Renungan Mingguan Khusus Pillar Online
Berapa lama lagi ya TUHAN? Di dalam pergumulannya, Daud berseru kepada TUHAN, “Berapa lama” sebanyak empat kali. Terkadang ketika kita berada di dalam masa penantian untuk menunggu kelepasan, kita hanya bisa berseru dan berharap kepada TUHAN. Kita berdoa kepada-Nya dan memohon.
Di dalam Mazmur 13 Daud berseru “berapa lama lagi ya TUHAN” dengan empat ungkapan: Pertama, Engkau melupakan selamanya? Kedua, Engkau menyembunyikan wajah-Mu? Ketiga, sehingga aku menaruh kekhawatiran dalam jiwaku, dan bersedih hati, sepanjang hari? Keempat, dan musuhku meninggikan diri atasku?
Di dalam kehidupan kita ada masa suka dan ada masa duka. Ada musim menabur ada musim menuai. Ada musim hujan dan ada musim panas. Ada saatnya kelam kabut dan terang benderang. Di dalam mazmur ini terlihat bahwa Daud bergumul di dalam masa yang sulit di kehidupannya. Daud khawatir terus menerus sepanjang hari. Apakah ini berarti Daud lupa kebaikan Tuhan dan tidak bisa beriman kepada Tuhan dan apakah ini berarti Daud tidak mencari dahulu kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, sehingga dia khawatir seperti orang kafir? Saya percaya justru dia bergumul karena dia tahu persis kebaikan Tuhan dan Tuhan itu seharusnya dapat dipercaya dan memang demikian. Daud juga tahu bahwa dia melayani Tuhannya dan hidup bagi Tuhannya, serta mengerjakan pekerjaan Tuhannya, namun yang terjadi justru seperti bertentangan dengan apa yang semestinya. Perasaan dan pikirannya gelisah, hatinya bersedih, karena keadaan yang seolah jauh dari Tuhan dan musuh yang terlihat menang.
Pandanglah dan Jawablah; supaya jangan…
Karena itu Daud memohon kepada TUHAN agar hadirat TUHAN yang terasa jauh
daripadanya itu kembali kepadanya. Agar wajah TUHAN boleh kembali menghadap kepada
Daud sekali lagi dan memberikan jawaban atas pergumulan-pergumulannya. Terkadang di
dalam pergumulan, kita merasa sudah tahu jawaban dari firman Tuhan tetapi sebenarnya
masih banyak dimensi dari kehidupan berjalan bersama Tuhan yang tidak kita ketahui.
Bukankah terkadang kita seperti teman-teman Ayub yang memberikan jawaban doktrin tepat
tetapi tidak memiliki pengertian kedalaman pergumulan seperti yang dihadapi Ayub?
Bukankah kita bisa mengutip Mazmur di bagian lain bahwa “Ke manakah aku dapat pergi
menjauhi Roh-Mu Tuhan? Di ujung bumi, di langit, di dunia orang mati, Engkau ada di sana”
dengan kasih tetapi tetap tidak mengerti apa yang dirasakan teman kita? Daud memohon agar
matanya bercahaya hanya karena boleh sekali lagi memandang wajah TUHAN. Daud
bergumul dengan mendalam dan sangat pribadi karena dia mengatakan, “pandanglah dan
jawablah aku, ya TUHAN, Allahku!”
Daud khawatir kalau-kalau dia gagal untuk mengerjakan pekerjaan Tuhan, Daud khawatir kalau-kalau dia gagal untuk hidup bagi Tuhan sesuai dengan apa yang Tuhan mau, dan Daud khawatir kalau akhirnya dia tertidur, mati; musuh menang dan bersukacita.
Kepada kasih setia-Mu [dan] penyelamatan-Mu
Kita dapat melihat bagaimana Daud bergumul dan akhirnya mendapatkan jawaban dari
TUHAN sendiri. Bagaimana kasih setia TUHAN itu dapat dipercaya dan bahkan dia punya
alasan untuk bersorak-sorak untuk penyelamatan dari TUHAN. TUHAN yang setia dan tidak
pernah gagal yang menjadi dasar bahwa kita boleh tetap memiliki pengharapan dan pada
akhirnya Daud bisa bernyanyi karena TUHAN telah berbuat baik kepadanya.
Di tengah-tengah berbagai pergumulan kita, apakah kita dapat menemukan alasan untuk percaya akan kasih setia-Nya, bersorak-sorak untuk penyelamatan-Nya, bernyanyi kepada- Nya karena sadar bahwa TUHAN telah berbuat baik kepada kita? Mungkin tidak bisa langsung saat ini juga kita bersorak-sorak ketika kita menghadapi pergumulan yang berat, tetapi kita diajak untuk jujur dan senantiasa mengingat kasih setia TUHAN yang menyelamatkan kita melalui proses pergumulan ini. Sama halnya Daud tidak bisa dibilang kurang iman karena khawatir, demikianlah TUHAN mengasihi kita bahkan ketika kita terasa jauh dari TUHAN dan berada di tengah-tengah pergumulan lembah bayang-bayang maut. TUHAN mengasihi kita dan memang benar demikian adanya.
Soli Deo Gloria.
April 2017
Silakan memberikan tanggapan, saran ataupun komentar di bawah.
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan ataupun mencabut komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah ataupun berisi kebencian.
1. Bersyukur untuk Sidang Tahunan Sinode (STS) GRII yang diadakan pada tanggal 28-30 Desember 2020. Berdoa kiranya melalui STS ini, setiap cabang GRII dapat mengerti visi dan misi Gerakan Reformed Injili dan dimampukan Tuhan untuk bekerja sama satu dengan yang lainnya demi mencapai visi dan misi tersebut. Berdoa untuk setiap pemimpin Gerakan Reformed Injili, kiranya Roh Kudus mengurapi mereka dalam memimpin dan melayani zaman ini dengan kepekaan dan pengertian akan kehendak dan isi hati Tuhan.