Pemilihan Umum dan Pemilihan Umat

Banyak warga Indonesia baru saja menggunakan hak pilihnya untuk menentukan pemimpin
untuk periode lima tahun mendatang. Siapa pun yang terpilih dari hasil pemilu ini tentulah
akan merasa bangga karena dipercaya oleh puluhan juta pemilih untuk memimpin negeri ini
untuk satu periode ke depan. Dengan rela, rakyat menyerahkan kekuasaan dan otoritas
kepada capres dan cawapres tertentu untuk memerintah republik ini. Sebaliknya, warga yang
pasangan calon pilihannya memenangi pemilu juga akan merasa senang karena arah
pembangunan negara untuk lima tahun mendatang berada di dalam tangan pasangan calon
yang mereka percayai.

Pada minggu yang sama, banyak pula warga Indonesia yang memperingati Jumat Agung,
peristiwa kematian Kristus di atas kayu salib untuk menebus orang berdosa, dan setelah itu
Paskah, yakni kebangkitan Kristus dari kematian yang membuktikan kemenangan-Nya atas
kuasa maut dan bahwa Dia telah membebaskan orang beriman dari cengkeraman dosa dan
maut.

Sekilas memang tidak tampak hubungan di antara kematian dan kebangkitan Kristus dengan
pemilihan umum. Meskipun kita dapat saja mengaitkan kebangkitan Kristus dengan
pemerintahan-Nya di atas perpolitikan dunia saat ini, yang tentu saja termasuk pemilu yang
baru saja lewat, di sini saya lebih ingin menyoroti pemilihan yang lain, yakni pemilihan
terhadap orang percaya. Keparalelan antara pemilihan umum dan pemilihan orang kudus
menarik untuk direfleksikan.

Paulus melihat pemilihan orang kudus, kematian, dan kebangkitan Kristus di dalam satu garis
peristiwa yang sama di dalam Efesus 1.

Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan
kepada kita segala berkat rohani di dalam sorga. Sebab di dalam Dia Allah telah memilih kita
sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. (ay. 3-4)

Dan supaya Ia menjadikan mata hatimu terang, agar kamu mengerti pengharapan apakah yang
terkandung dalam panggilan-Nya: betapa kayanya kemuliaan bagian yang ditentukan-Nya bagi
orang-orang kudus, dan betapa hebat kuasa-Nya bagi kita yang percaya, sesuai dengan
kekuatan kuasa-Nya, yang dikerjakan-Nya di dalam Kristus dengan membangkitkan Dia dari
antara orang mati dan mendudukkan Dia di sebelah kanan-Nya di sorga… (ay. 18-20)

Di ayat ke-18, Paulus berdoa supaya orang-orang kudus di Efesus dicelikkan mata hati
mereka oleh Tuhan supaya dapat menyaksikan semua pekerjaan besar Tuhan. Sebagai anak-
anak Allah, kita juga perlu meminta agar Tuhan membuka mata hati kita supaya kita
mengerti arti dipilih oleh Tuhan sebelum dunia diciptakan. Jika calon presiden begitu bangga
dirinya dipilih oleh rakyat dan merayakan kemenangan di pemilu, bukankah kita sebagai
orang percaya perlu lebih merasa bangga dan bersukacita karena kita bukan dipilih oleh
jutaan manusia, melainkan oleh Tuhan pencipta semesta? Tentu saja, jika pemenang pemilu
bangga terpilih karena merasa berkualifikasi, orang-orang percaya mempunyai sikap yang
lain: mereka bangga dipilih oleh Tuhan justru karena merasa tidak layak. Respons mereka
adalah seperti yang tertuang di dalam lirik himne yang sangat familiar di telinga jemaat saat
ini: “Why have you chosen me out of millions your child to be?”

Berikutnya, jika calon presiden dipilih untuk berkuasa selama lima tahun mendatang,
bagaimana keparalelannya dengan pemilihan orang kudus? Orang-orang pilihan dipilih oleh
Tuhan mewarisi seluruh alam semesta ciptaan-Nya dan akan memerintah bumi dan langit
yang baru bersama-sama dengan Kristus, Raja segala raja. Pada saat ini, mereka seperti
Abraham yang dijanjikan tanah Kanaan, hanya bisa melihat kepada janji Allah dengan iman.

Namun, sebelum orang-orang berdosa dapat menerima bagian mereka, mereka harus terlebih
dahulu diperbarui menjadi manusia-manusia baru, menjadi orang-orang kudus, dan ini
menuntut harga yang mahal. Kristus harus mati dan mengalirkan darah-Nya yang kudus dan
bangkit dari kematian untuk membebaskan umat-Nya. Baru setelah kita disucikan dengan
darah-Nya dan menerima kemenangan di dalam kebangkitan-Nya, kita dapat menjadi milik
Kristus, menjadi tubuh-Nya untuk suatu hari nanti dipersatukan dengan sempurna dengan
Sang Kepala.

Salib dan maut dan jalan yang harus Kristus lalui untuk memenangkan orang-orang pilihan-
Nya. Dia menggenapkan rencana kekal Bapa-Nya dengan ketaatan penuh. Kini, bagaimana
kita menjalani hidup yang paralel dengan ketaatan Kristus setelah mata hati kita terbuka
untuk melihat semua rencana Allah bagi kita, umat pilihan-Nya?