untuk menderita dan mati. Setiap orang yang belum sadar panggilan Kristus tidak akan mungkin menjadi Kristen sejati. Kristus datang ke dunia untuk menuju ke kayu salib.
Apakah tanda Mesias yang sejati itu? Tanda Mesias yang sejati adalah kematian mendahului kebangkitan. Kemiskinan mendahului kekayaan. Penderitaan mendahului kemenangan. Kehinaan mendahului kemuliaan. Pdt. Dr. Stephen Tong mengatakan bahwa tanpa salib tidak ada kemuliaan. No cross no glory. Orang-orang yang hanya mau glory, hanya mau sehat, hanya mau berkat, hanya mau kenikmatan, hanya mau kelimpahan, mereka tidak mungkin bisa mengerti mengapa Kristus rela menderita. Orang Yahudi menanyakan tanda. Mereka mengira jawaban yang diberikan oleh Yesus adalah demonstrasi kuasa. Mungkin mujizat, atau api yang turun dari langit, atau suara yang menggelegar dari langit, tetapi tidak ada hal-hal itu. Tidak ada api, tidak ada suara apa pun dari langit. Yang ada hanyalah seruan Yesus Kristus, “Rombaklah Bait Allah ini! Rombaklah tubuh-Ku!”
Tanda yang diucapkan Tuhan Yesus bukan saja menyatakan puncak dari karya-Nya di bumi ini, tetapi juga menyatakan pengenalan Tuhan Yesus atas orang-orang Yahudi itu. Dalam Yohanes 2:25 dikatakan bahwa tidak seorang pun yang perlu memberi kesaksian kepada Tuhan Yesus tentang orang lain karena Dia sudah tahu apa yang ada di dalam hati manusia. Dia juga tahu kebencian yang ada di dalam hati para pemimpin Yahudi itu – kebencian yang begitu besar sehingga mereka ingin membunuh Dia. Maka perkataan Tuhan Yesus walaupun tidak dimengerti oleh mereka, adalah sangat relevan. Mereka memang begitu membenci Tuhan Yesus sehingga mereka ingin membunuh Dia. Mengapakah mereka begitu membenci Tuhan Yesus? Dia tidak pernah berbuat kesalahan apa pun kepada mereka. Mereka membenci karena iri, mereka membenci popularitas yang didapatkan Tuhan Yesus. Benci, iri hati, niat membunuh, dan akhirnya pembunuhan. Sama seperti ketika Kain membenci Habel, Tuhan memberi peringatan kepada dia untuk menguasai perasaannya karena dosa sudah mengintip untuk menguasai dia. Orang yang begitu gampang dikuasai amarah adalah orang yang sangat kasihan. Amarahnya akan menguasai dia dan akhirnya mengubahnya menjadi seorang pembunuh.
Tetapi mengapakah mereka bisa membenci Tuhan Yesus? Tuhan Yesus datang ke dalam dunia untuk menyatakan Bapa kepada manusia, dan karena itu kebencian yang mereka luapkan kepada Kristus adalah kebencian manusia berdosa kepada Allah. Dosa tidak hanya dilihat dari kerusakan moral yang terjadi. Dosa harus dilihat dari dalam. Dosa adalah kerusakan yang membuat manusia membenci Allah. Dalam Roma 1:18-32, Paulus mengatakan bahwa dosa adalah menolak Allah, kerusakan moral, dan kebencian kepada Allah. Kebencian inilah yang dinyatakan oleh kebencian orang-orang Yahudi kepada Tuhan Yesus. Setiap manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa memiliki kebencian yang sama. Manusia membenci otoritas yang ada pada Allah. Manusia membenci kesucian Allah. Manusia membenci firman Allah. Bahkan manusia membenci anugerah yang diberikan Allah. Keberdosaan manusia membuat manusia ingin menghina Tuhan dengan menginjak-injak semua pernyataan kemuliaan Tuhan. Mengapakah manusia bertindak mirip binatang? Mengapakah manusia hidup dalam kemabukan dan pesta pora? Karena ingin menghina kemuliaan gambar Allah, yaitu manusia itu sendiri. Semakin manusia hidup tidak karuan, semakin kemuliaan Allah di dalam gambar-Nya menjadi tercoreng. Semakin manusia menyenangi hal yang rusak semakin mereka jauh dari kerohanian sejati yang mengucap syukur kepada Allah atas keindahan yang Allah nyatakan di dalam ciptaan-Nya.
