Sampul buku "God Centered Biblical Interpretation" karya Vern S. Poythress

God Centered Biblical Interpretation

Judul : God Centered Biblical Interpretation

Penulis : Vern S. Poythress

Penerbit : Presbyterian and Reformed Publishing Company

Tebal : X + 238 Halaman

Cetakan : Pertama

Iman Kristen harus didasarkan di atas pengenalan akan Allah dan seluruh ciptaan yang dinyatakan di Alkitab. Tetapi, dari mana kita tahu bahwa pengetahuan kita tentang Alkitab, Allah, Kristus, manusia, dan lain-lain, sudah benar-benar benar? Bagaimana jika selama ini interpretasi kita keliru?

Manusia yang dicipta menurut gambar dan rupa Allah memiliki kemampuan untuk menginterpretasi wahyu Allah, baik wahyu khusus maupun wahyu umum. Segala interpretasi seharusnya kembali kepada Allah yang merupakan satu-satunya sumber segala definisi – Sang Pendefinisi Ultimat. Namun dosa telah merusak cara manusia menginterpretasi sekitarnya sehingga distorsi dalam interpretasi terhadap makna sebenarnya tidak terelakkan. Manusia tidak lagi menggunakan Allah sebagai pusat interpretasi melainkan mengganti-Nya dengan berhala-berhala palsu di sekitarnya.

Vern S. Poythress, seorang linguis, ahli matematika dan theologi, dengan jeli berhasil melihat bahwa interpretasi dari dunia selalu gagal karena mereka membuang Allah yang sejati yaitu Allah Tritunggal dari proses interpretasi. Poythress mengajar sebagai profesor Perjanjian Baru di Westminster Theological Seminary sejak 1976. Pengetahuannya yang luas dan komprehensif serta pengalamannya menjelajah berbagai bidang membuatnya begitu jeli dalam melihat berbagai hal dalam dunia ini di dalam keterkaitannya dengan Penciptanya, yaitu Allah Tritunggal.

Allah Tritunggal adalah Allah yang mencipta dan menyatakan Diri-Nya. Tritunggal adalah rahasia besar yang telah Allah singkapkan kepada umat pilihan-Nya melalui wahyu khusus-Nya. Tetapi, tanpa manusia sadari, Allah Tritunggal juga menyatakan Diri-Nya melalui seluruh ciptaan yang telah diciptakan. Ketika manusia sebagai peta dan teladan Allah menginterpretasikan diri dan alam ciptaan, manusia pun harus kembali kepada interpretasi yang merefleksikan Penciptanya. Konsep ini transenden terhadap rasionalitas manusia berdosa, tetapi walaupun demikian konsep ini tidak bisa dipungkiri keberadaannya dan memang nyata di mana-mana.

Allah Tritunggal adalah Allah dengan tiga pribadi yang saling berelasi yaitu Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Tiga pribadi ini akan bermanifestasi dalam berbagai bentuk relasi yang akan kita temui ketika kita menginterpretasi sesuatu. Misalnya secara umum ada tiga komponen relasi dalam konteks komunikasi yaitu penulis (merepresentasikan Bapa sebagai Origin), proses penulisan, relasi, dan perkembangannya (merepresentasikan Anak sebagai Manifestation), pembaca (merepresentasikan Roh kudus sebagai Concurrence).1 Tentunya tidak mungkin untuk membahas semua bentuk relasi Tritunggal yang termanifestasikan di dunia ini. Tetapi buku ini mencoba mengajak kita untuk menginterpretasikan segala sesuatu dari kacamata Diri Allah sendiri, yakni Allah Tritunggal.

Dalam memahami Alkitab (wahyu khusus) dan ciptaan (wahyu umum), interpretasi yang berpusat pada Allah Tritunggal adalah mutlak. Oleh karena itu pengenalan akan Allah yang sejati dan relasinya juga sangatlah penting. Distorsi terjadi di dalam interpretasi muncul karena kegagalan manusia mengenal Allah dengan benar.

Konsep Tritunggal memiliki 3 komponen yang unik yang tidak dapat dipisahkan. Tritunggal menunjukkan adanya suatu paradoks one and many di dalamnya. Oleh karena itu, setiap interpretasi memiliki multi-perspective di dalamnya tetapi tetap tidak akan saling berkontradiksi melainkan saling melengkapi, saling menyempurnakan, dan menunjukkan kelimpahan spektrum kompleksitasnya.

Firman Tuhan memiliki kedalaman yang tidak terbatas dan hal ini menyebabkan Alkitab tidak akan habis dan selesai untuk dipahami bagi manusia. Setiap kali kita membaca maka selalu ada hal yang baru yang bisa kita pelajari baik dilihat dari perspektif yang baru maupun yang sudah ada. Oleh karena itu kita seharusnya gentar dan rendah hati ketika membaca Alkitab agar dapat terus melaluinya mengenal Pewahyu Alkitab. Sebagai manusia berdosa, kita tidak akan pernah luput dari kesalahan, oleh karena itu biarlah kita terus bersandar pada pimpinan Allah Roh Kudus. Di sisi yang lain, kita juga harus ingat bahwa Allah kita adalah Allah yang terus memberikan providensia terhadap ciptaan-Nya sehingga kita tidak perlu takut untuk menebus konsep dunia yang salah meskipun kita harus melawan seluruh dunia ketika kita tahu pengetahuan yang ada pada kita adalah berasal dari Allah Tritunggal, Sang Pencipta.

Pembaca tidak perlu khawatir akan kerumitan konsep dalam buku ini karena penulis telah menyediakan banyak sekali contoh serta diagram untuk membantu menjelaskan konsep-konsepnya. Memang pada awalnya akan terasa sulit untuk melihat segala sesuatu dari sudut Tritunggal, namun seiring pembacaan buku ini para pembaca akan terbiasa karena konsep ini terus menerus dimunculkan dalam setiap contoh yang sangat aplikatif. Buku ini sangat baik untuk dibaca karena bukan hanya akan mempertajam konsep theologi dan pemahaman Alkitab pembaca melainkan juga membuat pembaca semakin peka untuk melihat dan menginterpretasikan karya Allah dalam setiap ciptaan dengan benar.

Hendrik Sugiarto

Pemuda GRII Singapura

1 Dalam buku ini dibahas banyak sekali bentuk manifestasi Tritunggal misalnya classificational-instantiational-associational
(dalam konteks unity and diversity
), sense-application-import
(dalam konteks meaning
), expressive-informational-productive
(dalam konteks communication
).