Apakah Tuhan Yesus 100% Manusia?

Dear Redaksi Buletin PILLAR

Salam damai,

Bapak/Ibu redaksi yang terhormat, saya mau tanya, apakah Tuhan Yesus juga 100% manusia? Sejauh pemahaman saya, pernyataan ini tidak benar. Menurut saya, Tuhan Yesus hanya mengambil rupa sebagai manusia untuk mengerjakan karya keselamatan. Mohon penjelasannya dan kalau bisa diberikan bekal referensinya. Terima kasih kami sampaikan.

Regards,

Rafly P Bano, SST

Bpk/Sdr Rafly yang terkasih dalam Kristus,

Tuhan Yesus 100% Allah dan 100% manusia, juga termasuk bagaimana Ia mengambil rupa (the form of) manusia di dalam Dia mengerjakan keselamatan. Di dalam hal ini, tentu kita tidak menyangkali bahwa Yesus memang adalah Allah, sehingga Ia tetap 100% Allah, bahkan ketika Ia berinkarnasi menjadi manusia, bukan berarti Ia kehilangan keallahan-Nya, melainkan Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah (the condition and position as God) sebagai hal dan hak yang harus Ia pertahankan, sehingga Ia mau merendahkan diri dan menjadi manusia. Dengan demikian kita tidak membicarakan keaslian dan keutuhan keilahian Kristus. Yesus adalah Allah Pribadi Kedua Allah Tritunggal yang berinkarnasi seturut Yohanes 1:1-14.

Kemanusiaan Kristus merupakan syarat utama dan keharusan mutlak (the absolute necessity) bagi Kristus untuk menjadi penebus manusia. Dosa manusia hanya bisa diambil alih dan digantikan oleh manusia. Untuk itu, seturut Yohanes 1:1-14, Yesus (Firman) itu adalah Allah, yang menjadi manusia (inkarnasi), menjadi daging. “Menjadi daging” (in-carnal = di dalam daging) adalah pernyataan khusus Yohanes utk memberikan penjelasan tegas bahwa Yesus bukan sekadar Allah yang berjubah manusia (bersifat manusia fiktif), tetapi betul-betul “masuk ke dalam daging” (lihat buku Teologi Sistematika: Doktrin Keselamatan, Louis Berkhof, Penerbit Momentum). Di situ, kita melihat bagaimana Paulus menegaskan di Roma, bahwa Allah (Bapa) yang menetapkan Kristus menjadi manusia untuk menjadi jalan pendamaian bagi manusia agar bisa berdamai kembali dengan Bapa, dan untuk itu, Yesus menjadi “yang sulung” dari banyak saudara karena manusia dicipta menurut “rupa”-Nya (Rm. 8:29-30).

Secara theologis, Yesus harus mengalami kematian yang sejati agar Dia dapat membayar hutang dosa manusia yaitu “upah dosa adalah maut” (Rm. 6:23). Jika Kristus bukan manusia sejati, maka Ia juga tidak bisa mati sejati. Apalagi kalau Kristus hanya mengenakan kemanusiaan sebagai “kedok” belaka, maka kematian-Nya pun adalah kematian palsu. Dengan demikian penebusan Kristus tidak sah secara tuntutan keadilan Allah. Kristus harus membayar murka Allah dan tuntutan keadilan Allah. Maka, dengan demikian, seperti yang dinyatakan Alkitab, Yesus harus 100% manusia sehingga Ia sah menggantikan manusia yang berdosa. Maka dengan demikian, kita menerima pengakuan iman yang menyatakan bahwa “Yesus 100% Allah dan 100% manusia.”

Salam,
Pdt. Sutjipto Subeno