Alkitab merupakan buku refleksi bagi setiap kita. Kita membaca Alkitab dan kita dibukakan fakta mengenai betapa rusaknya manusia. Manusia bukan saja rusak karena dia melakukan tindakan yang berdosa, tetapi lebih dari itu, dia sudah rusak karena dia membenci Allah. Orang-orang Yahudi membenci Tuhan Yesus. Tanpa mereka sadari kebencian ini adalah kebencian mereka kepada Allah yang diluapkan kepada Tuhan Yesus. Tetapi jangan lupa bahwa kita semua pun awalnya adalah orang-orang seperti itu. Kita ini adalah pembenci-pembenci Allah. Kita tidak suka kalau Dia memiliki otoritas di dalam hidup kita. Kita tidak suka kalau Dia memberi perintah dan teguran. Tetapi heran, begitu besar kasih Allah sehingga Dia justru membiarkan kebencian itu menjadi cara Anak Tunggal-Nya mati untuk menebus dosa. Tuhan Yesus mengatakan kepada orang-orang Yahudi itu, “Rombaklah Bait Allah ini!” Ini seperti suatu tantangan dari Tuhan Yesus kepada mereka yang memang ingin membunuh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus tahu apa yang ada dalam hati manusia. Dia tahu pembenci-pembenci-Nya ingin sekali membunuh Dia. Dia juga tahu bahwa Bapa-Nya akan memakai cara ini untuk Dia mati menebus dosa manusia. Mati dalam keadaan dihina oleh pembenci-pembenci-Nya. Mati dengan dianggap sebagai pendosa yang besar. Dia memang mati karena dosa, tetapi Dia mati bukan karena dosa-Nya sendiri. Dia mati karena dosa kita. Dia mati dengan cara demikian supaya kita tahu berapa berat dosa kita. Begitu besar Tuhan membenci dosa sehingga Kristus menebus dosa kita dengan cara yang demikian hina dan seperti dikatakan Yohanes 3, karena begitu besar kasih Allah maka Kristus datang ke dalam dunia ini. Ketika Dia mati, Dia mati sebagai orang hina yang dihukum.
“…Aku Akan Mendirikannya Kembali”
Tetapi Kristus tidak hanya mengatakan bahwa Dia akan mati. Dia juga menyatakan bahwa Dia akan bangkit kembali. Dia akan mendirikan kembali bait yang dirombak itu. Ternyata perombakan bait dan didirikannya kembali bait mempunyai penjelasan yang sangat panjang di dalam Perjanjian Lama. Panjang karena ternyata dibangunnya kembali Bait Allah tidak hanya berkait dengan bangunan fisik yang ada di kota Yerusalem, tetapi berkait dengan mimpi Nebukadnezar di dalam Kitab Daniel. Nebukadnezar? Apakah kaitan dia dengan Bait Allah yang dibangun kembali? Bukankah dia lebih tepat dikaitkan dengan keruntuhan Bait Allah? Ternyata mimpi Nebukadnezar mengenai batu yang lepas tanpa perbuatan tangan manusia itu memiliki kaitan dengan Bait Allah. Seorang bernama André LaCocque menafsirkan bahwa batu yang lepas tanpa perbuatan tangan manusia itu identik dengan sebutan bagi bukit Sion, yaitu “bait yang tidak dibuat oleh tangan manusia” (Yes. 14:32; 28:16). Itulah sebabnya pembangunan Bait Allah pada zaman Salomo dilakukan tanpa adanya pekerjaan memahat atau membentuk batu di daerah bait itu. Ini merupakan simbol bahwa batu yang dipakai bukanlah dibentuk oleh tangan manusia.[1] Selain itu, Bait Allah dan bukit Sion sering diidentikkan (Yes. 2:3; Yer. 26:18; Mi. 4:1; Maz. 15:1). Jika demikian, batu yang terungkit tanpa perbuatan manusia, kemudian gunung yang muncul dan memenuhi seluruh bumi setelah menghancurkan patung yang melambangkan empat kerajaan besar dunia di dalam Daniel 2 adalah identik dengan Bait Allah? Ya. Sebab dengan melihat kaitan-kaitan inilah baru kita dapat memahami bagaimana batu ini (yang kemudian disebut gunung) dapat menghancurkan kerajaan ke-4 dan memenuhi seluruh bumi. Jika batu dan gunung yang dimaksudkan itu adalah Bait Allah, dan Kristus menyatakan bahwa Bait Allah, yaitu tubuh-Nya sendiri, akan dibangun kembali, maka itu berarti Kristuslah yang akan menghancurkan kerajaan ke-4 dan yang Kerajaan-Nya akan memenuhi seluruh bumi dalam nubuat Daniel itu.
