,

Persia, Hamba-Ku

“Inilah firman-Ku kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh yang tangan kanannya Kupegang, supaya Aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya…” Yesaya 45:1

Tuhan akan membuang umat-Nya. Tidak ada lagi yang akan membatalkan hukuman karena murka-Nya ini. Dia akan membuang mereka ke tengah-tengah bangsa-bangsa lain. Bahkan pesan-Nya kepada sang nabi pun demikian keras. Mereka semua akan dihancurkan. Sampai setiap kota tidak berpenduduk dan setiap rumah tidak dihuni, bahkan sampai tanah itu terlihat seperti tempat terbuang. Tidak ada lagi belas kasihan. Siapa yang dapat bertahan jika murka Tuhan telah menyala sedemikian hebat? Dengan gentar Yesaya mendengarkan setiap kata-kata penghakiman yang menjadi inti pesan dari tugasnya sebagai nabi utusan Tuhan (Yes. 6:11-13). Di manakah Tuhan yang berbelas kasihan? Di manakah Tuhan yang besar pengampunan-Nya? Di manakah Tuhan yang akan mendengar setiap seruan doa Israel yang dipanjatkan dari Bait Suci (1Raj. 8:29-30)? Tetapi kalimat terakhir di dalam ayat 13 mengatakan bahwa Tuhan akan menumbuhkan tunas yang kudus dari tunggul yang masih tersisa. 

Jadi Tuhan masih akan berbelaskasihan. Terpujilah kesabaran-Nya yang besar itu! Dia mengancam akan membunuh anak sulung orang-orang Mesir, tetapi memberikan sembilan peringatan tulah sebelum melaksanakan ancaman-Nya itu. Dia mengancam akan membuang Israel dari tanah Kanaan jika mereka menyembah berhala, tetapi menanti pertobatan Israel selama ratusan tahun sebelum akhirnya membuang mereka. Demikian juga kepada Yesaya, Dia mengancam akan menghancurkan mereka sama sekali, tetapi di tengah-tengah murka-Nya pun Dia memberikan nubuat akan pengampunan yang akan Dia berikan karena belas kasihan-Nya. Di tengah-tengah keadaan terbuang, dari tengah-tengah tunggul yang sudah kering itulah akan keluar Sang Tunas, yaitu Sang Anak Daud.

Di dalam zaman inilah Kerajaan Asyur yang besar menghancurkan kerajaan-kerajaan yang ada dari daerah Mesopotamia hingga ke daerah barat. Semua diinjak-injak oleh tentara mereka yang kejam dan kuat. Israel pun mengalami kehancurannya di tangan raja-raja Asyur. Kerajaan yang sangat kuat dalam menaklukkan tetapi sangat rapuh untuk mempertahankan daerah-daerah taklukannya. Pemberontakan demi pemberontakan membuat Asyur semakin rapuh. Kerapuhan itu ditambah lagi dengan tewasnya 185 ribu tentara mereka dalam suatu pengepungan terhadap Yerusalem.

Tidak lama setelah itu Asyur pun hancur dan berlalu, sedangkan kota milik Tuhan, Yerusalem, tetap berdiri tegak. Tetapi setelah Asyur, bahaya yang lebih besar datang. Nebukadnezar, raja Babel, memulai kampanye penyerangan yang lebih menakutkan daripada Asyur (Yes. 8:7). Raja yang disebut sebagai hamba Tuhan oleh Tuhan sendiri (Yer. 27:6) inilah yang menghancurkan kerajaan-kerajaan yang ada dan menjadi alat yang Tuhan pakai untuk memukul Yehuda dan Yerusalem. Murka Tuhan melalui Nebukadnezar ini membuat Israel menjadi hancur total. Israel Utara telah dihancurkan dan Yehuda, Israel Selatan, harus menyaksikan Bait Suci mereka dihancurkan dan tentara-tentara mereka dibantai sehingga mayat-mayatnya bergelimpangan memenuhi jalan-jalan di Yerusalem. Jadilah Israel, umat Tuhan, orang-orang buangan. Dahulu, karena belas kasihan Tuhan, mereka menjadi bangsa pilihan dari keadaan sebagai budak. Sekarang, karena murka Tuhan, mereka menjadi orang-orang buangan dari keadaan sebagai bangsa pilihan. Dibuang oleh Asyur. Dibuang oleh Babel. Terus terbuang hingga kerajaan Persia muncul.

