Israel dan Niniwe

Setiap zaman memiliki kisah keberhasilannya sendiri. Setiap zaman punya caranya sendiri dalam mengagungkan kisah-kisah keberhasilan tersebut. Zaman ini juga tidak luput dari semangat mengagungkan kisah-kisah keberhasilan seseorang. Coba saja perhatikan buku-buku bestseller di toko buku. Banyak sekali buku kisah perjalanan hidup seseorang yang berhasil dikisahkan dengan harapan dapat menjadi inspirasi atau bahkan pendorong bagi para pembacanya. Menariknya, tidak sedikit orang yang menjadikan kisah-kisah ini sebagai panutan mereka di dalam perjuangan hidupnya. Mereka sangat mengagumi kisah-kisah keberhasilan yang dapat memberikan semangat. Namun, sejarah manusia sesungguhnya menyatakan hal yang berbeda dengan kisah-kisa keberhasilan ini. Pada kenyataannya, sejarah manusia lebih banyak diwarnai, bahkan didominasi, oleh orang-orang yang mengalami kegagalan dalam hidupnya. Bukan hanya kegagalan di dalam meraih kesuksesan hidup, ada juga kegagalan dalam mempertahankan kesuksesan tersebut. Kenyataan ini menjadi bukti bahwa manusia adalah pribadi yang begitu lemah, rapuh, dan tidak berdaya. Kegagalan ini tidak hanya terjadi di dalam sejarah orang dunia saja, tetapi juga terjadi di dalam sejarah kehidupan umat Allah. Kisah tentang pertobatan Niniwe adalah potongan kecil dari kisah sejarah umat Allah yang gagal dalam menjalankan tugas dan panggilannya di tengah dunia ini. Mereka gagal di dalam mempertahankan perjuangan iman mereka bagi Allah di hadapan dunia. Artikel ini akan mengajak kita melihat Kitab Yunus dari sisi umat Allah pada zaman itu. Kita akan melihat kontras yang nyata antara Israel dan Niniwe: antara umat Allah dan bangsa yang tidak mengenal Allah.

Konteks Bangsa Israel
Yunus adalah nabi di Kerajaan Israel Utara. Ia hidup pada zaman pemerintahan Raja Yerobeam II. Empat puluh tahun lamanya Yerobeam II memerintah atas Israel. Di bawah pemerintahannya, Israel memperoleh kejayaan baik dalam bidang ekonomi, politik, dan militer. Kemenangan demi kemenangan diperoleh Israel atas Aram yang saat itu adalah musuh terbesar Israel. Ia berhasil merebut kembali kota-kota Israel yang sebelumnya dikuasai oleh Aram. Raja Yerobeam II bahkan berhasil mengembalikan perbatasan Israel Utara ke ukuran semula seperti pada masa pemerintahan Salomo. Hal ini telah dinubuatkan oleh Yunus sebelumnya dalam 2 Raja-raja 14:25. Allah berbelaskasihan kepada umat-Nya dengan memberikan keamanan bagi Israel di masa pemerintahan Yerobeam II. Ia memakai Yerobeam II untuk menolong mereka lepas dari penindasan Aram dengan maksud memberikan kesempatan untuk bertobat. Namun, amat disayangkan, 2 Raja-raja 14:24 mencatatkan bahwa Raja Yerobeam II melakukan apa yang jahat di mata Tuhan. Ia tidak menjauh dari dosa para nenek moyangnya yang mengakibatkan Israel juga turut berdosa. Hatinya tidak sungguh-sungguh berpaut hanya kepada Allah. Praktik penyembahan terhadap berhala tetap dilakukannya, sambil tetap beribadah kepada Allah. Ini adalah sebuah kekejian di mata Allah yang kudus. Ia adalah Allah yang cemburu terhadap umat-Nya yang berpaling dari-Nya.

