Renungan Mingguan Khusus Pillar Online
DIRGAHAYU INDONESIA ke-71! Kita merdeka! Kita bebas! Tetapi dari manakah
kebebasan manusia dan untuk apakah kebebasan tersebut? Sebelum kita menjawab dua
pertanyaan tersebut, harap kita menjawab dua pertanyaan yang harusnya jauh lebih mudah
untuk dijawab:
1.   Jikalau engkau menciptakan sebuah robot yang dapat membantumu menyiapkan sarapan
secara rutin setiap pagi, apakah engkau mau memberikannya kebebasan kepada robot
itu?
2.   Apakah kau mau menikah dengan robot tersebut?
Semua atau setidaknya sebagian besar dari kita mungkin akan menjawab TIDAK kepada dua pertanyaan tersebut. Tidak untuk no. 1 karena kita mau robot kita melakukan apa yang kita mau dengan setepat-tepatnya. Memberikan kebebasan kepada robot itu berarti robot itu bebas untuk ikutan tidur daripada repot-repot menyiapkan sarapan bagimu atau lebih parahnya si robot mungkin menaruh sianida di kopi hitam kita. Tidak untuk no. 2 karena walaupun bisa saja robot tersebut didesain secantik Ms. Universe dan setiap pagi berkata “I love you”, kita tahu itu bukan cinta, itu diprogram.
Cinta memiliki suatu prasyarat, yakni kebebasan untuk memilih. Allah ingin kita mencintai- Nya karena pilihan, bukan karena paksaan atau sekadar diprogram. Itulah alasan Dia menciptakan manusia dengan kebebasan. Untunglah ketika Allah menciptakan kita, Dia menciptakan kita bukan seperti robot yang tanpa kebebasan. Dia memberikan kebebasan yang sangat besar, bahkan kebebasan untuk melawan sang Penciptanya. Dan naasnya itulah yang dilakukan oleh Adam, manusia pertama, yang mewakili seluruh umat manusia.
Namun, Kristus rela menanggalkan kebebasan ultimatnya ketika Dia inkarnasi, dibatasi oleh ruang dan waktu, dibatasi oleh kondisi fisik, dan lain-lain. Dia mati untuk membebaskan kita dari jerat dosa, untuk membuat kita ditransformasikan oleh cinta-Nya sehingga kita bisa belajar untuk BEBAS MENCINTAI-Nya. Merdeka!
Agustus 2016
Silakan memberikan tanggapan, saran ataupun komentar di bawah.
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan ataupun mencabut komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah ataupun berisi kebencian.
1. Bersyukur untuk Sidang Tahunan Sinode (STS) GRII yang diadakan pada tanggal 28-30 Desember 2020. Berdoa kiranya melalui STS ini, setiap cabang GRII dapat mengerti visi dan misi Gerakan Reformed Injili dan dimampukan Tuhan untuk bekerja sama satu dengan yang lainnya demi mencapai visi dan misi tersebut. Berdoa untuk setiap pemimpin Gerakan Reformed Injili, kiranya Roh Kudus mengurapi mereka dalam memimpin dan melayani zaman ini dengan kepekaan dan pengertian akan kehendak dan isi hati Tuhan.