Persia yang agung, kerajaan dengan luas daerah jajahan yang sangat besar, jauh melampaui daerah jajahan Babel yang telah ditaklukkannya, menggantikan Babel menjadi kerajaan terkuat. Pada masa jayanya di abad ke-5 SM, Persia menguasai daerah seluas 8 juta km2 dan mencakup hampir separuh penduduk dunia pada waktu itu. Daerah ini bahkan lebih besar daripada daerah kerajaan Romawi pada masa jayanya di abad ke-1 SM (6,5 juta km2) dan 15 kali lebih besar dari luas wilayah Babel di bawah Nebukadnezar. Persia pada awalnya tunduk kepada kerajaan Media. Pada zaman Koresh, mereka kemudian memberontak dan berhasil mengalahkan Media. Setelah menjadikan Media salah satu daerah taklukan yang tunduk kepada mereka, Koresh berperang melawan kerajaan Lydia dan menaklukkan kerajaan itu menjadi daerah taklukan berikut. Target selanjutnya dari Koresh adalah menaklukkan Babel. Penaklukan ini membuat dia mengerahkan seluruh tentara dari Persia maupun Media untuk mengepung Babel, kota besar dari kerajaan terbesar pada waktu itu.

Kerajaan Babel sendiri sejak matinya Nebukadnezar menjadi makin lemah. Mereka diperintah oleh raja-raja yang lemah sehingga mempercepat kehancurannya. Ewil-Merodakh, anak Nebukadnezar, menjadi raja menggantikan ayahnya ketika dia mati (2Raj. 25:27-30). Setelah itu dia dibunuh oleh adik iparnya sendiri, Neriglissar (Nergal-Sarezer, mantan panglima Nebukadnezar dalam Yeremia 39:13). Setelah memerintah hanya sekitar 3 tahun, dia pun mati dan digantikan oleh anaknya yang masih muda, yaitu Labasi-Marduk. Karena dianggap tidak sanggup menjadi raja, anak yang masih muda ini dipukul oleh sekelompok orang hingga mati. Labasi-Marduk hanya memerintah selama 9 bulan. Kematian Labasi-Marduk ini mengakhiri dinasti Nabopolasar (ayah Nebukadnezar). Orang-orang Babel pun mengangkat Nabonidus untuk naik takhta. Tetapi ternyata Nabonidus lebih suka bepergian ke seluruh bangsa-bangsa jajahan Babel untuk melihat dan mempelajari budaya mereka. Dia juga sangat senang mengunjungi kuil-kuil berhala dan bahkan membantu pembangunannya di daerah-daerah jajahan itu. Karena begitu jarang ada di Babel, maka anaknya, yaitu Belsyazar (Dan. 5:1) menggantikan dia dalam memerintah Babel. Itulah sebabnya ketika Daniel diberikan kekuasaan tinggi karena pengertiannya menafsirkan makna kata-kata di dinding, dia pun disebut sebagai orang ketiga (Dan. 5:29). Orang pertama adalah Nabonidus, orang kedua adalah Belsyazar, anaknya, dan orang ketiga adalah Daniel.

