Judul Asli : Reformed Faith
Pengarang : Loraine Boettner
Jumlah Halaman : 58 Halaman
Penerbit : Momentum 2000
Di awal bukunya, Loraine Boettner mengungkapkan bahwa di dalam seluruh dunia ini terdapat dua sistem keagamaan, yaitu the religion of faith dan the religion of works. Sistem yang pertama menekankan kedaulatan Allah dalam penyelamatan manusia, bahkan kedaulatan Allah dalam segala sesuatu. Sedangkan sistem yang kedua menekankan kekuatan manusia untuk memperoleh keselamatan dan melakukan segala sesuatu. Ketika melihat hal ini, konsep kedaulatan Allah memang merupakan konsep yang mendasar di dalam setiap kehidupan umat manusia. Sebab kedaulatan Allah ini nyata di dalam segala sesuatu. Kedaulatan Allah menekankan ketetapan-ketetapan Allah yang sifatnya kekal, tidak berubah, suci, penuh hikmat, dan berdaulat. Misalnya, manusia tidak bisa mengatur kelahirannya kapan dan di mana, jenis kelaminnya apakah perempuan atau laki-laki, dan warna kulitnya apa, atau bangsa apa. Selain itu, Alkitab juga menyatakan bahwa Allah dapat melakukan segala sesuatu. Dia dapat memanggil banyak orang menjadi misionaris, Dia dapat melenyapkan kejahatan, Dia dapat membunuh 185.000 tentara Asyur, Dia dapat membuat Raja Herodes mati ditampar malaikat, Dia dapat menghentikan Bumi mengitari Matahari selama satu hari, dan banyak hal lagi.
Kemudian Boettner memperkenalkan diri manusia yang sama sekali tak berdaya karena telah jatuh ke dalam dosa. Manusia yang sudah jatuh ke dalam dosa perlu tahu dan sadar betapa signifikan dan dalamnya dampak keterpisahan antara Allah dan manusia. Manusia mengalami kematian rohani. Adam dan Hawa tidak memiliki relasi yang benar dengan Allah. Kabar baiknya adalah meskipun kondisi manusia begitu parah saat jatuh ke dalam dosa, Allah menyediakan jalan keselamatan bagi umat manusia. Bagaimana cara Allah menyelamatkan umat-Nya yang berdosa? Yaitu dengan membangkitkan kerohanian manusia yang sudah mati. Allah memberikan kelahiran baru kepada manusia. Sekali manusia tersebut dilahirbarukan dalam Kristus, dia akan selamat selama-lamanya. Umat Allah tidak mungkin kehilangan keselamatannya (Yoh. 5:24).
Inilah keunikan dari keselamatan di dalam kekristenan, di mana pendamaian yang Kristus lakukan hanya untuk orang-orang pilihan-Nya saja, bukan untuk semua orang. Dalam hal ini terdapat perbedaan pandangan antara Calvinisme dan Arminianisme. Berikut beberapa perbedaan yang Boettner jelaskan di dalam bukunya:
Calvinisme | Arminianisme |
Keselamatan hanya karena anugerah, kepada mereka yang sangat tidak layak menerimanya (Yoh. 6:44). | Keselamatan karena andil/perbuatan baik yang dilakukan oleh manusia. Excess: Menghina orang lain dan mengatakan, “Kita mempunyai kesempatan yang sama, tetapi saya menerima Kristus dan kamu menolaknya.” |
Pertanyaan yang akan muncul dalam setiap orang ketika memikirkan hal tersebut adalah, “Mengapa Allah tidak menyelamatkan semua orang, padahal semuanya sama-sama tidak layak dan berdosa?” Jawabannya adalah, kita tidak diberi tahu alasannya kenapa. Tetapi kita dapat mengatakan bahwa Allah berlaku sesuai dengan kedaulatan-Nya. Keselamatan bukanlah untuk semua orang dan itu adalah tindakan Allah.
Kalangan Arminian mengatakan bahwa Allah menyelamatkan setiap orang berdasarkan pra-pengetahuan-Nya. Apakah pra-pengetahuan itu? Pra-pengetahuan adalah tindakan yang didasarkan atas prediksi kejadian-kejadian di masa yang akan datang. Ketika Allah memilih manusia tertentu untuk diselamatkan, itu karena Allah tahu bahwa orang itu akan menjadi orang yang menerima tawaran anugerah Allah. Pra-pengetahuan memberikan kelonggaran yang fatal. Boettner memberi contoh figuratif, yaitu seperti seseorang yang menggorok lehernya sendiri. Kenapa demikian? Ketika Allah melihat terlebih dahulu mereka yang akan diselamatkan, berarti Allah melihat siapa saja yang nantinya akan terhilang juga! Lalu jika Allah tahu di masa yang akan datang akan ada yang terhilang, lalu Allah menciptakan mereka, maka ini pun bertentangan dengan pandangan bahwa Allah mau menyelamatkan semua orang.
Benarkah keselamatan yang Allah berikan adalah untuk semua orang, seperti yang dipercayai di dalam Arminianisme? Dari manakah argumen-argumen tersebut? Dari ayat-ayat universalistik yang seakan-akan menunjukkan bahwa keselamatan itu universal. Ayat-ayat ini menggambarkan kepada kita tentang kebijaksanaan manusia, misalnya seperti seorang ayah tidak bersukacita dalam penghukuman yang sesekali harus ia jatuhkan kepada anaknya, demikian pula Allah tidak bersukacita dalam penderitaan ciptaan-Nya, sehingga Allah akan menyatakan keselamatan kepada semua orang. Salah satu contoh ayat universalistik adalah 2 Petrus 3:9, “Tuhan tidak lalai menepati janji-Nya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat.” Jika dibaca di luar konteks, ayat ini dikatakan sebagai ayat untuk semua orang. Padahal di dalam 2 Petrus 1:1 dikatakan, “Dari Simon Petrus, hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.” Surat ini pertama-tama bukan dimaksudkan sebagai ayat yang berbicara tentang keselamatan, tetapi berbicara tentang kedatangan Kristus yang kedua. Ini soal janji kedatangan-Nya. Ini ditujukan kepada kelompok terbatas, yaitu kaum pilihan-Nya yang masih belum dilahirbarukan dan belum mengalami pertobatan. Boettner menjelaskan beberapa ayat universalistik yang digunakan oleh Arminian dengan membawa ayat tersebut di dalam konteks sebenarnya.
Lima Pokok Calvinisme | Lima Pokok Arminianisme |
Total Inability or Total Depravity (Ketidakmampuan Total atau Kerusakan Total) Menurut Calvinisme: | Free Will or Human Ability (Kehendak Bebas atau Kemampuan Manusia) Menurut Arminianisme: |
Ev. Nathanael Marvin Santino
Pembina Pemuda dan Remaja GRII Semarang