Inconspicuous Providence: The Gospel According to Esther

INCONSPICUOUS PROVIDENCE:
THE GOSPEL ACCORDING TO ESTHER

Judul Asli: The Gospel According to Esther
Pengarang: Bryan R. Gregory
Jumlah Halaman: 212
Penerbit: P&R Publishing

Mayoritas orang Kristen saat ini masih menganggap Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sebagai kitab yang terpisah. Kita sulit memahami benang merah di antara dua kitab tersebut. Lebih buruknya lagi, kita sering menyempitkan makna bahwa Perjanjian Baru adalah kitab kasih dan anugerah, sedangkan Perjanjian Lama adalah kitab murka Allah. Hal ini tentu tidaklah demikian, justru hal tersebut membuktikan bahwa kita sangat kurang memahami Alkitab. Maka dari itu, terbitlah buku dengan seri The Gospel According to the Old Testament, yang mana salah satu seri yang penulis baca adalah tentang Kitab Ester. Buku ini sangat membantu kita untuk memahami bagaimana benih-benih Injil sudah diberitakan di Perjanjian Lama dan akhirnya tergenapi di Perjanjian Baru.

Kesulitan kedua yang biasa dialami oleh orang Kristen adalah sulitnya menemukan buku tafsiran atau commentary yang mudah dipahami oleh kaum awam. Pada umumnya orang Kristen lebih tertarik untuk membaca buku tafsiran reflektif. Padahal mayoritas tafsiran reflektif kurang memiliki kedalaman di beberapa aspek, seperti tata bahasa, latar belakang kitab tersebut, keterkaitan dengan peristiwa lainnya di Alkitab, ataupun kesinambungan dengan doktrin dasar kekristenan. Aspek-aspek ini sangat penting untuk kita pahami agar pesan dari maksud awalnya pada firman tersebut tersampaikan. Celakanya, ketika pembahasan tafsiran sudah menyangkut hal yang lebih detail seperti ini, kebanyakan dari kita sudah menyerah dan mencari buku tafsiran yang gampang dicerna saja.

Maka dari itu, seri ini dapat menjadi solusi untuk dua permasalahan di atas. Secara keseluruhan, buku ini dapat dikategorikan sebagai buku tafsiran reflektif, tetapi juga disertai aspek-aspek yang penulis sebutkan sebelumnya, yaitu latar belakang peristiwa dan kesinambungan dengan doktrin kekristenan. Pembahasan teknis disampaikan dengan sangat sederhana dan secukupnya. Hal-hal teknis lainnya seperti tata bahasa sangat sedikit dibahas, tetapi cukup untuk mendukung pemahaman terhadap ayat tertentu. Walaupun demikian, buku ini tetap menyediakan sumber-sumber dari luar untuk sebagian dari kita yang memang ingin menelusuri lebih jauh tentang tema-tema tertentu.

Buku ini mengambil tema doktrin kedaulatan Allah sebagai dasar tafsiran kisah kehidupan Ester. Salah satu keunikan dari buku ini adalah dari judulnya, yaitu Inconspicuous1 Providence, atau jika diterjemahkan secara harfiah berarti “pemeliharaan Ilahi yang tak kasat mata”. Keunikan judul ini sebenarnya terinspirasi langsung dari tema keseluruhan Kitab Ester itu sendiri. Salah satunya yaitu tidak adanya istilah “Allah” di dalam seluruh kata pada Kitab Ester. Padahal sebaliknya, hasil analisis penulis buku ini menunjukkan bagaimana Allah sungguh-sungguh hadir melalui setiap peristiwa sederhana yang dialami baik oleh Ester maupun orang-orang di sekitar kehidupannya. Bahkan, setiap peristiwa itu diatur sedemikan rupa oleh Allah untuk menyatakan kedaulatan dan kasih-Nya kepada bangsa Yahudi. Berbeda dengan kisah keluarnya bangsa Israel dari perbudakan Mesir yang jelas sekali menunjukkan penyertaan Allah melalui tiang awan dan tiang api. Melalui buku ini, penulis ingin menunjukkan bahwa Allah dapat menyatakan penyertaan-Nya melalui berbagai cara, salah satunya melalui peristiwa sederhana yang biasa kita alami sehari-hari.

Maka dari itu, penulis buku ini menggunakan beberapa metode penafsiran, salah satunya adalah metode kiasmus untuk melihat secara jelas pemeliharaan Allah melalui setiap peristiwa di Kitab Ester. Kiasmus sendiri merupakan salah satu struktur tulisan bahasa Ibrani dan sering ditemui di dalam banyak bagian di Perjanjian Lama, seperti kumpulan ayat, perikop bahasan, hingga keseluruhan kitab itu sendiri. Struktur kiasmus itu seperti pola berpasangan yang mana bagian tengahnya merupakan poin paling utama atau inti dari keseluruhan pola tersebut.

