Pertanyaan:
Setelah mendengar eksposisi Ibrani pasal 4 dalam VCD Pdt. Stephen Tong, saya mempunyai beberapa pertanyaan. Tuhan telah menetapkan rencana-Nya yang kekal dan sampai sekarang rencana-Nya masih berlaku. Waktu Israel keluar dari Mesir, mereka bersungut-sungut dan selama keluar dari Mesir ada dua peristiwa batu karang keluar air: yang pertama, Musa disuruh memukul batu karang itu, lalu dia pukul dan keluar air; yang kedua, Tuhan menyuruh Musa memerintahkan agar batu itu keluar air, tapi Musa malah memukul batu karang itu dan akhirnya air pun keluar, tetapi Tuhan marah karena Musa tidak menghormati kekudusan Tuhan. Musa berdosa karena telah merusak Kristologi rencana Tuhan dalam sejarah manusia. Menurut Pdt. Stephen Tong, batu karang itu adalah lambang dari Yesus Kristus yang akan datang di Perjanjian Baru dan Kristus hanya boleh disalibkan sekali saja, tetapi Musa malah memukul batu karang yang kedua kali itu, sehingga sudah bertentangan dengan rencana Allah.
- Apakah kalau manusia diberi kesempatan untuk terlibat dalam Kristologi, masih bisa merusak Kristologi itu sendiri?
- Kita tahu bahwa manusia tidak bisa mengubah rencana Tuhan, tapi bagaimana kita menceritakan atau menjabarkan peristiwa Musa yang merusak Kristologi?
- Generasi itu tak akan pernah masuk tanah Kanaan. Bukan saja generasi itu, sampai sekarang pun masalahnya tidak selesai-selesai. Apakah itu juga akibat kutukan dari Tuhan? Bukankah itu secara tidak langsung bisa dimengerti sebagai merusak rencana Tuhan? Dan akibatnya adalah kutukan yang berkepanjangan?
- Kalo Tuhan marah kepada Musa karena memukul karang itu untuk yang kedua kali, lebih-lebih kita yang telah ditebus tapi masih terus hidup dalam dosa, pastilah Tuhan murka besar karena seakan-akan kita meminta Kristus disalibkan untuk kedua kalinya?
- Apakah batu karang (PL) = Kristus (PB) dan tanah Kanaan (PL) = perhentian-Ku (PB)?
Budi Tjendra
MRII Kuala Lumpur
Jawaban:
Secara prinsip Firman Tuhan, orang yang sudah dipanggil dan ditetapkan masuk dalam garis Kristologis tidak mungkin merusak rencana Tuhan. Memang bisa ada upaya-upaya ke arah itu, dan ada hukuman keras yang akan dialami oleh mereka yang tidak taat di dalam garis Kristologis tersebut, tetapi itu tetap tidak akan merusak garis itu sendiri, karena garis itu didukung oleh kuasa dan kedaulatan Allah yang kekal.
Dalam kasus Musa bukan berarti kerusakan yang ditimbulkan merupakan kerusakan esensial dalam perilaku atau rencana kekal Allah secara Kristologis. Itu bukan berarti kemudian Yesus menjadi sungguh-sungguh disalib dua kali. Tetapi seperti bagaimana manusia atau umat pilihan Allah masih bisa berdosa, dan akhirnya menjadi batu sandungan bagi orang lain, gagal menjalankan rencana Allah untuk menjadi saksi Allah, demikian pula Musa telah gagal memberikan gambaran Kristologi yang tepat kepada umat Israel. Itu merupakan dosa besar dan memang tidak bisa dibiarkan atau tidak dihukum. Maka kalau kita memperhatikan, hukuman yang Musa terima begitu dahsyat, seolah kita sulit mengerti, mengapa hanya memukul batu sampai dihukum tidak bisa masuk ke Kanaan, tanah perjanjian yang sedemikian dirindukan. Itu seolah-olah kita sekarang ditutup tidak bisa masuk sorga. Sungguh suatu hukuman yang berat sekali yang Musa harus tanggung.
Kalau persoalan di Timur Tengah terus berjalan sampai sekarang, itu lebih kepada kesalahan Abraham yang telah menghampiri Hagar, bukan sekedar dari kebebalan umat Israel ketika keluar dari Mesir. Tetapi bagaimana pun, semua hal dan semua unsur terlibat di dalam masalah ini, sampai di zaman Daud dan Salomo, yang menjadikan suatu kesombongan spiritual bagi orang Israel saat ini. Dan dalam semua itu, rencana Tuhan yang kekal tidak pernah bisa dirusak oleh manusia. Manusia melakukan tindakan yang berdosa dan mengakibatkan manusia itu sendiri tidak bisa menikmati indahnya hidup dalam rencana Allah yang kekal dan indah, dan mengakibatkan kesulitan bagi manusia itu sendiri.
Dalam kasus kita menyalibkan Tuhan Yesus dua kali, itu terjadi setiap kali kita berbuat dosa setelah keselamatan kita. Kita harus minta kepada Tuhan pengampunan, tetapi toh kita masih berbuat dosa lagi. Kiranya kita sadar dan belajar untuk menghargai penebusan Kristus, dengan demikian kita sungguh-sungguh boleh memuliakan Tuhan. Dan itu bukan berarti akan merusak rencana Allah di dalam kekekalan. Seluruh rencana Allah di sini tetap berjalan sampai pada kesudahannya, dan pengertian menyalibkan Kristus dua kali adalah penggambaran figuratif dari sikap yang tidak lagi menghargai anugerah dan pengorbanan Kristus di kayu salib Golgota.
Jika di dalam Alkitab ada tipologi, jangan kemudian menyamakan tipologi dengan aslinya. Tipologi adalah gambaran bayang-bayang dan bukan asli. Kalau kita melihat tipologi sebagai asli, maka tidak dibutuhkan asli lagi, karena tipologi itu sudah asli. Jadi batu karang bukan Kristus, hanya saja membawa kita mengarahkan pikiran kepada Kristus yang akan datang. Tanah Kanaan juga bukan sorga, tetapi itu gambaran kita akan nantinya berhenti di sorga.
Kiranya jawaban ini boleh menolong kita semakin mempelajari kaitan interpretasi Perjanjian Baru terhadap Perjanjian Lama. Kita perlu selalu mengerti Perjanjian Lama dari terang pandang Perjanjian Baru, dan tidak sebaliknya, barulah kita bisa mendapat perspektif yang benar. Soli Deo Gloria.
Pdt. Sutjipto Subeno