,

Kuasa dan Kasih Setia

Kuasa pertama yang dirasakan semua orang adalah ketika ia dilahirkan ke dalam dunia.
Dia berada di bawah kekuasan orang tuanya. Umumnya bapak menjalankan kuasa dan ibu
menjalankan kasih. Dengan demikian kuasa dan kasih berjalan berdampingan menjadikan
keluarga yang ideal. Siapakah yang tidak mau hidup di dalam keluarga seperti itu?

Di Taman Eden, Allah menyatakan kuasa dan kasih-Nya ketika Ia mengatakan, “Semua
pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan
tentang yang baik dan yang jahat itu, jangalah kau kaumakan buahnya, sebab pada hari
engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kej. 2:16). Allah menjamin kelangsungan hidup
manusia yang diciptakan-Nya dengan memberikannya makanan, menyatakan manusia berada
di bawah kekuasaan-Nya dengan memberikannya larangan, namun larangan yang diberikan
adalah demi kelangsungkan hidup manusia itu sendiri. Allah menyatakan kasih-Nya, dan
membungkus larangan-Nya di dalam kasih-Nya. Siapakah yang tidak mau hidup dalam
Taman Eden?

Allah memberikan hak tertinggi kepada manusia untuk menjadi wakil-Nya ketika Ia
mengatakan, “Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu,
berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang
merayap di bumi” (Kej. 1:28). Manusia dengan kasih dan kuasa yang diperoleh-Nya dari
Allah harus beranak cucu, bertambah banyak, penuhi bumi, taklukkan bumi, dan berkuasa
atas segala binatang di bumi. Siapakah yang tidak mau hidup di dalam bumi seperti itu?

Manusia diberikan kebebasan oleh Allah, namun manusia tergiur pada kebebasan dari
Allah. Manusia tidak mau ditentukan oleh Allah, manusia tergiur untuk menentukan dirinya
sendiri. Sejak saat itulah pemberontakan selalu ada di muka bumi ini. Sejak lahir sampai
bertumbuh semakin dewasa, manusia selalu memproklamirkan prinsip “I’m free from
anyone, from anything.
” Semua orang merindukannya. Tetapi prinsip itu tidak bisa menjamin
kelangsungan langit, bumi, dan segala isinya. Sebaliknya prinsip itu akan menghancurkan
langit, bumi, dan segala isinya. Apa yang terjadi jika bumi tidak mau berputar, jika matahari
mau mendekati bumi, jika air tidak mau tetap berkumpul di laut, jika binatang buas
berkeliaran di siang hari, jika binatang memakan apa saja yang ditemukannya? Siapakah
yang mau hidup di dalam bumi seperti itu?

Berbahagialah kita, karena Daud, seorang raja yang hatinya berkenan kepada Allah, seorang
yang mengenal Allah dan yang berelasi secara intim dengan-Nya memproklamirkan,
“Satu kali Allah berfirman, dua hal yang aku dengar: bahwa kuasa dari Allah asalnya, dan
dari pada-Mu juga kasih setia, ya Tuhan; sebab Engkau membalas setiap orang menurut
perbuatannya” (Mzm. 62:12-13). Apa pun yang terjadi di bumi ini, kapan pun, di mana pun,
tidak ada yang luput dari kuasa dan kasih setia Allah, Sang Penentu dan Sang Pemelihara.
Siapa yang tidak mau hidup di dalam-Nya?