Mazmur 49

Mengapa Aku Takut Pada Hari-hari Celaka?

Mazmur ini dimulai dengan proklamasi (ay. 1-4) dari bani Korah untuk memberikan
pengajaran. Segala lapisan masyarakat dipanggil, tinggi-rendah, kaya-miskin. Hikmat,
pengertian, amsal, dan peribahasa diberitakan diiringi dengan musik kecapi. Hati, mulut,
telinga, dan tangan semuanya sinkron hendak bersekutu di dalam firman Tuhan.

Bagian kedua dari mazmur ini diisi dengan masalah (ay. 5-9) yang dihadapi oleh
pemazmur dan umat yang dipanggil dalam proklamasi tadi. Mengapa kami harus takut pada hari
celaka ketika menghadapi kejahatan pengejar-pengejar kami? Pengejar kami percaya kepada
kekayaan mereka padahal kekayaan tersebut tidak dapat menebus nyawa orang lain atau
dirinya sendiri dengan membayar kepada orang lain atau kepada Tuhan. Tidak ada yang bisa
hidup selama-lamanya.

Bagaimana dengan kita, apakah yang kita takuti di dunia ini? Kehilangan pekerjaan, khawatir
dengan kondisi anak, takut nilai jelek, atau kecelakaan saat berkendara? Kita boleh belajar
melalui mazmur ini bahwa Tuhan itu setia. Apa jawaban yang ditawarkan oleh mazmur ini?

Bagian ketiga dari mazmur ini menjawab masalah ketakutan ini dengan memberikan
jawaban-nya (ay. 10-15). Kematian! Kematian adalah penyamarataan yang agung. Orang
bodoh dan orang berhikmat mati bersama-sama. Semua orang yang punya gelar, nama,
kekayaan, ataupun kebanggaan semu akan meninggalkan kekayaan dan tanahnya lalu turun
ke dunia orang mati. Mereka mempunyai gembala yaitu maut. Gembala ini akan membawa
orang turun ke dalam kuburan meninggalkan semua kebahagiaan dan kegemilangannya
selama di dunia. Tetapi pemazmur ini berkata: Allah akan membebaskan aku dan menarik
aku dari dunia orang mati. Siapakah aku? Pemazmur. Siapakah pemazmur? Bani Korah. Geer
sekali ya? Justru Bani Korah memiliki iman yang sehat di dalam Tuhan sebab memang (1)
hanya Tuhanlah yang dapat menyelamatkan; dan (2) mereka tahu persis kisah nyata bahwa
orang tuanya, Korah, hidup-hidup ditelan ke dalam dunia orang mati. Tetapi, pertanyaannya
masih tetap sama, yaitu mengapa kata yang digunakan “aku”? Bukan “kami” atau “kita” atau
“kalian” untuk mengikutsertakan pendengar mazmur tersebut? Karena ada pembedaan yang
dibuat oleh Tuhan.

Bagian keempat dari mazmur ini memberikan perbedaan-nya (ay. 16-20). Kekayaan,
kemuliaan, kebahagiaan, kegemilangan seseorang akan ditinggal ketika mereka turun ke
dunia orang mati. Yaitu mereka yang menganggap diri bahagia karena disanjung dan berbuat
baik padahal hanya baik terhadap diri sendiri. Mereka itu tidak punya pengertian dan seperti
binatang yang dibinasakan. Hanya mereka yang menganggap diri bahagia di dalam Tuhan,
diperkenan di mata Tuhan dan sesama yang sungguh-sungguh dalam Tuhan, dan berbuat baik
karena belas kasihan Tuhan ada di dalam hati merekalah yang masuk ke dalam grup yang
berbeda, ke dalam grup “aku”. Inilah bedanya “aku” dengan “kami”, “kita”, “kalian”. Karena
tidak semua “kami”, “kita”, “kalian” yang seperti bani Korah. Bani Korah sadar mereka tidak
layak dan perlu pertolongan Tuhan. Mereka dan keturunan mereka tidak binasa dan
dipelihara oleh Tuhan, tidak seperti nenek moyangnya. Mereka boleh melihat terang dan
tinggal tetap di dalam tanah yang sudah Tuhan janjikan, pengharapan kekal, Rumah Bapa,
Kota Allah, Yerusalem Baru yang sudah Tuhan siapkan sejak sebelum dunia dijadikan.
Kiranya Tuhan memberkati kita semua untuk masuk ke dalam bagian dari “aku”, Kota Allah
yang kudus. Soli Deo Gloria.