Renungan Mingguan Khusus Pillar Online
Mari kita merenungkan salib ITU, yang tertancap di atas tanah lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Sejauh apakah salib itu berarti bagi kita yang hidup lebih dari dua ribu tahun kemudian?
Di salib itu dia begitu buruk rupa, tidak ada kemuliaan sedikit pun, bahkan tidak kelihatan selayaknya sebagai seorang manusia. Dia yang kudus dinyatakan bersalah oleh standar manusia berdosa atas tuntutan menghina Allah. Di salib itu, Dia digantung dengan tangan dan kaki dipaku, dinaikkan ke tempat yang tinggi untuk dipertontonkan kepada semua orang. Di sebelah kanan dan kirinya disalibkan para penjahat yang bahkan menghina-Nya pula. Dia dikira kena tulah, dipukul, dan ditindas Allah.
Allah memang berkehendak meremukkan Dia dengan kesakitan. Dia diremukkan karena kejahatan kita, Dia sengsara karena menanggung penyakit kita, Dia ditikam karena pemberontakan kita, dan Dia terputus dari negeri orang-orang hidup.
Dia menyerahkan diri-Nya sebagai korban penebus salah. Dia memikul kejahatan kita, dia menyerahkan nyawa-Nya ke dalam maut, Dia menanggung dosa banyak orang, terlebih lagi Dia berdoa untuk para pemberontak, yaitu kita, yang sesungguhnya memberontak terhadap Allah.
Dia tidak berbuat kekerasan, dan tipu tidak ada dalam mulut-Nya. Dia layak bertindak sebagai imam, yaitu perantara antara Allah yang suci dengan kita, pendosa yang cemar. Dia membawa korban yang sempurna untuk menggantikan kita menerima hukuman atas dosa kita. Oleh ketaatan-Nya Dia memberikan pembenaran kepada banyak orang. Oleh luka-luka-Nya, kita menjadi sembuh.
On that cross, he bore our shame and punishment and gave us his glory and blessings! Layaklah kita melemparkan mahkota kita di hadapan takhta-Nya (Why. 4:10). How should we live then?
April 2015
Silakan memberikan tanggapan, saran ataupun komentar di bawah.
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan ataupun mencabut komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah ataupun berisi kebencian.
1. Bersyukur untuk Sidang Tahunan Sinode (STS) GRII yang diadakan pada tanggal 28-30 Desember 2020. Berdoa kiranya melalui STS ini, setiap cabang GRII dapat mengerti visi dan misi Gerakan Reformed Injili dan dimampukan Tuhan untuk bekerja sama satu dengan yang lainnya demi mencapai visi dan misi tersebut. Berdoa untuk setiap pemimpin Gerakan Reformed Injili, kiranya Roh Kudus mengurapi mereka dalam memimpin dan melayani zaman ini dengan kepekaan dan pengertian akan kehendak dan isi hati Tuhan.