Standar

Jerry Bridges, penulis buku Pursuit of Holiness dan Discipline of Grace, baru
saja meninggal dunia minggu lalu pada usia 86 tahun. Kutipan yang terkenal dari beliau adalah:

“Your worst days are never so bad that you are beyond the reach of God’s grace.
And your best days are never so good that you are beyond the need of God’s grace.”

Dosa kita tidak pernah sebegitu buruknya sampai kita tidak bisa ditolong Tuhan,
dan jasa kita tidak pernah sebegitu baiknya sampai kita tidak perlu ditolong Tuhan.

Sering kali di dalam hidup, kita mengalami perasaan yang naik turun antara perasaan puas
dan perasaan kecewa, antara perasaan tenang dan perasaan bersalah. Di dalam bukunya,
Discipline of Grace, Bridges mengajak kita untuk melihat kepada Injil agar tidak terjatuh
kepada ayunan naik turunnya perasaan di dalam hari baik dan hari buruk. Jika kita tidak
melihat kepada Injil, kita akan terjebak hanya melihat performa kita hari itu, apakah baik atau
buruk. Kita merasa buruk kalau kita banyak gagal dan berdosa, kita merasa baik kalau kita
berhasil dan sedikit berdosa. Tetapi sesungguhnya ini bukan hidup di dalam anugerah
melainkan hidup menumpuk jasa berdasarkan performa kita (hari menjadi buruk kalau kita
berdosa dan hari menjadi baik kalau usaha kita berjasa). Kita tidak melihat Injil Tuhan tetapi
melihat jasa kita sendiri. Padahal sesungguhnya, hidup di dalam Injil itu senantiasa sadar
akan anugerah Tuhan. Hidup di dalam Injil itu berarti bertobat dan mengakui segala dosa
(unrighteousness) serta bertobat dan mengakui segala usaha kita untuk menumpuk jasa
(self-righteousness). Jadi, tidak ada tempat bagi ayunan dosa dan jasa di dalam Injil kasih karunia-
Nya yang ajaib! Di tengah-tengah jatuh bangun, naik turun, gagal berhasilnya kita, kita
senantiasa sadar bahwa oleh Injil-Nyalah kita dibenarkan dan diterima sepenuhnya.
Kesadaran ini memberikan kestabilan di dalam hidup kita mengikuti Dia. Oleh Injil-Nya
hidup kita dipersatukan dengan Kristus. Kebenaran dan ketaatan Kristus kepada Bapa seumur
hidup-Nya sampai mati di kayu salib diberikan sepenuhnya kepada kita sehingga kita
dilayakkan untuk diampuni Allah, diterima oleh Allah, dan boleh hidup bersama-Nya
senantiasa. Puji Tuhan!