Pada zaman Nabonidus dan Belsyazar inilah Persia menyerang Babel. Di bawah pimpinan Gubaru, seorang panglima Koresh, Babel pun jatuh ke tangan Persia tanpa adanya perlawanan yang berarti. Pasukan Gubaru menggali parit untuk mengalihkan aliran sungai Efrat yang mengalir ke dalam benteng di Babel, sehingga mereka masuk melalui sungai yang telah menjadi surut itu untuk menghancurkan kota benteng Babel yang sangat kokoh (Yes. 11:15). Koresh, raja Persia, adalah seorang dengan bakat politik dan kenegaraan yang sangat luar biasa. Dia dengan genius menetapkan pemimpin-pemimpin di daerah-daerah taklukan yang dinamai Satrap. Jika kebijakan Babel adalah mengumpulkan orang-orang dari daerah jajahan, maka Koresh justru memulangkan mereka dan mendirikan pemerintahan pendudukan Persia (Satrap) di daerah itu. Jika sebelumnya Tuhan memanggil Nebukadnezar dengan sebutan “hamba-Ku,” maka Tuhan menyebut Koresh dengan sebutan “yang Kuurapi” (Yes. 45:1). Sebutan yang memiliki arti yang sama dengan “mesias”. Karena rencana penaklukannya yang begitu gencar bagi daerah-daerah sebelah barat sangat menyita perhatiannya, maka pemerintahan atas Babel diserahkan Koresh kepada panglimanya. Babel baru dipegang Koresh setelah 14 bulan penaklukannya. Sebelum Koresh sendiri memegang pemerintahan Babel, Gubaru, jenderal yang memimpin penaklukan Babellah yang diangkatnya menjadi raja Babel. Gubaru mati setelah 14 bulan menjadi raja Babel, dan setelah itu barulah Koresh sendiri yang mengambil posisi sebagai raja Babel.

Raja Babel selama 14 bulan pertama itu, yaitu Gubaru, adalah seorang Media yang oleh Daniel disebut Darius orang Media (Dan. 6:1). Dikatakan bahwa Gubaru (atau Darius) menerima pemerintahan ketika ia berumur 62 tahun. Dari siapakah dia menerima pemerintahan itu? Dari Koresh. Darius hanya memerintah satu tahun lebih (14 bulan) sebelum akhirnya dia mati. Setelah kematiannya itulah Koresh memerintah langsung atas Babel, dan pada tahun pertama pemerintahannya atas Babel itulah dia memerintahkan kepada orang Israel untuk pulang ke tanah mereka dan kembali membangun Bait Allah di Yerusalem (Ezr. 1:3). Doa Daniel dalam Daniel 9:1-4 yang memohon supaya orang Israel diizinkan pulang dari Babel ke tanah Israel terjadi satu tahun sebelum peristiwa Koresh memerintahkan orang Israel pulang.

Maka Koresh pun memerintahkan semua orang Israel di dalam kerajaan Babel (bahkan dalam seluruh daerah lain yang dikuasai Persia) untuk kembali ke tanah mereka dan mendirikan Bait Allah di Yerusalem. Tuhan menggerakkan hati raja ini untuk menjadi pelindung dan pembebas umat-Nya. Kerajaan besar seperti Persia tetaplah hanya alat yang Tuhan pakai untuk rencana-Nya bagi umat-Nya. Sejak Israel dihukum oleh Tuhan, Tuhan membangkitkan kerajaan-kerajaan besar dan membiarkan umat-Nya menjadi begitu kecil dan sedikit jumlahnya. Di tengah-tengah kerajaan Persia yang begitu besar, apalah arti umat Tuhan yang tinggal beberapa puluh ribu orang saja? Tetapi mata Tuhan dan hati-Nya tetap tertuju kepada umat-Nya, bukan kepada kerajaan-kerajaan besar yang ada. Sebenarnya salah satu strategi Koresh adalah untuk memulangkan setiap orang buangan ke daerah mereka sendiri, lalu dia akan mendirikan pemerintahan pendudukan Persia (biasa disebut “Satrap”) sehingga daerah jajahan yang luas dan besar tetap bisa terkontrol dengan baik. Dia juga ingin mengambil hati setiap orang jajahannya supaya dia dipandang sebagai pembebas mereka yang baik hati. Tetapi ayat 1 mengatakan bahwa Tuhan memakai gerakan hati Koresh ini untuk menggenapi rencana-Nya walaupun tujuan Koresh adalah untuk stabilitas politiknya sendiri.

