Renungan Mingguan Khusus Pillar Online
Menghadapi wabah Covid-19 (corona virus) yang sudah masuk ke Indonesia membuat banyak orang panik. Supermarket di berbagai tempat diborong orang dan juga level stres orang-orang meningkat. Ada yang sakit flu karena stres dan takut, bukannya gara-gara virus corona tersebut.
Ketakutan merupakan reaksi wajar dari umat manusia yang diciptakan dengan naluri seperti demikian. Lebih jauh lagi, di dalam anugerah umum Allah, ketakutan diberikan untuk melindungi manusia dari kejahatan dan bahaya yang ada sekitarnya, sehingga dia dapat melangsungkan dan melanjutkan kehidupannya.
Di dalam Perjanjian Lama pun (Im. 13-14), umat Allah diajari untuk melakukan isolasi dan tahapan-tahapan prosedur untuk mengecek apakah dia sedang menghadapi kusta atau tidak. Ketakutan yang salah adalah ketakutan yang mulai irasional, traumatis, labil, dan lain-lain. Sedangkan ketakutan yang benar dan wajar adalah untuk melindungi diri dari apa yang bahaya, dan bahkan tindakan seperti ini juga dlm definisi tertentu bisa disebut keberanian untuk melakukan yang benar di tengah-tengah naluri atau insting ketakutannya. Seorang imam harus menghadapi seorang yang kemungkinan kusta dan mengeluarkan prosedur dan menghasilkan keputusan yang tepat dari tanda-tanda yang dia amati.
Bagaimana respons kita sebaiknya? Firman Tuhan di dalam surat 1 Yohanes menyatakan bahwa kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan. Mari kita belajar untuk bertumbuh di dalam kasih yang sempurna karena Allah adalah kasih. Dia telah membuktikan kasih-Nya dengan menyerahkan Putra-Nya yang tunggal bagi kita. Dan Putra-Nya yang tunggal itu tidak menganggap kita hamba, melainkan sahabat, dengan memberi tahu kita isi hati-Nya dan mau menyerahkan nyawa-Nya bagi kita.
Dan sesudah tantangan yang mengancam dan menimbulkan ketakutan itu lewat, apa yang seharusnya menjadi respons lanjutan kita? Orang kusta itu datang menghadap imam untuk membawa persembahan di hari penahirannya. Dan meskipun kita tidak sampai jatuh sakit terkena wabah virus corona, tetapi apabila wabah itu telah dilewatkan oleh Tuhan dari kota dan negara di mana tempat kita hidup dan tinggal, apakah kita akan mengucap syukur mengingat kebaikan Tuhan? Karena semua itu berasal dari Tuhan, yang baik maupun yang buruk, untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, untuk menyatakan murka dan anugerah-Nya, untuk menyatakan kemahakuasaan keperkasaan dan menyatakan kemurahan kebaikan-Nya. Kiranya kita bertumbuh melalui setiap peristiwa yang Tuhan hadirkan dalam konteks kehidupan kita semua.
Maret 2020
Silakan memberikan tanggapan, saran ataupun komentar di bawah.
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan ataupun mencabut komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah ataupun berisi kebencian.
1. Bersyukur untuk Sidang Tahunan Sinode (STS) GRII yang diadakan pada tanggal 28-30 Desember 2020. Berdoa kiranya melalui STS ini, setiap cabang GRII dapat mengerti visi dan misi Gerakan Reformed Injili dan dimampukan Tuhan untuk bekerja sama satu dengan yang lainnya demi mencapai visi dan misi tersebut. Berdoa untuk setiap pemimpin Gerakan Reformed Injili, kiranya Roh Kudus mengurapi mereka dalam memimpin dan melayani zaman ini dengan kepekaan dan pengertian akan kehendak dan isi hati Tuhan.