Objek Iman

Kalian mungkin pernah membaca cerita ilustrasi tentang dua katak yang secara terpisah kecemplung
ke dalam kaleng krim susu. Kalengnya begitu tinggi sehingga sia-sia mereka mencoba untuk
melompat keluar. Katak yang pertama mencoba untuk lompat tetapi tidak berhasil dan akhirnya
dia menyerah sambil berkata “Selamat tinggal dunia yang kejam!” lalu dia tenggelam di dalam krim.
Sedangkan katak yang kedua mempunyai semangat dan sikap yang jauh lebih positif, dia tidak mau
menyerah begitu saja lalu dia berkata “Saya akan berenang terus sampai saya tidak ada tenaga lagi!”
dan demikianlah sang katak kedua terus berenang berputar-putar di dalam kaleng krim tersebut.
Anehnya semakin lama dia berenang semakin kental krim tersebut dan lambat laun krim tersebut
menjadi semakin keras dan berubah menjadi mentega, yang cukup padat untuk sang katak meloncat
keluar dari kaleng tersebut.

Sebuah cerita ilustrasi yang sering dipakai untuk memotivasi kita agar mempunyai sikap yang positif,
semangat berjuang, dan lain-lain, yang cocok untuk dipakai dalam seminar motivasi. Have faith
bro! Change ur cream to butter!
Memang tidak salah sih, bahkan cerita ini memang cocok untuk
menggambarkan sikap-sikap tersebut.

Sekarang seandainya kedua katak tersebut kecemplungnya di kaleng bir. Sang katak pertama yang
menyerah mungkin mati dengan lebih tidak sengsara, sedangkan si katak kedua setelah berenang
sampai habis tenaganya tetap mengalami nasib yang sama – tenggelam – hanya lebih lama saja. Jadi
ilustrasi ini lebih tepat menggambarkan tentang objek iman, bukan tentang usaha iman. Yang bisa
menentukan iman mereka berhasil atau tidak adalah objek iman mereka di mana mereka berdiri.

Kita boleh saja mempunyai iman yang menggebu-gebu, namun apakah kita menaruh iman
kita pada objek iman yang sejati? Paulus dalam 1 Kor. 15:14 menulis, “Andaikata Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu.” Kematian
dan kebangkitan Kristus adalah pusat dari iman kepercayaan orang Kristen. Paulus melanjutkan di
ayat ke-20, tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai
yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal. Siapakah yang mempunyai dasar iman yang
sejati? Ibrani 11 mencatat kisah pahlawan-pahlawan iman yang beriman kepada Tuhan dan karena
iman mereka, mereka rela diejek, didera, dibelenggu, dipenjarakan, bahkan dibunuh…. Karena apa?
Supaya mereka beroleh kebangkitan yang lebih baik (11:35). Apakah engkau berdiri di atas “Batu
Karang yang teguh” ataukah di atas “pasir yang segera runtuh”?