Membesarkan Anak dalam Tuhan

Judul : Membesarkan Anak dalam Tuhan
Penulis : Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit : Momentum
Tebal : viii + 87 halaman
Cetakan : 5

Tuhan memberikanku anak, bagaimana Ia ingin aku membesarkannya?

Melalui lembaga pernikahan, Tuhan memberikan anak kepada pasangan suami istri. Orang tua akan mendidik anak berdasarkan pemahamannya tentang bagaimana membesarkan anak, sedangkan anak akan mencontoh hidup orang tuanya dan memperoleh jati dirinya melalui identitas orang tuanya. Kita, sebagai calon orang tua hendaknya mempersiapkan diri menerima anugerah Tuhan karena kita sadar bahwa seiring bertambahnya usia, kita akan semakin sulit untuk berubah. Karena itu hendaknya sedini mungkin kita memperhatikan bagaimana kita hidup dan memperbaiki cara pandang kita terhadap pendidikan anak sesuai yang dikehendaki Tuhan.

Pada umumnya orang tua ingin anaknya sehat, pintar, memiliki moral yang tinggi, dan sukses di kemudian hari. Banyak sekolah yang menawarkan program-program sedemikian. Banyak buku yang membahas tentang kesehatan anak, bagaimana menanamkan karakter yang baik, menjadikan anak pintar, dan sebagainya. Namun, buku “Membesarkan Anak Dalam Tuhan” ini tidak memberikan panduan ataupun tips bagaimana orang tua mencapai hal-hal tersebut. Buku ini memberikan prinsip dasar menurut firman Tuhan bagaimana orang tua seharusnya berpikir dalam hal mendidik anak. Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa “theologi merupakan poros dari satu roda. Dari theologi sebagai pusat, mempengaruhi ekonomi, politik, psikologi, pendidikan, kehidupan gerejawi, iman, dan kegiatan sosial, serta segala segi kehidupan.” Pembahasan “Membesarkan Anak Dalam Tuhan” dilakukan secara komprehensif, mengoreksi pandangan umum yang salah dalam masyarakat, memaparkan kegagalan beberapa tokoh Alkitab dalam mendidik anak, juga disertai dengan contoh-contoh aplikatif, dan bahkan bagaimana beliau sendiri dahulu dididik. Buku ini mudah untuk dibaca, namun sarat dengan prinsip yang harus dipahami dengan kuat dan dijalankan dengan sungguh-sungguh agar menghasilkan manusia dewasa yang berguna bagi sesama seturut kehendak Tuhan baginya.

Bab pertama diawali dengan memberikan konsep dasar yang sangat mempengaruhi cara mendidik anak. Anak adalah pusaka dari Tuhan (Mazmur 127:3), anak jangan dilihat sebagai sumber kebahagiaan keluarga ataupun sumber kerepotan, namun sebagai pemberian dari Tuhan yang sangat bernilai. “Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya… sebagaimana seorang ibu mencintai anak, demikian juga Bapamu yang di sorga” (Mazmur 102:13, Yesaya 66:13). Ayah dan ibu adalah wakil Tuhan bagi anak. Kewibawaan ayah menyatakan kuasa dan kedaulatan Allah sedangkan kelembutan ibu menyatakan cinta kasih, perlindungan, dan jaminan yang penuh. Anak akan melihat Tuhan melalui hidup orang tuanya, karena itu orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anak-anaknya. Hukum kelima dari Sepuluh Perintah adalah “Hormatilah orang tuamu” (Keluaran 20:12), hal ini berarti bahwa hubungan antara orang tua dan anak adalah hubungan horizontal, bukan vertikal. Karena itu orang tua harus menghadapi anak sebagai anak dan mendidik anak sebagai manusia.

Bab-bab selanjutnya adalah mengenai prinsip mendidik anak, hal-hal apa yang diperlukan oleh anak, yang harus diwaspadai dalam diri anak, dan yang dapat menenggelamkan suatu keluarga.

Apakah prinsip dalam mendidik anak? Mendidik anak adalah memikirkan yang terbaik untuk mereka, bukan menyelesaikan kesulitan sendiri, misalnya dengan mengomel terus ataupun memukul terlalu keras. Dalam memikirkan yang terbaik bagi anak, maka orang tua harus menetapkan tujuan yang mulia bagi anak sesuai dengan potensi anak, kemudian dikembangkan sehingga berguna menurut kehendak Tuhan bukan kehendak orang tua sendiri. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa ada kalanya cara pendidikan ayah berbeda dengan cara pendidikan ibu, dan hal ini dapat menimbulkan konflik yang bukan saja tidak mendidik namun sebaliknya membuat anak menjadi tidak hormat pada orang tua. Karena itu orang tua harus belajar bagaimana membina hubungan komunitas yang rukun dengan melihat pada Allah Tritunggal. Prinsip lain dalam mendidik anak adalah keseimbangan antara keadilan dan kasih, janganlah mendidik anak semata-mata dengan keadilan saja atau dengan kasih saja. Oleh karena itu orang tua dituntut untuk bersikap bijaksana.

