Q: Dear PILLAR, saya mau bertanya tentang Theosis atau deification. Bagaimana pandangan Reformed theology tentang Theosis yang saya dengar, katanya diajarkan oleh Bapa-bapa Gereja? Apakah Theosis sama dengan mystical union with Christ atau sanctification dalam Ordo Salutis? Terima kasih PILLAR!
Andi Soemarli Rasak
Pemuda GRII Singapura
A: Theosis, Deification, atau Divinitation adalah suatu pemikiran yang pertama muncul dan dipegang oleh Gereja Yunani Orthodox. Mereka berpegang pada ajaran St. Athanasius dari Alexandria yang mengatakan, “Kristus telah berinkarnasi menjadi manusia, agar manusia bisa menjadi Allah.” Di sini adanya suatu tuntutan untuk orang percaya boleh hidup suci dan kudus secara sempurna seperti yang dituntut oleh Alkitab sendiri (1 Pet. 1:16). Pemikiran ini mau menjaga agar orang percaya tidak hidup secara sembarangan, dengan dasar pemikiran “persatuan dengan Kristus” (konsep mystical union with Christ).
Konsep ini menjadi berkembang lebih lanjut dan menjadi sesat ketika konsep “persatuan mistis dengan Kristus” dimengerti sebagai suatu hubungan mistik seperti pada konsep mistik Timur dan spiritisme. Di sini mulai terjadi kesalahan pencampuran konsep, sehingga orang Kristen kemudian percaya bahwa ia sudah menjadi Allah. Di sini konsep Theosis berubah menjadi sarana pemikiran New Age masuk ke dalam gereja (seperti terlihat dalam ajaran Esoterik Kristen di www.theosis.com).
Konsep yang benar di dalam Theosis adalah: (a) Theosis tidak boleh diartikan bahwa manusia diselamatkan dengan upaya manusia sendiri, tetapi theosis selalu harus dikaitkan di dalam konteks diselamatkan melalui pembenaran karena anugerah (kasih karunia). Adalah salah bahwa manusia bisa hidup dan diselamatkan karena sudah berusaha hidup suci hingga titik kesempurnaan. (b) Theosis juga bukan merupakan suatu kesatuan campuran, karena tetap harus dimengerti bahwa dalam persatuan mistis, manusia tetap manusia, dan Kristus tetap Kristus. Ide Yohanes 15:5 tidak bisa dimengerti sebagai ketercampuran antara manusia dan Allah. (c) Theosis juga bukan berarti manusia menjadi Allah, karena manusia bukan Allah dan tidak pernah menjadi Allah. Menuju ke divinitas berarti kita mau serupa dengan Kristus.
Dalam konsep Calvin, khususnya dalam Buku Ketiga Institutio, Theosis dimengerti juga di dalam konteks union with Christ (unio cum Christo). Pertama, konsep dipersatukan dengan Allah dalam pikiran Calvin bukanlah merupakan hasil dari inisiatif manusia, tetapi berakar pada perjanjian kekal Allah di dalam kekekalan-Nya. Maka “dipersatukan dengan Allah” berakar pada kekekalan itu sendiri. Di sini kita melihat pengertian persatuan mistis. Mistis di sini bukan dimengerti secara spiritisme, tetapi karena berakar dari kekekalan. Kedua, kemungkinan persatuan mistis dengan Kristus terjadi akibat inkarnasi dan penebusan Kristus, yang membuat kita bisa diperdamaikan kembali (baca: dipersatukan dengan Allah), baik Bapa maupun Roh Kudus. Ketiga, persatuan mistis ini memberikan kuasa kepada setiap anak Tuhan untuk hidup meneladani Kristus. Di sini theosis masuk ke dalam kehidupan praktis, sehingga orang percaya boleh menampilkan teladan Kristus dan sifat-sifat ilahi (divine character).
Kiranya jawaban yang sangat singkat ini bisa memberikan masukan dan pengertian tentang satu tema besar, yaitu Theosis.
Pdt. Sutjipto Subeno