Judul: Baptisan & Karunia Roh Kudus
Penerbit: LRII
Penulis: Pdt. Dr. Stephen Tong
Tebal: iv + 164 halaman
Cetakan: Ke-5 (Juni 2007)
Pada zaman sekarang ini telah banyak orang yang menyalahartikan konsep baptisan Roh Kudus melalui gejala-gejala fenomena seperti berglosolalia, kejang-kejang, tertawa terbahak-bahak, ataupun terjatuh gemetaran. Pengalaman-pengalaman semacam ini belum pernah terjadi di dalam Alkitab. Lalu bagaimana kita menjelaskan pengalaman-pengalaman ini di dalam kaitannya dengan Alkitab? Pdt. Dr. Stephen Tong menjawab dalam buku ini dengan prinsip utama dari seluruh tema Alkitab di mana “Kebenaran lebih penting daripada segala jenis pengalaman, kebenaran lebih mutlak daripada pengalaman, dan kebenaran lebih tinggi dari pengalaman”. Jadi kebenaran sendiri harus memimpin, menguji, dan menghakimi pengalaman.
Bagian pertama dari buku ini membahas tentang keberadaan dari kuasa supernatural. Pengalaman-pengalaman spektakuler yang terjadi kadang dianggap orang bahwa mereka telah menerima pengalaman dari Roh Kudus. Hal ini dikarenakan alasan pengalaman itu bukan atas kemauan mereka, bukan atas rencana mereka, dan bukan dari kuasa manusia. Tetapi argumentasi itu pun tidak membuktikan bahwa pengalaman tersebut berasal dari Roh Kudus. Jadi di sini hanya mengharuskan kita mempercayai adanya hal-hal yang berada di luar kontrol kita, yang bersifat supernatural.
Selanjutnya kita akan bertanya, apakah semua kuasa supernatural itu berasal dari Allah? Apakah horoskop dan astrologi berasal dari Allah? Pdt. Dr. Stephen Tong di sini menjelaskan bahwa kuasa supernatural yang ada dan terjadi secara konkret, tidak boleh langsung dikaitkan dengan kuasa Allah atau kuasa Roh Kudus karena setan dapat memalsukan pekerjaan Roh Kudus. Lalu pertanyaan selanjutnya, bagaimana kita mengetahui bahwa kuasa yang kita terima adalah dari Roh Kudus atau setan? Di sini Pdt. Dr. Stephen Tong menjelaskan bahwa semuanya itu perlu diuji. Mungkin secara lahiriah mereka begitu giat datang ke gereja untuk melayani Tuhan dan mengabarkan Injil, tetapi betulkah Injil yang mereka beritakan? Betulkah mereka sungguh-sungguh takut akan Tuhan dan mau mempelajari firman Tuhan secara serius? Sekarang ini banyak orang yang terjerat dengan gejala dan dampak yang sepertinya menunjukkan ciri lahiriah Kekristenan tanpa meneliti kebenarannya. Dari luar kelihatan sangat rohani tetapi di dalam tidak mempunyai keinginan untuk mengenal Allah secara mendalam melalui firman-Nya serta melakukan firman-Nya.
Dalam bagian kedua dipaparkan beberapa contoh dari orang-orang yang katanya mempunyai pengalaman baptisan Roh Kudus tetapi akhirnya malah menghancurkan dan menghina Kekristenan. Mereka salah mengerti dan mengira cara mereka menerima Roh Kudus identik dengan cara Tuhan bekerja. Jadi apakah baptisan Roh Kudus itu? Apakah itu berarti Roh Kudus yang membaptiskan kita? Tidak, istilah baptisan Roh Kudus bukan berarti baptisan dari Roh Kudus ataupun baptisan oleh Roh Kudus, melainkan “membaptiskan dengan Roh Kudus”. Jadi siapakah yang membaptis kita dengan Roh Kudus? Yang membaptis kita adalah Yesus Kristus.
Sekarang ini banyak gereja yang mengatakan bahwa baptisan Roh Kudus perlu diterima di setiap gereja dengan tanda-tanda berbahasa lidah. Pada saat itulah dikatakan bahwa Roh Kudus turun ke atas mereka. Apakah itu pengajaran yang benar? Apakah setiap kali Roh Kudus harus turun lagi ke dalam gereja-Nya? Di bagian selanjutnya, dijelaskan bahwa hanya ada empat kali peristiwa turunnya Roh Kudus yang merupakan representasi proses pemberitaan Injil di dalam sejarah, mulai dari Yerusalem, ke Yudea, ke Samaria, dan sampai ke ujung bumi, dengan Efesus sebagai yang mewakili ujung bumi (orang non-Yahudi).
Dan di empat tempat ini tidak semuanya mendapatkan karunia lidah pada saat Roh Kudus turun. Jadi tidak bisa dikatakan bahwa orang yang mendapat baptisan Roh Kudus pasti mendapatkan karunia lidah. Karunia lidah diberikan dengan maksud untuk mempermudah penginjilan yang mengakibatkan yang tidak mengerti menjadi mengerti. Orang Pantekosta dan Karismatik menafsirkan bahwa orang yang sudah menerima Yesus dan dibaptis dalam nama Allah Tritunggal masih harus menerima baptisan Roh Kudus lagi sebagai sesuatu yang disebut Second Blessing. Penafsiran itu tidak benar karena Alkitab mengajarkan bahwa kita secara status telah menerima baptisan Roh Kudus bersama-sama dengan semua orang suci di segala zaman pada hari Pentakosta, tetapi secara pengalaman kita baru menyadari dan menerimanya pada saat kita dilahirbarukan, bertobat, dan menerima Yesus sebagai Juruselamat kita.
Pada bagian terakhir buku tersebut dijelaskan tentang karunia Roh Kudus. Di sini Pdt. Dr. Stephen Tong membagi karunia Roh Kudus menjadi 2 bagian yaitu: (1) karunia jabatan, dan (2) karunia pelayanan. Karunia jabatan yang diberikan Tuhan kepada manusia terdiri dari rasul, nabi, penginjil, pendeta, dan guru-guru. Dalam karunia pelayanan, dibahas perbedaan antara talenta dengan karunia. Satu hal penting yang ditekankan di sini adalah bahwa karunia itu tidak dapat dipelajari, karunia diberikan oleh Tuhan sesuai dengan kerelaan-Nya dan kedaulatan-Nya.
Kiranya melalui buku ini kita dapat lebih mengerti tentang pemahaman akan baptisan dan karunia Roh Kudus sesuai dengan yang diajarkan oleh Alkitab. Dengan demikian, kita tidak tertipu oleh gejala atau fenomena yang ada, tetapi senantiasa mempunyai pegangan yang selalu kembali kepada prinsip Alkitab yang sejati. Di dalam hal ini, sebagai tantangan yang selalu aktual bagi kita adalah bagaimana kita sebagai orang Kristen berani dan rela melawan dengan keras dan membuang semua pengajaran yang tidak sesuai dengan Alkitab serta senantiasa kembali kepada kebenaran yang sejati. Soli Deo Gloria.
Jimmy Ngaditowo
Pemuda GRII Singapura