Kisah masa pemerintahan Yerobeam ini menjadi bukti bahwa keamanan dan kejayaan yang dianugerahkan Tuhan tidak serta-merta membuat raja dan bangsa Israel bertobat. Kerusakan rohani, moral, dan sosial makin menjadi-jadi justru ketika mereka hidup di dalam kenyamanan. Kemewahan, pesta pora, kebejatan, ketidakadilan, kekerasan, keserakahan, penindasan terhadap orang miskin, dan penipuan menjadi cara hidup mereka. Hal ini dapat kita lihat di dalam Kitab Hosea dan Amos. Hosea dan Amos hidup sezaman dengan Yunus. Mereka adalah tiga orang nabi yang diutus bagi Kerajaan Israel Utara. Kitab Hosea dan Amos mencatat dengan jelas bagaimana kerusakan bangsa itu di zaman pemerintahan Yerobeam II. Israel begitu bebal walaupun tetap memberikan korban bakaran, tekun beribadah kepada Yahweh, tetapi semuanya hanya bersifat lahiriah. Ibadah hanya sekadar ritual keagamaan belaka. Hidup mereka bahkan lebih jahat dari orang yang tidak mengenal Allah. Di sini kita dapat melihat bahwa Kerajaan Israel Utara tidaklah kekurangan firman Tuhan. Allah masih berbelaskasihan kepada umat-Nya dengan mengirimkan tiga orang nabi pada zaman itu. Ia mengirimkan Yunus, Amos, dan Hosea untuk menegur bangsa yang tegar tengkuk itu. Alkitab menyatakan bukan hanya satu kali Tuhan memberikan peringatan bagi umat-Nya tetapi berkali-kali. Bukan hanya melalui satu nabi saja, bahkan Tuhan memberikan tiga nabi yang terus-menerus berseru sepanjang zaman itu. Namun, bangsa Israel tetap tidak bertobat. Mereka justru makin mengeraskan hati dan menolak para nabi-Nya.

Konteks Niniwe
Di sisi lain mari kita melihat kota Niniwe. Niniwe adalah ibu kota Kerajaan Asyur. Pada zaman Yerobeam II, Asyur memang belum menjadi ancaman besar bagi Israel. Tetapi serangan-serangan Asyur ke Aram cukup membuat Aram kewalahan. Serangan-serangan tersebut melemahkan pertahanan Aram sehingga Israel dapat merebut kembali kota-kota mereka yang sebelumnya dikuasai oleh Aram. Dengan cara inilah Allah melepaskan umat-Nya dari penindasan yang dilakukan Aram. Allah juga mengalihkan perhatian Asyur dari Israel sehingga Israel memperoleh keamanan pada zaman itu. Diperkirakan, saat itu kota Niniwe dipimpin oleh Adad-Nirari III atau Asyurdan III. Alkitab memang tidak mencatat hal tersebut. Namun yang pasti Alkitab mencatat Allah mengirimkan satu orang nabi-Nya untuk pergi ke kota yang juga dipenuhi rupa-rupa kejahatan tersebut.

Di kisah selanjutnya, hal yang mengagetkan justru terjadi. Ketika seruan pertobatan itu dinyatakan, seluruh kota bertobat. Mereka berpuasa, mengenakan kain kabung, dan berbalik dari tingkah laku mereka yang jahat. Ketika raja Asyur mendengar berita itu, ia turun dari singgasananya, ditanggalkannya jubahnya, digantikan dengan kain kabung, dan ia duduk di abu. Suatu respons yang mencengangkan dari bangsa Asyur dan dari seorang raja Asyur yang tidak mengenal Allah. Mereka merendahkan diri di hadapan Allah untuk menyatakan pertobatan. Mereka berseru kepada Allah memohon belas kasihan-Nya dan mereka berbalik dari segala tingkah laku mereka yang jahat hanya melalui satu kali seruan dari seorang nabi-Nya.

Israel dan Niniwe
Dapatkah kita melihat kontras dari kedua konteks ini? Mengapa justru bangsa yang tidak mengenal Allah yang mendengarkan suara Allah? Mengapa umat kepunyaan-Nya sendiri justru tidak mau mendengarkan suara-Nya? Sungguh suatu ironi ketika seruan pertobatan yang diberitakan kepada raja Asyur, beserta seluruh isi kota yang tidak pernah mengenal Allah, justru direspons dengan pertobatan. Namun, raja Israel dan bangsa Israel, yang adalah umat milik-Nya sendiri, tidak pernah sungguh-sungguh bertobat. 

Kitab Yunus memang menceritakan pertobatan bangsa Niniwe yang bukanlah umat Allah. Tetapi pelajaran yang dapat diambil dari sejarah ini tentulah ditujukan bagi umat Allah itu sendiri. Secara tidak langsung kitab ini mau menunjukkan bagaimana Israel yang adalah umat Allah justru gagal menjadi umat-Nya. Israel yang seharusnya menjadi contoh bagi bangsa lain justru harus belajar mencontoh dari bangsa yang tidak mengenal Allah. Allah menggunakan bangsa lain untuk mempermalukan umat-Nya. Allah memakai Niniwe untuk mendidik Israel dan menginsafkan mereka akan dosanya, untuk menyadarkan panggilan mereka sebagai umat Allah yang seharusnya membawa Injil-Nya kepada bangsa lain yang belum mengenal Allah.