Sebenarnya apa yang terjadi ini telah dinubuatkan Tuhan sejak lalu. Kitab Yesaya menubuatkan kepulangan “kaum sisa” yang akan menghasilkan tunas yang kudus, yaitu Sang Mesias (Yes. 6:13). Inilah kaum sisa yang pulang atas perintah raja Koresh. Kitab Yeremia juga telah menubuatkan kembalinya Israel ke tanah mereka di dalam Yeremia 25:11 dan 29:10. Mereka akan berada di dalam pembuangan selama 70 tahun dan setelah itu Tuhan akan memerhatikan mereka kembali. Yang paling mengharukan adalah nubuat yang Tuhan nyatakan kepada Daniel, satu tahun sebelum Koresh memerintahkan orang Israel untuk pulang ke tanah mereka. Di dalam Daniel 9:18-19, Daniel memohon kepada Tuhan untuk menggenapi apa yang telah Dia janjikan di dalam Yeremia 29:10. Permohonan yang sangat mengharukan ini dipanjatkan Daniel dan jawaban atas permohonan itu datang melalui perintah Koresh untuk memulangkan orang Israel. Perintah Koresh ini adalah pernyataan dari kasih setia Tuhan bagi Israel. Di tengah-tengah kondisi umat-Nya yang sedang berada dalam pembuangan Tuhan tetap mengingat janji-Nya dan mengasihani mereka.

Di dalam Ezra 1:4 dikatakan bahwa Koresh juga memerintahkan kepada penduduk lain untuk mendukung mereka dengan harta untuk pembangunan rumah Allah. Tuhan menggerakkan Raja Koresh untuk mengizinkan orang Israel kembali ke tanah mereka dengan tujuan untuk membangun Bait Allah. Bait yang telah dihancurkan oleh Nebukadnezar itu sekarang akan dibangun kembali. Tuhan tidak ingin umat-Nya pulang dan menjadi bangsa yang tinggal di daerahnya sendiri tetapi melupakan Tuhan. Itulah sebabnya kepulangan mereka mempunyai tujuan untuk membangun kembali Bait Tuhan. Apakah gunanya mereka kembali ke tanah mereka sendiri kalau mereka hanya menjadi bangsa yang melupakan Tuhan? Mereka kembali ke tanah mereka sebagai umat Tuhan dan harta paling berharga yang mereka miliki adalah kehadiran Tuhan sendiri. Tuhan menyertai mereka dan memberikan kecukupan untuk mereka seperti orang Mesir memberikan kecukupan kepada Israel ketika mereka akan pergi keluar dari Mesir (Kel. 12:35-36). Maka orang Israel kembali ke tanah mereka dengan membawa benda-benda perlengkapan rumah Allah dan juga persembahan dari orang-orang yang tinggal di daerah Babel dan daerah-daerah lain, yaitu mereka yang tinggal bersama-sama dengan orang Israel di pembuangan itu. Biarlah kita merenungkan tiga hal di dalam peristiwa-peristiwa ini.

(1) Tuhan memulihkan umat-Nya karena Dia mengasihi mereka. Tetapi jika kita hanya melihat sisi kasih Allah dan belas kasihan-Nya, maka kita melihat dari sisi yang tidak seimbang. Sebab, selain karena dorongan kasih-Nya, Allah bertindak demi nama-Nya yang mulia (Yeh. 20:9). Jika bagian ini kita lupakan, maka kita akan menjadi orang Kristen yang sangat berpusat kepada diri dan terlatih untuk memiliki kerohanian yang rusak karena sifat egois yang terus dipupuk. Tuhan bertindak demi nama-Nya yang kudus! Itulah sebabnya selain mengizinkan orang Israel bebas dari tanah tempat mereka dibuang, Dia juga memerintahkan mereka untuk membangun kembali Bait Suci-Nya agar nama-Nya kembali dinyatakan di tengah-tengah umat-Nya.