Jika demikian maka itu berarti Kerajaan Kristuslah yang akan dibangkitkan kembali ketika Dia membangun kembali Bait yang telah dirombak dan dirobohkan itu. Bukan hanya tubuh-Nya yang mati bangkit kembali, tetapi kebangkitan-Nya menjadi penggenapan batu yang dibentuk bukan oleh tangan manusia. Kebangkitan-Nya adalah tanda bangkitnya Kerajaan baru yang akan menaklukkan bangsa-bangsa dan menguasai seluruh bumi dengan hikmat dan kebenaran Allah. Tetapi Geerhardus Vos mengingatkan kita bahwa penaklukan yang dilakukan oleh Kristus dan Kerajaan-Nya bukan hanya terhadap bangsa-bangsa, melainkan juga terhadap dosa dan kematian. Setelah Kristus dan Kerajaan-Nya menaklukkan segala kuasa jahat, maka Dia akan menyerahkan Kerajaan-Nya itu kembali kepada Allah Bapa sebagai tanda kebertundukkan-Nya sebagai Gambar Allah yang sejati, yang mewakili seluruh umat manusia untuk tunduk kepada Allah.[2]
Kerajaan ini merupakan kerajaan yang akan menyatakan kembali dominasi Allah atas seluruh bumi. Tuhan yang bertakhta di sorga akan mengambil alih kembali kuasa di bumi sebagaimana seharusnya. Tuhan yang sepertinya membiarkan bumi tunduk kepada kuasa pemberontakan si jahat ternyata tidak pernah berhenti merancangkan kembali keselamatan, yaitu pemulihan seluruh bumi sebagai bagian dari Kerajaan Allah di mana Allah bertakhta atas segala sesuatu. Dia membiarkan kerajaan demi kerajaan bangkit, tetapi perhatian-Nya tertuju pada umat-Nya yang dikasihi. Tetapi ketika umat-Nya itu terus memberontak, maka Dia menyerahkan umat-Nya itu ke dalam tangan bangsa-bangsa lain. Berapa lamakah bangsa-bangsa lain akan terus berkuasa atas umat-Nya? Hanya hingga Sang Tunas dari Isai, yaitu Kristus Sang Anak Daud, muncul dari umat-Nya yang telah ditimpa kebinasaan (Yes. 6:13). Inilah yang Tuhan rancangkan di dalam sejarah. Tetapi, selain membahas tentang Allah yang bertakhta atas segala sesuatu dan yang merancangkan keselamatan bagi umat-Nya, Alkitab juga menyatakan bahwa kedatangan Kerajaan Kristus ini adalah untuk menyatakan kebenaran dan keadilan di tengah-tengah dunia ini (Maz. 45:5-8). Dengan demikian kedatangan Kerajaan Kristus itu tidak hanya membuat relasi antara umat Tuhan dengan Tuhan menjadi penuh dengan kasih, tetapi juga menyatakan keadilan, kebenaran, dan kesucian Tuhan di tengah-tengah bumi ini. Tetapi kapankah ini terjadi? Kerajaan itu, menurut nubuat Daniel 2 dan 7, akan muncul setelah kerajaan ke-4 bertakhta. Kerajaan ke-4 merupakan kerajaan besar yang melanjutkan dominasi bangsa-bangsa kafir atas umat Tuhan. Dimulai dengan penjajahan Babel atas Israel, bangsa-bangsa besar terus menundukkan umat Tuhan hingga pada saat di mana Bait Allah, yaitu Kristus, dirombak, tetapi didirikan kembali untuk memenuhi seluruh bumi.
