Bulan lalu, kita merenungkan bahwa orang yang diberkati adalah orang yang merenungkan
dan menggumulkan firman Tuhan siang dan malam. Hidup mereka dikatakan akan berbuah
dan “apa saja yang diperbuatnya berhasil” (Mzm 1:3). Namun, apa yang dimaksud dengan
apa saja yang diperbuatnya berhasil? Apakah berarti orang seperti itu, jika dia investor,
investasinya selalu menguntungkan; jika karyawan, karirnya terus menanjak; dan jika
ilmuwan, eksperimennya tidak akan pernah gagal; dan jika guru, muridnya selalu mengerti
apa yang diajarkan?
Penafsiran seperti di atas dapat saja terjadi jika kita melepaskan janji Allah dari konteks
narasi dan ruang lingkupnya. Sering kali, itulah yang terjadi ketika kita membaca Alkitab.
Sebagai seorang investor yang bertujuan mengeruk keuntungan sebanyak mungkin untuk
kepentingan sendiri, karyawan yang berambisi menggapai puncak karir demi kemuliaan
pribadi, ilmuwan yang mencari nama, dan guru yang ingin menyombongkan kemampuan,
janji “apa saja yang diperbuatnya berhasil” sangat menggiurkan. Jika ayat di atas dilepaskan
dari konteks Kerajaan Allah dan ditempelkan kepada konteks kerajaan dan ambisi diri, yang
terjadi adalah penyalahgunaan ayat Alkitab.
Jika berkat selalu harus dipahami dalam konteks Israel dan non-Israel, janji “apa saja yang
diperbuatnya berhasil” harus dibaca dalam pengertian Ulangan 28:1-14, perikop yang dengan
indahnya diberikan judul “Berkat” oleh LAI (Lembaga Alkitab Indonesia). Perikop ini,
sebagai kontras perikop “Kutuk” di bawahnya, adalah janji Tuhan untuk Israel. Janji itu
diberikan kepada bangsa Israel yang saat itu sedang menuju tanah Kanaan. Namun, janji itu
juga diberikan kepada orang Kristen saat ini, orang Israel rohani, yang sedang bekerja untuk
mewujudkan Kerajaan Allah, atau “Kanaan”, di muka bumi ini sampai kesudahannya dan
kepenuhannya, yaitu ketika bumi dan langit yang baru diberikan kepada kita setelah Yesus
Kristus datang kembali untuk kedua kalinya.
Panen, susu, kesuburan tanah maupun kandungan, kejayaan politik, dan lain-lain sekali lagi
tidak dapat ditafsirkan dengan kacamata duniawi atau materialistis, tetapi sebagai bukti
kemuliaan dan pemerintahan Allah sepenuhnya dinyatakan melalui bangsa Israel. Orang
Kristen harus menggarap baik-baik bumi ini dan jika kita setia, Tuhan akan memberikan hasil
yang baik kepada kita. Meskipun saat ini kita banyak musuh dan tantangan, jika kita setia
kepada kebenaran Allah, Dia berjanji akan “membiarkan musuhmu yang maju berperang
melawan engkau, terpukul kalah olehmu. Bersatu jalan mereka akan menyerangi engkau,
tetapi bertujuh jalan mereka akan lari dari depanmu” (ay. 7).
Masih ingat cerita orang Israel yang maju berperang melawan bangsa-bangsa Kanaan, dan
mereka selalu menang jika mereka disertai Tuhan, tetapi akan kalah jika mereka melawan
perintah-Nya dan tidak disertai-Nya? Jika orang Israel saat itu selalu melakukan firman
Tuhan, bayangkan, peluang menang perang mereka adalah 100%! Inilah yang saya kira yang
dimaksud oleh pemazmur dengan “apa saja yang diperbuatnya berhasil” ketika berbicara
tentang orang yang diberkati.