Q: Saya menerima doktrin predestinasi. Dalam perjalanan iman saya timbul satu pertanyaan, “Apabila Allah sudah memilih siapa saja yang akan diselamatkan (di dalam kekekalan) dan jumlahnya tidak mungkin ditambah lagi (dalam kedaulatan Allah), lalu apa gunanya mengabarkan Injil, orang yang terpilih toh tetap akan selamat, dan tidak akan lebih atau kurang dari jumlah yang telah ditetapkan akan menerima Yesus?” Terima kasih.
Lie Khi Fuk
GRII Kelapa Gading
A: Saya senang sekali dengan pertanyaan ini, karena sekalipun Anda sulit mengerti, tetap kita harus menerima kebenaran firman Tuhan. Alkitab jelas mengatakan bahwa Allah memilih manusia dan menetapkan manusia yang mendapat anugerah keselamatan. Bukan karena ada unsur jasa manusia, tetapi karena anugerah semata (bukan hak). Lalu memang pertanyaannya, jika sudah ditetapkan di dalam kekekalan (LAI menggunakan istilah: dipilih dari semula, ditetapkan dari semula – Roma 8:29), mengapa kita harus memberitakan Injil.
Problema pertama, kita beranggapan sesuatu yang terjadi dalam kekekalan, akan langsung terjadi dalam kesementaraan. Kita perlu sadar bahwa kekekalan tidak mengandung proses, sehingga sesuatu yang kekal, tidak ada ‘sebelum’ dan ‘sesudah.’ Kalau ada sebelum dan sesudah, berarti terjadi perubahan, dan perubahan tidak kekal. Sebaliknya, kita hidup dalam kesementaraan dan sejarah, yang berproses dan berubah. Ada sebelum dan sesudah. Jadi, sesuatu yang ditetapkan dalam kekekalan, harus berproses dalam sejarah. Ini relasi paradoks yang tidak biasa kita pikirkan. Dalam New Testament Theology disebut sebagai “Already and Not Yet” concept. Sesuatu yang “sudah dalam kekekalan” menjadi “belum dalam kesementaraan” karena masih menunggu proses.
Problema kedua, penginjilan dilihat sebagai suatu usaha manusia untuk membawa orang (bagi penginjil), dan sebagai suatu usaha manusia untuk bertobat atau menerima Yesus (bagi petobat) yang membawa mereka kepada keselamatan. Alkitab justru melihatnya terbalik. Semua orang yang terlibat, baik penginjil maupun petobat, menggenapkan rencana Allah, sesuai kedaulatan kehendak-Nya. Dalam Kisah 18:9-10 terlihat jelas bahwa ketika Paulus ingin meninggalkan Korintus, Tuhan berkata kepada Paulus untuk tidak pergi dan tetap memberitakan Injil, “karena banyak umat-Ku di kota ini.” Berarti umat pilihan adalah umat yang telah ditetapkan oleh Allah, dan menunggu penginjil datang untuk memberitakan Injil pada mereka, sehingga mereka boleh dimunculkan. Dengan kata lain, umat pilihan tidak muncul sendiri, tetapi Tuhan menggunakan hamba-hamba-Nya untuk memberitakan Injil pada mereka. Dan di mana ada umat pilihan Allah, di situ hamba-Nya akan diutus. Mari kita taat menjadi hamba-hamba Allah yang membawa kabar baik (Rom 10:13-15).
Pdt. Sutjipto Subeno
Ada pertanyaan atau pergumulan? Segera kirimkan pertanyaan kamu ke pillar@grii-singapore.org