(2) Selain itu, kecukupan dan pemeliharaan Tuhan bagi umat-Nya diberikan oleh Tuhan agar umat-Nya dapat menyelesaikan tugas yang Tuhan berikan bagi mereka. Mari kita pahami ini dengan benar. Bukan umat-Nya yang menjadi tujuan akhir rancangan Tuhan dalam sejarah, tetapi kehendak-Nyalah yang harus menjadi tujuan akhir. Bukan kita, tetapi Tuhanlah yang harus menjadi yang terutama di dalam kehidupan kita. Tuhan memberikan kelimpahan kepada umat-Nya supaya mereka dapat membangun rumah Tuhan. Tuhan memberkati kehidupan kita dengan limpahnya supaya kita dapat melaksanakan apa yang Dia inginkan kita lakukan. Jika kehidupan kita terus difokuskan kepada diri kita sendiri, maka kita akan kehilangan hal yang utama dalam hidup. Tuhan tidak menciptakan kita supaya kita hidup bagi diri kita sendiri, tetapi Dia menciptakan kita supaya kita hidup bagi Dia. Inilah bahagia sejati dari manusia, yaitu ketika dia berfungsi tepat sebagaimana tujuan penciptaannya. Sudah begitu banyak manusia gagal memahami hal ini. Mereka melihat bahwa Tuhan sangat kejam karena menjadikan diri-Nya sendiri sebagai yang paling utama di dalam hidup manusia. Tetapi jika Dia adalah sumber dari segala yang hidup dan oleh karena Dia segala yang hidup itu ada, bukankah memang hal yang wajar jika segala yang hidup mengutamakan Dia, Sang Pencipta dan Pemelihara mereka? Dan jika Dia, yang adalah sumber segala kasih, kebaikan, keindahan, kebijaksanaan, dan berkat sejati, menjadi tujuan hidup kita, bukankah itu berarti segala kasih, kebaikan, kebijaksanaan, dan berkat-Nya menjadi bagian kita juga? Sebaliknya, jika dengan egois kita menjadikan diri kita sebagai tujuan hidup kita, bukankah itu berarti kesempitan hati kita, sifat egois kita, kecemaran kita, dan keberdosaan kita akan menjadi tujuan akhir kita?

(3) Hal lain lagi yang perlu kita renungkan adalah bahwa rencana Tuhan melalui Israel tidak menjadi batal karena kecemaran Israel. Itulah sebabnya Tuhan tetap memelihara mereka walaupun kecemaran dan dosa mereka membuat mereka harus dibuang ke Babel. Rencana Tuhan tidak akan gagal walaupun umat Tuhan telah memberontak dan membuat sakit hati-Nya. Dia tetap memelihara mereka dan membawa mereka pulang ke tanah mereka sendiri. Tuhan menghajar dosa umat-Nya, tetapi Dia tidak membiarkan keberdosaan itu membatalkan janji-Nya bagi umat-Nya. Kita semua adalah penerima janji Tuhan di dalam Kristus. Adakah yang dapat membatalkan Allah dari janji-Nya untuk mengasihi kita di dalam Kristus? Tidak. Baik maut maupun hidup, baik manusia maupun malaikat, baik kuasa di atas maupun di bawah, tidak akan dapat membatalkan kasih Allah di dalam Kristus bagi kita (Rm. 8:38-39).

