Renungan Mingguan Khusus Pillar Online
Semua orang memiliki harga diri, mempertahankan bahkan memperjuangkannya demi mencapai kemuliaan diri. Kita selalu menghindar melakukan sesuatu yang dapat membuat diri kita memalukan (kecuali memang disengaja, seperti komedian). Oleh karena itu, kita cenderung menampilkan diri kita sebaik dan sebagus mungkin di hadapan semua orang. Kita ingin dimuliakan. Tetapi sayangnya, kebenarannya adalah kita sudah “sinned and fall short of the glory of God” (Rm. 3:23). Setiap aspek hidup kita sudah dicemari dosa, baik pikiran, perkataan, emosi, keinginan, dan perbuatan. Segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, dan kebebalan timbul dari dalam hati dan menajiskan orang (Mrk. 7:21-23). Kita sesungguhnya hina.
Yesus Kristus lay aside His glory–emptied Himself, humbled himself even death on a cross (Flp. 2:7). Dia berjalan-jalan di muka bumi ini, mengajar kita, memperkenalkan kepada kita siapakah Allah, mengadakan tanda-tanda Allah (mujizat), berbelas kasihan kepada kita dan menyembuhkan segala penyakit, membebaskan kita dari belenggu setan, serta mengampuni dosa kita (Mat. 5, Mat. 11:5, Mrk. 5:8, Mat. 9:2). Tetapi Dia diludahi, ditampar, diolok-olok, diarak-arak, dilucuti pakaian-Nya, dikenakan mahkota (duri), disindir sebagai raja, dipatek di atas kayu, ditinggikan untuk dipertontonkan, dibiarkan mati perlahan-lahan, terhina dan ter- menderita yang pernah terpikirkan.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi bersorak melihat kematian Yesus. Mereka membenci Yesus karena Yesus menegur mereka dengan mengutip Kitab Suci, “I desire compassion, and not a sacrifice” (Hos. 6:6, Mat. 9:13, Mat. 12:7). Orang Farisi sangat mengutamakan hidup keagamaannya dan mendapat kemuliaan atas usahanya itu. Mereka memandang hina dan tidak berbelaskasihan kepada orang lain dengan memberikan cap “berdosa”. Yesus memperlihatkan compassion-Nya kepada mereka yang “berdosa” dan makan bersama-sama dengan mereka. Yesus datang bukan untuk menghakimi manusia melainkan menyelamatkan mereka. Compassion-Nya dinyatakan sampai Dia sendiri menjadi sacrifice demi kita.
Marilah kita belajar ber-compassion dan rela berkorban (termasuk korban perasaan) demi orang lain. Janganlah mementingkan kemuliaan diri, tetapi ber-compassion-lah. He will put an everlasting crown on your head, just wait.
Oktober 2019
Silakan memberikan tanggapan, saran ataupun komentar di bawah.
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan ataupun mencabut komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah ataupun berisi kebencian.
1. Bersyukur untuk Sidang Tahunan Sinode (STS) GRII yang diadakan pada tanggal 28-30 Desember 2020. Berdoa kiranya melalui STS ini, setiap cabang GRII dapat mengerti visi dan misi Gerakan Reformed Injili dan dimampukan Tuhan untuk bekerja sama satu dengan yang lainnya demi mencapai visi dan misi tersebut. Berdoa untuk setiap pemimpin Gerakan Reformed Injili, kiranya Roh Kudus mengurapi mereka dalam memimpin dan melayani zaman ini dengan kepekaan dan pengertian akan kehendak dan isi hati Tuhan.