Bukankah ini seharusnya menjadi perenungan bagi kita juga? Israel adalah umat Allah dan mereka mengklaim diri sebagai umat Allah. Mereka sangat bangga dengan status mereka sebagai umat-Nya, tetapi hidup mereka sangat jauh dari kehidupan sebagai umat Allah. Hal ini tidak berbeda dengan kita yang hidup di zaman ini. Berapa banyak dari kita yang mungkin tahu kita adalah umat Allah, kita mengklaim diri kita adalah umat Allah, kita bangga akan status kita sebagai umat Allah, namun hidup kita tidak mencerminkan kehidupan sebagai umat Allah.

Jika kita tidak memiliki pengenalan akan Allah yang benar, kita tidak berbeda dengan bangsa Israel. Setiap Minggu kita pergi ke gereja, tetapi Senin sampai Sabtu hidup kita tidak ada bedanya dengan orang yang tidak mengenal Allah. Aktivitas pelayanan kita jalani, tetapi relasi kita dengan Tuhan baik dalam doa maupun perenungan firman tidak kita hidupi dengan baik. Di gereja tampak seperti orang suci, namun ketika tidak dilihat orang, kita sibuk memperhambakan diri kepada dosa. Istilah-istilah theologis kita ucapkan, tetapi tidak ada pertobatan dan perubahan di dalam hidup kita. Bahkan mungkin karena melihat hidup kita yang menjijikkan, orang justru tidak mau mengenal Kristus. Hidup seolah-olah seperti umat Tuhan, namun sesungguhnya bukanlah umat Tuhan. Hidup kita penuh dengan kemunafikan, sama seperti bangsa Israel.

Cerita antara bangsa Israel dan Niniwe menyatakan bahwa umat Allah justru jauh lebih sulit bertobat daripada orang yang bukanlah umat Allah. Orang yang sudah pernah mengenal Allah justru jauh lebih sulit bertobat daripada orang yang tidak mengenal Allah. Orang yang sudah berada di dalam justru jauh lebih sulit insaf akan dosa daripada orang yang berada di luar. Orang yang paling susah bertobat adalah orang Kristen itu sendiri. Orang yang paling susah menjalankan kebenaran adalah orang Kristen itu sendiri. Kapan terakhir kali kita memiliki sikap hati seperti orang Niniwe, yang ketika mendengarkan firman Tuhan langsung hancur hati dan bertobat di hadapan-Nya? Mungkin kita seperti orang Israel di tengah limpahnya pemberitaan firman Tuhan tetapi tidak pernah sekalipun firman itu mempertobatkan kita?

Kita perlu waspada karena sering kali kita sudah merasa puas dengan menjadi orang Kristen. Kita sudah merasa hebat hanya dengan berada di dalam Gerakan Reformed Injili. Kita sudah merasa puas hanya dengan mengerti firman sedikit yang kita anggap sudah mengerti semua. Atau mungkin lebih tepatnya kita tidak mengerti apa-apa namun menyombongkan diri seperti sudah mengerti semua. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada pertumbuhan rohani dalam hidup kita. Kita tidak memiliki kerendahan hati untuk terus mau belajar. Di dalam diri kita tidak ada hati untuk terus-menerus rindu mencari Dia. Pertobatan yang sejati tidak dinyatakan secara sungguh-sunguh di dalam kehidupan kita. Kita tidak ada hati yang mau mengasihi Allah dan mengasihi jiwa-jiwa yang belum mengenal Kristus.