Setelah 29 tahun bertakhta (559 SM-530 SM) dan menjadikan Persia kerajaan yang sangat besar, melampaui semua kerajaan sebelumnya, Koresh pun mati. Setelah Koresh mati, Kambises, anaknya, menggantikan dia menjadi raja. Kambises memerintah selama 8 tahun (530 SM-522 SM). Kambises kemudian digantikan oleh Gaumata, yang membangkitkan pemberontakan di tengah-tengah kerajaan Persia. Karena kekacauan yang ditimbulkannya, maka Gaumata pun dibunuh. Setelah dia mati, Darius, yang masih keturunan dinasti Akhaemenes (sama seperti Koresh), menjadi raja atas Persia. Darius ini bukanlah Darius dalam Kitab Daniel, yang adalah orang Media, seperti telah dibahas di atas. Darius ini adalah Darius raja Persia, merupakan keturunan Persia dan memerintah dari tahun 522 SM-486 SM. Raja ini tercatat di dalam Ezra, Hagai, dan Zakaria. Setelah Darius, maka Ahasyweros, anaknya, menjadi raja Persia. Inilah raja yang tercatat di dalam Kitab Ester (Est. 1:1). Ahasyweros ini adalah raja Persia yang menjadi raja pada masa puncak kerajaan Persia. Sejak zaman Koresh hingga Darius, kerajaan ini tidak pernah berhenti memperluas daerahnya. Kerajaan demi kerajaan di daerah sungai Efrat hingga ke Mesir terus ditaklukkan dan dikuasai. Mereka juga bahkan menaklukkan India di dalam pertempuran pada tahun 516 SM dan Yunani pada tahun 547 SM. Tetapi Ahasyweros melampaui semua raja-raja sebelum dia dan menjadikan Persia kerajaan terbesar yang pernah dikenal manusia. Kerajaan yang luas daerahnya baru bisa dikalahkan oleh luasnya daerah Islam di bawah pimpinan para Khalifah lebih dari 1.100 tahun kemudian (pada tahun 654). Dalam zaman ini Persia telah menaklukkan 127 kerajaan dari India hingga Etiopia. Ahasyweros menjadi raja pada tahun 486 SM-465 SM. Setelah dia, Artahsasta menjadi raja pada tahun 464 SM-424 SM. Raja ini dicatat di dalam Ezra 4:7. Raja inilah yang melarang orang Israel melanjutkan pembangunan tembok kota Yerusalem di dalam Ezra 4. Raja inilah yang juga dicatat di dalam Kitab Nehemia. Dialah yang mengangkat Nehemia menjadi juru minumnya. Walaupun awalnya melarang pembangunan tembok kota Yerusalem, akhirnya dia memberikan izin untuk melanjutkan pembangunan dan mengizinkan Nehemia pulang untuk melanjutkan pembangunan tersebut (Neh. 2:1). Raja Artahsasta kemudian digantikan oleh Raja Darius II. Darius II memerintah dari tahun 423 SM-404 SM. Setelah Darius II, Raja Artahsasta II naik takhta menjadi raja dari tahun 404 SM-358 SM.

Inilah sejarah kerajaan Persia, kerajaan raksasa yang sangat kuat dan agung, dan yang dipakai Tuhan untuk mengembalikan umat-Nya ke tanah perjanjian. Kerajaan besar yang Tuhan pakai untuk menjaga dan memelihara umat-Nya. Setelah periode Raja Artahsasta II memerintah Persia, Tuhan tidak mengirimkan lagi nabi-nabi yang perkataannya tercatat menjadi Kitab Suci. Tahun 400-an SM adalah tahun di mana umat Tuhan masuk dalam periode diam. Tidak ada nabi yang dipanggil, dan tidak ada Kitab Suci yang ditulis. Raja-raja Persia muncul dan berganti, hingga akhirnya pada zaman Raja Darius III mereka ditaklukkan oleh Aleksander Agung dari Makedonia. Makedonia menguasai dunia, dan menjajah daerah umat Tuhan, tetapi tetap tidak ada firman dari Tuhan. Setelah kekusaan dari orang-orang Makedonia berakhir, maka umat Tuhan diancam satu kekuatan baru yang sangat menakutkan dari utara, yaitu kerajaan Romawi. Kerajaan yang sangat kuat dan kokoh dalam militer dan politik. Tetapi Tuhan tetap diam. Tuhan terus diam hingga seruan dari Yohanes Pembaptis memecah keheningan itu dengan seruan, “Bertobatlah! Kerajaan Sorga sudah dekat” (Mat.3:2). Seruan yang diserukan karena mempersiapkan jalan bagi Sang Raja Agung, Raja atas seluruh alam semesta, yaitu Yesus dari Nazaret, Anak Daud, Anak Allah.

Ev. Jimmy Pardede
Gembala Sidang GRII Bandung