Tidak hanya sekadar satu perikop saja yang memakai struktur kiasmus, melainkan seluruh Kitab Ester dapat dipahami dalam bentuk kiasmus. Pola kiasmus yang ditemukan memakai pola ABCB’A’, yang mana bagian C adalah titik sentralnya. Hal yang cukup mengagetkan adalah inti utama dari Kitab Ester ini yang bagi kita pasti tidak terpikirkan jikalau tidak menggunakan pola kiasmus ini. Penulis kutip sebagian pola kiasmus pada buku tersebut.2

(A) Perjamuan pertama Ester: Haman merasa sangat bersemangat (5:1-8)

                  (B) Konsultasi Haman                                                      dengan kerabatnya dan                                                  sikap optimisme (5:9-14)

                                    (C) Raja tidak bisa                                        tidur dan Mordekhai                                                     yang dimuliakan (6:1-                                                  11)

                  (B’) Konsultasi Haman dengan                     kerabatnya dan sikap pesimisme                                  (6:12-14)

(A’) Perjamuan kedua Ester: Haman digantung (7:1-10)

Saat itu Haman yang adalah penasihat raja, tidak senang dengan Mordekhai dan membujuk raja untuk membuat dekrit agar semua bangsa Yahudi dimusnahkan. Ester saat itu menjadi ratu Kerajaan Persia yang bisa dikatakan memiliki kesempatan emas untuk membujuk balik agar dekrit tersebut dihapus. Singkat cerita, bujukan Ester berhasil dan akhirnya dekrit tersebut berhasil ditarik kembali. Pada bagian akhir kitab ini, ada sukacita besar bagi bangsa Yahudi karena terbebas dari hukuman maut. Sebagian besar dari kita yang membaca sekilas Kitab Ester pasti mengira bahwa keberhasilan ini adalah karena bujukan dari Ester dan tentunya Allah yang memberikan jabatan ratu kerajaan kepada Ester. Bagi Bryan R. Gregory dengan pola kiasmusnya, ternyata ada perspektif lain yang dapat kita cermati. Pada pola kiasmus tersebut, kita menemukan bahwa ternyata raja yang tertidur beserta mimpinya itulah yang menjadi titik balik seluruh alur cerita Kitab Ester.

Kemudian, jikalau kita bandingkan antara awal kisah Kitab Ester dan bagian akhirnya, ada nuansa yang sangat kontras. Dari yang awalnya Raja Ahasyweros beserta rakyatnya yang berpesta menjadi orang-orang Yahudi yang berpesta oleh karena terbebas dari ancaman hukuman mati. Pembalikan peristiwa itu hanya terjadi oleh karena kebiasaan sederhana, yaitu raja yang tidak bisa tidur. Jadi, buku ini membantu kita untuk melihat bahwa seluruh peristiwa di dunia ini tidak terjadi secara kebetulan. Semua peristiwa sudah diatur sedemikian rupa oleh Allah yang berdaulat untuk menggenapkan rencana-Nya di bumi.

Maka dari itu, penulis sangat merekomendasikan buku ini kepada setiap orang Kristen awam, agar kita dapat memahami bahwa Allah dapat menyatakan pemeliharaan kepada umat-Nya melalui berbagai cara. Meskipun melalui hal-hal sederhana yang kita temui sehari-hari, baik seperti kehidupan pekerjaan, bercengkerama dengan keluarga, maupun juga persekutuan dengan teman seiman, tidak ada satu pun yang luput dari tangan pemeliharaan Allah. Oleh karena itu, penulis berharap melalui pembacaan buku ini, pembaca dapat tersadarkan betapa luas dan limpahnya pemeliharaan dan kedaulatan Allah. Sesuatu yang akhirnya terimplikasi pada cara pandang kita terhadap kehidupan sehari-hari di dunia ini.

In the infinite wisdom of the Lord of all the earth, each event falls with exact precision into its proper place in the unfolding of His divine plan. Nothing, however small, however strange, occurs without His ordering, or without its particular fitness for its place in the working out of His purpose.”
– B. B. Warfield, Biblical Doctrines (Carlisle: Banner of Truth, 1988. 22)3

Trisfianto Prasetio
Pemuda FIRES

Endnotes:
[1] Not clearly visible or attracting attention; not conspicuous.
[2] Inconspicuous Providence: The Gospel According to Esther. Hlm. 116-117.
[3] Ibid. Hlm. 107.