Tuhan, Penjaga Kita

Mazmur 121

Ketika berada dalam penjajahan dan dijauhkan dari tanah kelahirannya, bangsa Israel menjadi
orang asing di negeri orang. Mereka menjadi imigran atau pendatang yang tinggal di kota
besar dengan bahasa, budaya, kebiasaan yang berbeda dengan yang mereka miliki di
Yerusalem dan Israel. Sering kali sebagian kita juga mengalami hal yang mirip. Kita
berpindah dari kota kelahiran kita untuk pergi ke kota besar kita merasakan tekanan hidup
dan kerasnya hidup di sana. Sebenarnya, kita semua mengalami perpindahan itu. Kita yang
lahir di kota besar, kita juga “berpindah” dari kota masa kecil kita ke kota zaman sekarang
yang macet, tidak ramah, dan kotor. Kita juga merasakan stresnya hidup di perkotaan dengan
masalahnya yang kompleks. Bagaimana perenungan firman Tuhan dapat kita gumulkan
dalam kehidupan di kota besar seperti sekarang ini?

Di dalam Mazmur 121, pemazmur berziarah dan memohon pertolongan Tuhan di dalam
perjalanan musafirnya. Demikian kita memohon pertolongan Tuhan untuk melewati kerasnya
hidup di kota besar sekarang ini. Pemazmur melayangkan matanya ke gunung-gunung dan
menantikan pertolongan Tuhan (ay. 1-2), sedangkan kita melayangkan mata kita ke hutan
beton dan tembok keras untuk melihat langit yang berpolusi; sepertinya susah untuk melihat
pertolongan Tuhan yang menjadikan langit dan bumi karena udara bau polusi dan sekitar kita
berisi bangunan (khususnya bagi mereka yang bergulat dengan kendaraan umum dan juga
naik motor setiap harinya di tengah kemacetan dan panasnya udara). Bagaimana kita melihat
matahari tidak menyakiti kita (ay. 6) karena yang menyakiti kita adalah polusi, sampah, dan
bakteri virus oleh sungai-sungai yang tidak bersih? Yang bisa kita doakan mungkin hanya
ayat 7 yaitu agar Tuhan melindungi kita dari kecelakaan saat berkendara, apalagi di tengah-
tengah sepeda motor yang bersliweran di sekitar kita.

Bagaimana sesungguhnya kita dapat menghayati bahwa Tuhan adalah Penjaga kita, Dia tidak
terlelap dan tidak tertidur? Kita belajar melihat bahwa the hand of Providence creeps among
the leafy greens, also forms the cotton candy on the sky to distill the waters
. Tangan Tuhan
merajut dedaunan hijau dan membentuk kapas angkasa untuk menyuling air. Dedaunan hijau
dirajut siang malam dan kapas angkasa dibentuk pada musimnya. Jadi, Tuhan tidak terlelap
pada waktu malam dan tidak berhenti bekerja untuk memelihara musim demi musim demi
kehidupan manusia. Tuhan berjanji, “Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim
menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam” (Kej. 8:22).

Karena itu kita boleh berkata polusi tidak akan menyakiti kita, sebab Tuhan akan menjaga
kita dengan dedaunan hijaunya; sampah dan kotoran tidak akan menyakiti kita, sebab Tuhan
akan menjaga kita dengan air sulingnya pada musimnya. Mengenai polusi dan sampah yang
dibuat karena tanggung jawab manusia dan ulah manusia, kita akan merenungkannya
bersama di Mazmur 122. Amin.