Penghiburan

Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang
Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
(Yoh. 14:27)

Ini adalah salah satu kalimat penghiburan yang paling indah di dalam Alkitab. Bagi saya
pribadi, ayat ini memberikan pertolongan melewati hidup perjuangan selama kuliah bertahun-tahun
merantau dalam kesendirian. Saya ingin mengajak para pembaca untuk melihat bagaimana
ayat ini dapat menjadi kekuatan bagi kita untuk berjalan melewati hari demi hari dengan
berbagai masalahnya dewasa ini.

Masalah ketersendirian, keterasingan, dan kegamangan muncul dan meluas di dalam zaman
sekarang ini. Zaman yang disebut post-modern, post-Christian, dan bahkan
post-morality. Nilai-nilai menjadi kabur, batasan-batasan menjadi tidak jelas, dan banyak
orang yang mengalami suatu perasaan yang tidak menetap dan berubah-ubah. Banyak hal di dalam
dunia ini tidak bisa dipegang, perasaan ketersendirian, keterasingan, dan kegamangan ini secara
singkat dapat kita lihat sebagai bentuk dari perasaan kemusafiran. Hal ini bukan saja terjadi
di Indonesia, tetapi hal ini juga terjadi di berbagai kota besar dunia dengan masalah polusi,
kemacetan, harga hunian yang melambung, sampah, banjir, dan sebagainya. Di tengah-tengah
pergumulan ini, Tuhan menjanjikan rumah Bapa yang memiliki banyak tempat, tempat untuk
kita menetap. Dan selama kita masih ada di dunia, kita melihat bahwa Dia memberikan damai
sejahtera-Nya.

Damai sejahtera ini di dalam bahasa Ibrani disebut “shalom”. Dan shalom itu bersifat
multidimensi, kepenuhan kebaikan kesejahteraan yang mencakup fisik, psikologis, sosial, dan
spiritual. Damai (shalom) itu mengalir dari semua hubungan yang sudah diperdamaikan
(rekonsiliasi) antara kita dengan Tuhan, diri kita sendiri, dan sesama (Kol. 1:20).

Di tengah-tengah konteks kehidupan yang penuh dengan polusi dan kemacetan di mana-
mana, sering kali kita sulit dan tidak merasakan damai itu lagi. Orang menjadi tidak sabar,
merasakan sakit, dan memiliki tingkat stres yang lebih tinggi. Bagaimanakah kita senantiasa
dapat merasakan damai-Nya di dalam kehidupan kita? Mampukah kebenaran dan kasih
Kristus yang sudah dinyatakan di atas kayu salib mengalir di dalam diri Anda dan saya untuk
membawa damai (shalom) kepada sekitar kita? 

Mari kita mengingat sekali lagi bahwa damai itu sudah dialirkan dari seluruh kepenuhan
Allah yang berkenan diam di dalam Dia (Kol. 1:19). Hendaklah kita senantiasa dipenuhi oleh
Roh Kudus-Nya untuk senantiasa mengalirkan damai yang kita terima ke orang-orang di
sekitar kita. Amin.