Keempat Kerajaan
Sejarah 4 kerajaan itu sendiri dimulai ketika Nebukadnezar, raja Babel, merobohkan Bait Allah dalam penaklukannya atas Yerusalem. Tetapi setelah itu Kerajaan Babel sendiri sejak matinya Nebukadnezar menjadi makin lemah. Mereka diperintah oleh raja-raja yang lemah sehingga mempercepat kehancurannya. Ewil-Merodakh, anak Nebukadnezar, menjadi raja menggantikan ayahnya ketika dia mati (2Raj. 25:27-30). Setelah itu dia dibunuh oleh adik iparnya sendiri, Neriglissar (Nergal-Sarezer, mantan panglima Nebukadnezar dalam Yer. 39:13). Setelah memerintah hanya sekitar 3 tahun, dia pun mati dan digantikan oleh anaknya yang masih muda, yaitu Labasi-Marduk. Karena dianggap tidak sanggup menjadi raja, anak yang masih muda ini dipukul oleh sekelompok orang hingga mati. Labasi-Marduk hanya memerintah selama 9 bulan. Kematian Labasi-Marduk ini mengakhiri dinasti Nabopolasar (ayah Nebukadnezar). Orang-orang Babel pun mengangkat Nabonidus untuk naik takhta. Nabonidus ternyata lebih suka bepergian ke bangsa-bangsa jajahan Babel untuk melihat dan mempelajari budaya mereka. Dia juga sangat senang mengunjungi kuil-kuil berhala dan bahkan membantu pembangunannya di daerah-daerah jajahan itu. Karena begitu jarang ada di Babel, maka anaknya, yaitu Belsyazar (Dan. 5:1) menggantikan dia dalam memerintah Babel. Itulah sebabnya ketika Daniel diberikan kekuasaan tertinggi, dia disebut sebagai orang ketiga (Dan. 5:29). Orang pertama adalah Nabonidus, orang kedua adalah Belsyazar, anaknya, dan orang ketiga adalah Daniel.
Pada zaman Nabonidus dan Belsyazar inilah Persia menyerang Babel. Di bawah pimpinan Gubaru, seorang panglima Koresh, Babel pun jatuh ke tangan Persia tanpa adanya perlawanan yang berarti. Koresh, raja Persia, adalah seorang dengan bakat politik dan kenegaraan yang sangat luar biasa. Dia dengan jenius menetapkan pemimpin-pemimpin di daerah-daerah taklukan yang dinamai Satrap. Jika kebijakan Babel adalah mengumpulkan orang-orang dari daerah jajahan, maka Koresh justru memulangkan mereka dan mendirikan pemerintahan pendudukan Persia (Satrap) di daerah itu. Karena rencana penaklukannya yang begitu gencar sangat menyita perhatian, maka pemerintahan atas Babel baru dipegang Koresh setelah 14 bulan Babel ditaklukkan. Sebelum dia sendiri mengatur pemerintahan Babel, Gubaru, jenderal yang memimpin penaklukanlah yang diangkatnya menjadi raja Babel. Gubaru mati setelah 14 bulan menjadi raja Babel, dan barulah Koresh sendiri yang mengambil posisi sebagai raja Babel.
Raja Babel selama 14 bulan pertama itu, yaitu Gubaru, adalah seorang Media yang oleh Daniel disebut Darius orang Media (Dan. 6:1). Dikatakan bahwa Gubaru (atau Darius) menerima pemerintahan ketika ia berumur 62 tahun. Dari siapakah dia menerima pemerintahan itu? Dari Koresh. Darius hanya memerintah satu tahun lebih (14 bulan) sebelum akhirnya dia mati. Setelah kematiannya itulah Koresh memerintah langsung atas Babel, dan pada tahun pertama pemerintahannya atas Babel itulah dia memerintahkan kepada orang Israel untuk pulang ke tanah mereka dan kembali membangun Bait Allah di Yerusalem (Ezr. 1:3). Doa Daniel dalam Daniel 9:1-4 yang memohon supaya orang Israel diizinkan pulang dari Babel ke tanah Israel terjadi satu tahun sebelum peristiwa Koresh memerintahkan orang Israel pulang. Setelah 29 tahun bertakhta (559-530 SM) dan menjadikan Persia kerajaan yang sangat besar, melampaui semua kerajaan sebelumnya, Koresh pun mati.
