Renungan Mingguan Khusus Pillar Online
Manusia sering kali berharap agar Allah bekerja dan berespons dengan cara manusia. Misalnya, jika kita berkomunikasi dengan orang lain, kita ingin segera mendengarkan tanggapan atau jawaban mereka. Demikian juga, ketika kita berkomunikasi dengan Allah, kita berharap Allah langsung menjawab kita dengan cara yang kita inginkan, yang biasanya adalah tindakan yang bisa kita lihat langsung. Namun, kisah Yesus tertidur di atas perahu yang hampir tenggelam di dalam badai menunjukkan bahwa kita, seperti murid-murid-Nya, perlu belajar bagaimana harus menunggu dan melihat Tuhan bekerja.
Dikisahkan di dalam Markus 4:35-41 bahwa Yesus naik perahu bersama murid-murid-Nya dan di tengah pelayaran mereka topan mengamuk dan hampir menenggelamkan perahu mereka. Namun, Yesus sedang tertidur di sebuah tilam di buritan.
Banyak pelukis telah mencoba menganvaskan imajinasi mereka terhadap detik-detik paling menegangkan itu. Salah satu lukisan yang sangat jelas menggambarkan kontras antara Yesus dan lingkungan sekitar-Nya, termasuk murid-murid adalah karya Jules Joseph Meynier (1826-1903), seorang pelukis Perancis.[1] Di dalam imajinasi Meynier, air danau seolah-olah sungkan menelan perahu tersebut hanya karena ada Yesus di atasnya. Tangan-tangan ombak terpecah. Di satu sisi, mereka ingin menarik turun perahu, di sisi Yesus tertidur, air menolak dengan cara meninggikan-Nya.
Para murid kemudian membangunkan Yesus, bertanya-tanya akan kepasifan atau ketidakpedulian-Nya terhadap situasi mereka. Dia bangun, mendiamkan angin dan air, dan murid-murid-Nya takjub karena angin dan danau taat kepada-Nya.
Kejadian ini mempunyai makna yang tidak disadari oleh banyak pembaca non-Yahudi. Bagi orang Yahudi pada saat itu, laut atau kumpulan air yang besar adalah sumber kejahatan, kekacauan, dan segala keburukan. Di dalam kitab Wahyu, monster yang menyebabkan banyak masalah bagi dunia itu keluar dari laut. Itulah sebabnya, bangsa Yahudi bukan bangsa pelaut seperti nenek moyang orang Indonesia. Mereka benci dan takut terhadap laut. Mereka berlayar hanya untuk menangkap ikan, tidak pernah untuk berpetualangan. Dengan konteks seperti ini, apa yang dirasakan oleh murid-murid-Nya ketika topan mengamuk? Mereka mungkin sedang berpikir bahwa mereka ada di dalam genggaman kekuatan jahat yang akan mengantar mereka kepada kematian. Dengan perspektif ini, kita baru mengerti bahwa ketakjuban mereka terhadap Tuhan Yesus tidak hanya karena Yesus bisa mengendalikan cuaca, tetapi bahwa kuasa Yesus lebih besar daripada kuasa “si monster”.
Namun, pertanyaan Yesus setelah angin dan air terdiam perlu kita renungkan: “Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” atau “Di manakah imanmu? Kamu belum percaya juga?” Sering kali, kita panik terhadap situasi kita karena kita belum percaya juga bahwa Allah lebih besar daripada semua masalah kita. Kita berharap Dia segera membuktikan diri-Nya karena iman kita kurang. Namun, iman kita terhadap Yesus, terhadap penyaliban dan kebangkitan-Nya-lah, yang membuat kita dapat melihat bahwa Dia bahkan lebih besar daripada masalah terbesar manusia, yakni kematian. Mata telanjang manusia tidak dapat melihat kepribadian dan pekerjaan-Nya yang nyata, kecuali dibantu dengan kacamata iman.
Jika pada zaman dulu Yesus bisa tertidur dengan tenang di hadapan “si monster”, pada masa ini, ketika Dia telah dimuliakan dan bertakhta di sorga, sambil tersenyum Dia juga akan berkata kepada badai di hati kita, “Diamlah, tenanglah.”
[1] Lukisan dapat dilihat di https://fineartamerica.com/featured/christ-asleep-in-his-boat-jules-joseph-meynier.html
Agustus 2018
Silakan memberikan tanggapan, saran ataupun komentar di bawah.
Redaksi menerima komentar terkait artikel yang ditayangkan. Isi komentar menjadi tanggung jawab pengirim. Redaksi berhak untuk tidak menampilkan ataupun mencabut komentar jika dianggap tidak etis, kasar, berisi fitnah ataupun berisi kebencian.
1. Bersyukur untuk Sidang Tahunan Sinode (STS) GRII yang diadakan pada tanggal 28-30 Desember 2020. Berdoa kiranya melalui STS ini, setiap cabang GRII dapat mengerti visi dan misi Gerakan Reformed Injili dan dimampukan Tuhan untuk bekerja sama satu dengan yang lainnya demi mencapai visi dan misi tersebut. Berdoa untuk setiap pemimpin Gerakan Reformed Injili, kiranya Roh Kudus mengurapi mereka dalam memimpin dan melayani zaman ini dengan kepekaan dan pengertian akan kehendak dan isi hati Tuhan.