Q&A Maret 2006

diambil dari sesi tanya jawab bersama Pdt. Dr. Stephen Tong, NREC 2005

Q: Bagaimana prinsip liturgi yang alkitabiah?
A: Agama terdiri dari iman dan liturgi. Iman itu adalah isinya, sedangkan liturgi adalah caranya. Maka dalam liturgi harus memakai musik dan pujian yang sesuai dengan ibadah. Musik yang nikmat hanya menyentuh “tubuh” dan akhirnya merendahkan nilai diri dan nilai ibadah kita. Ada ide memakai musik rendah supaya bisa menjangkau orang rendah, maka akhirnya mengorbankan musik sehingga merendahkan ibadah, dan akan berakhir dengan kerusakan. Contohnya dalam film “Quo Vadis” yang mempunyai lubang besar sekalipun sangat singkat, yaitu anak kecil yang menjawab Petrus sebagai manifestasi Tuhan Yesus. Gambaran tersebut menyebabkan kerusakan teologis, bahwa orang menganggap diri dapat menjadi tempat manifestasi Yesus. Itu merupakan kerasukan yang sangat ditentang oleh Alkitab. Kita perlu peka dan punya pengertian tentang ibadah yang sejati. Musik mempunyai kuasa rohani. Ketika Saul dirasuk, Daud bermain kecapi, maka roh-roh jahat itu keluar. Musik yang baik akan mengusir setan. Berikan musik yang terbaik untuk Tuhan. Lagu Robert Schumann, “O Master, Let Me Walk With Thee,” yang sepintas terlihat sederhana, isinya sangat baik. Mozart pernah membuat lagu hanya dengan lima nada, tetapi agungnya luar biasa. Ibadah yang baik memakai waktu yang sementara untuk menangkap kesempatan kekekalan. Dalam kronos kita bisa melihat kairos. Di setiap khotbah saya, saya berdoa meminta agar kebaktian saya menghasilkan dampak kekekalan bagi hidup jemaat yang mendengar saya. Orang mungkin mulai dari datang dengan tidak suka, terpaksa, tetapi mulai merasa ada sesuatu, lalu mulai merasa mengena dengan kehidupan, lalu mulai diubah pola pikirnya, lalu berkomitmen mengikuti Tuhan. Di dalam berbagai kesulitan kita mau memuliakan Tuhan, maka Tuhan akan bekerja.

Q: Siapa sastrawan yang paling dikagumi Pdt. Stephen Tong?
A: Dia adalah Ayub, Daud, karena mereka bukan hanya sekedar sastrawan tetapi ada Roh Allah yang memberikan pengaruh kekal bagi manusia. Sastra terindah perlu mempunyai beberapa ciri: (1) antara kekekalan dan kesementaraan; (2) mengandung suatu encouragement dan eternal value; (3) membawa manusia pada peningkatan karakter dan membangun hidup. Semua ini hanya ada di dalam Alkitab. Alkitab adalah sastra tertinggi di dunia. Dalam Yohanes 1 dikatakan bahwa Firman itu adalah Terang, Kekekalan, Hidup, dan Kasih. Semua sastrawan tertinggi di dunia harus dipengaruhi oleh Alkitab. Itulah sebabnya tidak ada sastrawan Tiongkok yang bisa mencapai kelas tertinggi. Tolstoy, Dostoevsky, dan lain-lain bisa besar karena pengaruh Alkitab. Saya bukan mengagungkan kekristenan karena saya Kristen. Saya mempelajari setiap sastra, musik, dan arsitektur, berusaha mengerti berbagai seni sebanyak mungkin, dan akhirnya sadar bahwa tidak ada yang bisa melawan Alkitab.

Q: Mengapa dalam Perjanjian Lama terkesan poligami tidak dilarang?
A: Konsep Alkitab adalah konsep progressive revelation. Tidak semua konsep diberikan sekaligus karena manusia tidak bisa menampungnya. Yang penting adalah benang merah sejarah Alkitab, yaitu Kristus. Itu yang utama; yang lain boleh ditunda dulu (Kis 17:30). Di Perjanjian Baru hal ini (poligami, red.) semakin diperjelas dan semakin dipertegas. Dalam Perjanjian Lama sejak semula konsep ini sudah ada (Kej 2), tetapi Allah masih memberikan toleransi waktu.

Q: Bagaimana kita tahu dan yakin bahwa kita bertalenta di suatu bidang tertentu?
A: Saya juga tidak tahu, bagaimana Anda tahu? Saya tahu dari mencari dan mencoba, lalu menguji kehendak dan pimpinan Tuhan. Saya ingin sekali memberitakan Injil kepada anak-anak, maka saya mengumpulkan beberapa anak, lalu mencoba bercerita kepada mereka. Mereka nakal, lalu saya mencoba bercerita lebih menarik lagi. Saya mencoba lagi, lalu mencoba lagi lebih besar, dan ternyata saya masih bisa menguasai. Saya baru mengerti bahwa Tuhan memberikan talenta kepada saya. Ketika diundang berkhotbah di persekutuan wanita, saya mencoba berbicara tentang tugas ibu, keagungan ibu. Maka saya, sekalipun tidak pernah berpengalaman menjadi wanita, tetap bisa berkhotbah kepada wanita. Jadi kita harus berani belajar dan mau mencoba. Akan tetapi selama ini saya tidak pernah minta diundang untuk berkhotbah atau naik mimbar mana pun.

Jika kamu ingin bertanya, caranya gampang. Kirimkan saja pertanyaan kamu ke: pillar@grii-singapore.org.