Setelah Koresh mati, Kambises, anaknya, menggantikan dia menjadi raja. Kambises memerintah selama 8 tahun (530-522 SM). Kambises kemudian digantikan oleh Gaumata, yang membangkitkan pemberontakan di tengah-tengah Kerajaan Persia. Karena kekacauan yang ditimbulkannya, maka Gaumata pun dibunuh. Setelah dia mati, Darius, yang masih keturunan dinasti Akhaemenes (sama seperti Koresh), menjadi raja atas Persia. Darius ini bukanlah Darius dalam Kitab Daniel, yang adalah orang Media, yang telah dibahas di atas. Darius ini adalah Darius raja Persia, merupakan keturunan Persia dan memerintah dari tahun 522-486 SM. Raja ini tercatat di dalam Ezra, Hagai, dan Zakaria. Setelah Darius, maka Ahasyweros, anaknya, menjadi raja Persia. Inilah raja yang tercatat di dalam Kitab Ester. Ahasyweros ini adalah raja Persia yang menjadi raja pada masa puncak Kerajaan Persia. Sejak zaman Koresh hingga Darius, kerajaan ini tidak pernah berhenti memperluas daerahnya. Kerajaan demi kerajaan di daerah sungai Efrat hingga Mesir terus ditaklukkan dan dikuasai. Mereka juga bahkan menaklukkan India di dalam pertempuran pada tahun 516 SM dan Yunani pada tahun 547 SM. Tetapi dalam zaman Ahasyweroslah puncak kekuatan Persia. Dalam zaman ini Persia telah menaklukkan 127 kerajaan dari India hingga Etiopia. Ahasyweros menjadi raja pada tahun 486-465 SM. Setelah dia, Artahsasta menjadi raja pada tahun 464-424 SM. Raja ini dicatat di dalam Ezra 4:7. Raja inilah yang melarang orang Israel melanjutkan pembangunan bait suci mereka, tetapi kemudian mengizinkannya kembali pada waktu Nehemia menjadi juru minumnya (Neh. 2:1). Raja Artahsasta kemudian digantikan oleh Raja Darius II yang memerintah dari tahun 423-404 SM. Setelah Darius II, Raja Artahsasta II naik takhta menjadi raja dari tahun 404-358 SM. Tuhan memakai Kerajaan Persia, kerajaan raksasa yang sangat kuat dan agung, untuk mengembalikan umat-Nya ke tanah perjanjian. Tetapi walaupun umat Tuhan telah kembali ke tanah perjanjian, mereka tetap belum memiliki raja keturunan Daud seperti yang dijanjikan Tuhan.
Bahkan sejak periode Raja Artahsasta II memerintah Persia, Tuhan tidak lagi mengirimkan nabi-nabi yang perkataannya tercatat menjadi Kitab Suci. Tahun 400-an SM adalah tahun di mana umat Tuhan masuk dalam periode diam. Tidak ada nabi yang dipanggil, dan tidak ada Kitab Suci yang ditulis. Raja-raja Persia muncul dan berganti hingga akhirnya pada zaman Raja Darius III mereka ditaklukkan Aleksander Agung dari Makedonia. Inilah kerajaan ke-3 yang dimaksudkan Daniel. Tetapi pada periode ini tetap tidak ada firman dari Tuhan dan Sang Raja, yaitu Anak Daud belum juga muncul untuk mengambil alih kekuasaan. Setelah kekuasaan dari orang-orang Makedonia berakhir, maka umat Tuhan diancam satu kekuatan baru yang sangat menakutkan dari utara, yaitu Kerajaan Romawi, kerajaan yang sangat kuat dan kokoh dalam militer dan politik. Inilah kerajaan ke-4, kerajaan yang akan menyaksikan batu yang diungkit bukan oleh tangan manusia menghantam kerajaan-kerajaan di bumi hingga seluruh bumi dipenuhi olehnya.