Hal-hal apakah yang dibutuhkan oleh anak? Selain memenuhi kebutuhan fisik, anak membutuhkan rasa aman, keadilan, kesedihan, tanggung jawab, identitas diri, mandiri, dan perjuangan. Memberikan rasa aman tidak berarti menciptakan suasana yang tenang, aman, tetapi kestabilan hubungan antara ayah dengan ibu dan ajaran bahwa hidup ada di tangan Allah yang Mahakuasa; anak menuntut orang tuanya untuk berlaku adil, baik dalam mendisiplinkan maupun dalam perlakuan di antara saudara-saudaranya; anak perlu merasa sedih sebagai akibat dari cinta yang suci. Orang tua yang berbicara dengan suara keras dan marah-marah tidak akan memperbaiki apapun, tetapi jika berbicara dengan hati yang penuh cinta kasih dan kesucian dari Tuhan maka akan masuk ke dalam jiwa dan roh mereka; anak memerlukan perasaan tanggung jawab yaitu mengerjakan apa yang sudah ia setujui dan sanggupi untuk kerjakan; anak membutuhkan identitas diri yang baik, ini sangat berkaitan dengan identitas orang tuanya, bagaimana orang tuanya dipandang dalam masyarakat; anak harus semakin mandiri akhirnya lepas dari orang tua, karena itu orang tua harus mempersiapkan anaknya agar memiliki standar dalam membedakan apa yang baik dan apa yang jahat; dan terakhir adalah anak harus memiliki jiwa berjuang menghadapi segala tantangan dan bahaya, jangan selalu disediakan ataupun diproteksi terus-menerus.

Hal-hal apakah yang harus diwaspadai dalam diri anak? Anak sudah memiliki bibit dosa, dan jika  bibit ini tidak diwaspadai dan diatasi, maka ia akan menjadi racun bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Jangan karena anak masih kecil maka ia dibiarkan, justru firman Tuhan mengatakan dari sejak kecil anak harus dididik di jalan yang benar, maka sampai masa tuanya ia tidak akan meninggalkan jalan itu. Hal-hal yang harus diwaspadai adalah bibit pura-pura, egois, malas, tamak, kejam, takut, dan tidak tekun. Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa kebenaran, kesejatian, ketulusan, dan kesungguhan merupakan dasar dari segala watak yang agung dan prinsip etika yang penting. Anak harus dididik untuk tidak memakai topeng yang berbeda dengan hatinya; anak harus dididik agar tidak berpusat pada diri, tetapi mau membagikan diri kepada orang lain; jangan biarkan anak malas, tidak mau mengerjakan apa yang seharusnya ia kerjakan; anak tidak dilarang untuk memiliki sesuatu, yang dilarang adalah tamak atas kepunyaan orang lain, apalagi jika dimanifestasikan dengan mencuri; waspadalah jika anak suka melihat orang lain disiksa, menderita, atau dihina; jangan terlalu sering menakut-nakuti ataupun melarang ini dan itu karena dapat mengakibatkannya takut berjuang dalam menghadapi segala sesuatu. Ajarlah anak untuk tekun dan sabar karena bakat, talenta besar menjadi tidak berguna jika tidak mau menunggu waktu Tuhan.

Apa saja yang dapat menenggelamkan suatu keluarga? Pada bab 5, Pdt. Stephen Tong memaparkan sistem pendidikan anak yang dijalankan oleh keluarga Ishak, Yakub, dan Lot. Bagaimana orang tua yang tidak sehati, yang mengajarkan anaknya berbohong, yang lebih mengasihi anak yang satu dari anak-anaknya yang lain, yang tidak menjaga lingkungan pergaulan anak-anaknya, pada akhirnya mengakibatkan ketidakbahagiaan. Prinsip-prinsip untuk mencegah hancurnya suatu keluarga antara lain mewaspadai lingkungan yang berbahaya yang dapat merusak konsep baik yang sudah ditanamkan dalam pikiran anak; melatih anak untuk dapat mendengar kalimat-kalimat yang benar, berbobot, dan baik; menanamkan rasa takut akan Tuhan dalam diri anak yang secara otomatis akan membuatnya beres dalam hal-hal lain; hidup tidak bersandar pada orang lain, memiliki karakter yang bertanggung jawab; menghargai pekerjaan bukan dari uang yang diperoleh tetapi dari mutu dan kegunaannya bagi sesama; dan terakhir adalah memiliki teman-teman yang baik dan jujur.

Bab terakhir adalah gambaran Alkitab tentang keluarga yang diberkati Tuhan, sebagaimana dilukiskan dalam Mazmur 128:1-2 yaitu: “Berbahagialah setiap orang yang takut akan Tuhan, yang hidup menurut jalan yang ditunjukkan-Nya! Apabila engkau memakan hasil jerih payah tanganmu, berbahagialah engkau dan baiklah keadaanmu!” Dari ayat ini, Pdt. Stephen Tong menemukan tujuh prinsip untuk keluarga yang bahagia, yaitu hidup dalam rencana dan pikiran yang berkenan kepada Tuhan; mencari nafkah dengan jerih payah, bukan tidak mau bekerja tapi mau nikmat saja; memiliki istri yang bijaksana, yang mengatur rumah tangga, dan mendidik anak; memiliki anak-anak yang mempunyai dasar iman yang kuat dan takut akan Allah; memiliki umur yang cukup karena sudah menggenapi rencana Tuhan, bukan asal umur panjang namun diisi dengan kepahitan dan penderitaan; menikmati berkat yang dari Tuhan, kekayaan yang berasal dari Tuhan bukan dari hasil yang tidak benar; memiliki sejahtera sorgawi yaitu sejahtera karena betul-betul sudah diselamatkan dan menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat, bukan sejahtera karena memiliki pengetahuan, keuangan, dan sebagainya.

Pdt. Stephen Tong mengatakan bahwa mendidik anak bukan hanya teori, bukan hanya suatu kepintaran atau kefasihan lidah, tetapi mendidik anak adalah menerjunkan diri, sampai suara hati kita bisa menembusi awan gelap, masuk ke dalam hati anak sampai mereka menyadari arti pendidikan.

Yana Valentina

Pemudi GRII Pusat