Renungan Mingguan Khusus Pillar Online
Kepekaan akan sesuatu sering kali ditumpulkan oleh kerutinan dan kebiasaan dalam kehidupan kita sehari-hari. Makin rutin dan makin biasa sesuatu dilakukan, makin tumpul kita peka akan kepentingan hal tersebut. Mungkin itulah yang terjadi pada narasi orang Majus yang datang dari Timur. Siapakah orang-orang majus ini? Diperkirakan mereka adalah kaum cendekiawan sekaligus ahli astronomi dari Persia. Konon katanya memerlukan perjalanan lebih dari 1.300 km dan berbulan-bulan dari Persia ke Yerusalem, dengan melewati dua gurun pasir, dua sungai, dan pegunungan yang sangat tidak bersahabat. Suatu perjalanan yang tentunya sangat memakan biaya tinggi, logistik besar, tenaga, dan kesabaran, serta tekad.
Keahlian astronomi merekalah yang menyadarkan mereka akan peristiwa kelahiran Yesus di Betlehem. Namun keahlian mereka ini hanya mampu memimpin mereka hingga Yerusalem. Untuk mencapai tujuan akhir mereka, mereka harus dibantu oleh pembacaan nubuatan dari Kitab Mikha oleh ahli Taurat dan imam kepala Yahudi; Wahyu Umum memang harus dituntun oleh Wahyu Khusus.
Para ahli Taurat dan semua imam kepala yang dikumpulkan Herodes pasti terpukau melihat rombongan besar dari tanah asing yang mencari tahu tentang Mesias mereka. Tetapi ketika rombongan itu pergi menuju Betlehem sesuai petuah yang mereka berikan, mereka sendiri tidak ikut! Kita–para pembaca–dibuat terpukau melihat tingkah laku mereka, padahal jarak Yerusalem ke Betlehem hanya 9.7 km. Ngesot pun nyampe!
Yerusalem yang seharusnya menjadi mercusuar dan pusat berkat Allah dipancarkan, justru kali ini dilewatkan Tuhan. Tuhan memilih Betlehem, suatu kampung kecil yang marginal di pinggiran menjadi tempat lahirnya Sang Mesias. Suatu pola yang terus terulang di sepanjang Alkitab dan tentunya akan tetap terulang di zaman kita. Pola apakah? Pola “Tuhan menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah” seperti Pujian Maria di Lukas 1:52.
Sedang rutin dan biasa apakah kita? Jangan sampai kita terus tidak peka ketika dilawat Tuhan dan akhirnya kita menjadi orang yang dilewatkan Tuhan.
Desember 2018
Silakan memberikan tanggapan, saran ataupun komentar di bawah.
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan ataupun mencabut komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah ataupun berisi kebencian.
1. Bersyukur untuk Sidang Tahunan Sinode (STS) GRII yang diadakan pada tanggal 28-30 Desember 2020. Berdoa kiranya melalui STS ini, setiap cabang GRII dapat mengerti visi dan misi Gerakan Reformed Injili dan dimampukan Tuhan untuk bekerja sama satu dengan yang lainnya demi mencapai visi dan misi tersebut. Berdoa untuk setiap pemimpin Gerakan Reformed Injili, kiranya Roh Kudus mengurapi mereka dalam memimpin dan melayani zaman ini dengan kepekaan dan pengertian akan kehendak dan isi hati Tuhan.