Ia Bangkit dari Antara Orang Mati
Kristus telah menyatakan bahwa Dialah bait yang akan dibangkitkan kembali. Bait Allah telah dihancurkan Nebukadnezar pada abad ke-6 SM tetapi Bait Allah hanyalah bangunan yang tidak berarti tanpa penyertaan Allah. Itulah sebabnya Bait Allah yang sejati adalah Kristus. Dialah yang mendirikan kembali reruntuhan Bait Allah, yaitu kematian-Nya, dan memberikan kemenangan di dalam Kerajaan-Nya ketika Dia datang kembali. Kemenangan apakah yang akan diberikan oleh Kerajaan Kristus? Kemenangan yang perlahan-lahan mengikis kuasa setan di seluruh bumi. Tuhan menciptakan manusia sebagai gambar-Nya agar seluruh bumi penuh dengan penyataan kemuliaan Tuhan yang terpancar melalui gambar-Nya ini. Tetapi ketika manusia jatuh ke dalam dosa, pancaran kemuliaan Tuhan diganti dengan kecemaran dan dosa di seluruh bumi. Bumi menjadi penuh dengan kerusakan dan kekerasan. Kerajaan Kristus datang untuk menaklukkan kecemaran ini sehingga kecemaran ini akan terus terkikis habis seiring dengan bertambahnya pengenalan manusia akan Allah yang sejati melalui Kristus. Maka penyembahan berhala dan kekafiran harus disingkirkan terlebih dahulu. Itulah sebabnya Roh Kudus, melalui para rasul dan orang-orang Kristen, terus memberitakan Injil Kristus sehingga penaklukan yang dilakukan oleh Kristus bukanlah penaklukan wilayah dengan peperangan secara fisik, melainkan penaklukan merebut wilayah bangsa-bangsa yang tunduk kepada kegelapan menjadi tunduk kepada Kristus yang adalah terang.
Karya keselamatan melalui pekerjaan Roh Kudus ini menjadi awal dari penaklukan yang dilakukan oleh Kristus. Hal selanjutnya yang ditaklukkan oleh Kristus adalah kecemaran dan dosa. Setelah mengenal Allah, kebenaran dan kesucian Allah menjadi sesuatu yang dikejar oleh umat Allah yang sejati. Setiap orang percaya akan merindukan hidup yang benar dan suci. Tidak ada orang percaya yang nyaman di dalam kecemaran dosa. Jika kita telah mengaku percaya, maka dosa dan kefasikan menjadi musuh yang harus ditaklukkan di bawah kaki kita. Biarlah hidup kita menyatakan kemenangan yang sejati dari Kristus. Biarlah kemuliaan Kristus yang rela menyangkal diri dan tunduk kepada Bapa menjadi kemuliaan kita. Biarlah kasih kepada Allah yang ada di dalam hati Kristus juga ada di dalam hati kita. Biarlah setan dan kuasanya yang berada di bawah kaki Kristus memberikan kita kekuatan untuk meletakkan dosa-dosa kita di bawah kaki kita.
Kristus yang bangkit dari antara orang mati inilah jaminan bahwa kuasa kemenangan atas dosa dan kecemaran akan terus menyertai umat-Nya hingga mereka mengalami kebangkitan sama seperti Kristus juga bangkit. Setelah kuasa dosa dan kecemaran ditaklukkan, maka hal berikut yang juga akan takluk adalah kematian. Kematian akan ditelan oleh kemenangan Kristus dengan sempurna ketika seluruh pengikut Kristus, yaitu mereka yang sungguh-sungguh berada di dalam Dia dengan iman, juga mengalami kemenangan atas kematian. Ketika orang-orang kudus dibangkitkan oleh Kristus, itulah kemenangan final atas kematian. Dan kemenangan final atas kematian inilah yang akan membuat Kristus dan seluruh Gereja-Nya mewarisi bumi untuk mereka taklukkan. Sebab maut adalah penguasa dari seluruh manusia setelah manusia jatuh ke dalam dosa. Tetapi siapa di dalam Kristus akan mengalami kemenangan atas maut dan karena itu dia akan mewarisi dunia ini. Di dalam Kerajaan Kristus yang menjadi gunung yang memenuhi seluruh bumi, segala pencapaian manusia yang baik dan agung di bumi ini menjadi jarahan pengikut Kristus. Segala prestasi, teknologi, kemajuan, keindahan yang pernah dibuat manusia untuk mengembangkan segala potensi yang ada di bumi sekarang kembali ke penguasa sejatinya, yaitu Kristus. Sama seperti ketika sebuah kerajaan mengambil segala yang baik dari kerajaan lain yang telah ditaklukkannya, demikianlah pengikut Kristus akan mengambil segala yang baik dari bumi ini di dalam penaklukan Kristus atas seluruh bumi.
Ev. Jimmy Pardede
Gembala Sidang GRII Bandung
Endnotes:
[1] Gregory Beale, The Temple and the Church’s Mission, 145.
[2] Geerhardus Vos, The Kingdom of God and the Church, 53.