Kita patut bersyukur berada di dalam Gerakan Reformed Injili yang dimulai oleh Pdt. Dr. Stephen Tong. Kita hidup di zaman yang sudah menikmati hasil dari apa yang dahulu beliau bangun dari nol. Namun, terdapat kebahayaan ketika suatu generasi hanya tahu menikmati hasil dan tidak mengerti bagaimana menghargai, bahkan memperjuangkan apa yang sudah dibangun dari awal. Begitu juga ketika kita berada di dalam gerakan namun tidak mengerti visi dan tidak menghidupi semangat gerakan. Ini adalah sebuah kebahayaan. Sebagai pemuda-pemudi Reformed Injili, kita memiliki tanggung jawab untuk meneruskan dan memperjuangkan gerakan ini. Jika kita gagal, kita akan kembali mengulangi sejarah kegagalan umat Tuhan. Kisah tentang pertobatan Niniwe sesungguhnya hanya potongan kecil dari kisah sejarah umat Allah yang gagal dalam menjalankan tugas dan panggilannya di tengah dunia.

Janganlah menjadi pemuda-pemudi yang sudah merasa bangga hanya dengan setiap minggu pergi ke Gereja Reformed Injili Indonesia. Setiap minggu kita sudah mendengarkan khotbah-khotbah yang baik, tetapi sudahkah kita bertobat karenanya? Ataukah firman yang kita dengar justru kita manipulasi untuk membenarkan dosa kita dan menghakimi orang lain? Makin kita mendengar firman bukan makin hidup suci, tetapi justru makin bebal. Janganlah hanya merasa bangga akan nama besar Pak Tong tetapi kita sendiri tidak menghidupi semangat yang beliau miliki. Janganlah kita menjadi pemuda-pemudi yang sudah merasa puas hanya dengan menjadi anggota dari gereja yang beliau dirikan, lalu kemudian menjadi tinggi hati dan merasa diri sudah aman. Berhati-hatilah jika hidup kita cenderung seperti ini, mungkin sebentar lagi Tuhan akan mencabut anugerah-Nya dan membuang kita.

Di dalam sejarah, kita dapat melihat bahwa kelompok-kelompok yang Tuhan anugerahkan kaki dian sering kali disertai dengan keberhasilan-keberhasilan yang begitu memukau. “Apa saja yang dilakukannya berhasil”, itulah ungkapan yang pemazmur berikan kepada orang-orang yang Tuhan berikan anugerah tersebut. Namun, di balik keberhasilan-keberhasilan ini, terdapat juga kebahayaan yang bisa menjadi bom waktu yang menghancurkan dari dalam, bukan dari luar. Kebahayaan ini akan terealisasi ketika kita lupa akan status kita di hadapan Allah dan lupa akan tugas serta panggilan kita di hadapan-Nya. Pak Tong pernah mengatakan, “Dosa yang paling berbahaya adalah kesombongan, karena orang yang melakukan dosa itu tidak sadar bahwa dirinya sedang berdosa.” Keberhasilan demi keberhasilan yang Tuhan anugerahkan kepada umat-Nya sering kali menjadikan mereka lupa diri, dan hal inilah yang menghancurkan mereka.

Kita harus menyadari status kita sebagai umat Allah. Israel tidak dipanggil dan dipilih oleh Allah semata-mata demi dirinya sendiri. Ia dipanggil agar dapat membawa berkat bagi bangsa-bangsa. Israel dipanggil untuk menyatakan kemuliaan Allah kepada bangsa-bangsa, sehingga melalui mereka bangsa yang belum mengenal Allah dapat datang kepada-Nya. Dan dalam kisah di Kitab Yunus ini Israel gagal menjalankannya. Bagaimana bisa mewakili Allah bagi bangsa lain jika kehidupan mereka sendiri penuh dengan dosa? Tanpa cara hidup yang suci, maka sia-sialah pemberitaan Injil kita. Tanpa sikap hidup yang benar, segala ucapan kita tidak akan memiliki kuasa. Sebagai pemuda-pemudi di gerakan ini, kiranya kita tidak mengulangi kesalahan yang sama. Tidak cukup hanya bangga dengan mengklaim diri sebagai orang Reformed, kita juga harus belajar mengerti visi dan menghidupi semangat dari gerakan ini. Kita harus memiliki kerendahan hati untuk terus-menerus mau dikoreksi oleh kebenaran firman Tuhan. Bertumbuh di dalam pengenalan yang benar akan Dia. Kita harus bertobat hari demi hari, makin disucikan sehingga melalui hidup kita orang lain dapat melihat Kristus. Kiranya Tuhan menolong kita untuk bisa menghargai setiap anugerah yang Tuhan berikan di dalam gerakan ini dan menjadi pemuda-pemudi yang turut berbagian berjuang bersama di dalamnya. Kiranya Tuhan berbelaskasihan kepada kita!

Novita Valentina
Pemudi FIRES