Pelayan

PELAYAN
Pengarang: Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit: Momentum

Bak Tuan dan hamba, demikianlah hubungan Allah dengan semua umat-Nya. Tuan dari dunia ini adalah Allah dan Sang Tuan memercayakan dunia ini kepada hamba-Nya. Oleh karena itu, sesungguhnya sebutan “pelayan Tuhan” bukan hanya diperuntukkan bagi mereka yang menjadi pendeta, penginjil, ataupun orang yang aktif dalam pelayanan gerejawi, melainkan kita semualah pelayan Tuhan. Begitu relevannya istilah “pelayan” dengan kehidupan kita sebagai orang Kristen, sehingga tema ini juga yang kemudian diangkat dalam khotbah-khotbah Persekutuan Doa Momentum oleh Pdt. Stephen Tong.

Persekutuan Doa Momentum (PDM) adalah persekutuan doa yang khusus diadakan untuk mendoakan penginjilan sedunia. Khotbah-khotbah dalam persekutuan doa ini kemudian dibukukan menjadi 12 seri khotbah PDM yang bertemakan pelayanan. Buku saku yang tipis ini cukup memberikan banyak kejutan bagi pembacanya. Dalam setiap serinya, Pdt. Stephen Tong membagikan berbagai prinsip firman Tuhan yang membukakan pandangan kita yang sempit tentang pelayanan. Beliau juga membahas beberapa tokoh Alkitab yang dibungkus dengan cara pandang yang unik sekaligus menarik.

Seri pertama dimulai dengan membahas tentang “pelayan yang beriman”. Cerita tentang Sadrakh, Mesakh, dan Abednego pasti sudah tidak asing lagi bagi siapa pun yang menyebut dirinya orang Kristen. Merupakan pilihan yang bijak, yaitu mengangkat ketiga tokoh ini sebagai teladan pelayan Allah yang beriman. Dalam seri pertama ini, Pdt. Stephen Tong menunjukkan dirinya sungguh terkesan dengan jawaban Sadrakh, Mesakh, dan Abednego kepada Raja Nebukadnezar, bahkan beliau mengatakan bahwa jawaban itu merupakan kesempurnaan iman seorang pelayan. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego dengan penuh keberanian menolak perintah untuk menyembah patung yang dibuat raja dan mereka mengucapkan kalimat yang sangat penting, “Meskipun kami percaya Allah kami bisa melepaskan kami dari api itu dan dari tanganmu, tetapi jika Ia tidak mau menyelamatkan kami, kami tetap tidak akan menyembah engkau.” Kalimat ini yang Pdt. Stephen Tong katakan sebagai kesempurnaan iman, yakni percaya sepenuhnya kuasa Allah, sekaligus ketaatan sepenuhnya kepada kedaulatan Allah. Beliau juga menambahkan, jika kita sangat yakin bahwa Allah pasti bisa dan berkuasa menyelamatkan kita, tetapi kita tidak mempunyai ketaatan yang sepenuhnya, kita bagaikan pengidap skizofrenia (orang yang berjiwa terbelah) di dalam hidup kita. Akhirnya, kita menjadi orang yang hanya memikirkan Allah harus melakukan ini dan itu karena Ia Mahakuasa, tetapi kita sendiri tidak taat kepada kedaulatan Allah yang Mahakuasa. Hidup yang demikian merupakan kepincangan rohani yang sering kali tidak kita sadari. Banyak contoh atau pengalaman mendetail yang juga Pdt. Stephen Tong berikan untuk memperdalam pemahaman, serta menyadarkan pembacanya. Pada akhir dari seri pertama ini, beliau menutup dengan perkataan Nebukadnezar yang memuji Allahnya Sadrakh, Mesakh, dan Abednego.

Selanjutnya, berbeda dengan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego yang merupakan tokoh Alkitab yang terkenal dan sering dikhotbahkan, pada kesempatan kali ini Pdt. Stephen Tong juga secara khusus menampilkan seorang tokoh Alkitab yang mengalihkan pandangan kita kepada mereka yang kurang menonjol tetapi memegang peranan yang penting sekali. Ia adalah Barnabas. Apa yang membuat Barnabas begitu menarik dibicarakan? Pernahkah kita bayangkan apa yang akan terjadi jikalau tidak ada Barnabas? Apakah ada kemungkinan bagi Paulus untuk memengaruhi seluruh dunia? Pdt. Stephen Tong menyebut Barnabas sebagai seorang yang pandai menemukan mutiara di antara pasir. Mutiara apakah yang Barnabas temukan? Cara Barnabas memandang sesuatu menuntunnya untuk kemudian menemukan mutiara dalam sejarah kekristenan, yaitu Rasul Paulus. Tokoh yang tidak menonjol ini secara khusus menarik perhatian Pdt. Stephen Tong. Beliau membuka pikiran pembacanya dengan memaparkan empat cara pandang Barnabas di dalam pelayanannya, yaitu ketulusan jiwa pelayanan, sifat menghibur, jiwa memercayai, dan hati yang luas dalam pelayanan. Dengan cepat pula beliau mengubah cara pandang kita dalam pelayanan, di mana kita sering kali hanya mengindahkan pelayanan di muka umum saja. Di akhir pembacaan seri kedua ini, pembaca juga akan terdorong untuk kembali merenungkan peranannya di dalam Kerajaan Allah sebagai satu kesatuan tubuh Kristus.

Pada dasarnya, setiap seri dari khotbah yang dibukukan ini mengajak pembacanya untuk masing-masing merenungkan, serta dengan tajam menilai kembali, sekaligus mengoreksi kehidupan pelayanan masing-masing saat ini. Khotbah PDM ini sendiri dengan baik dirangkumkan menjadi 12 seri dengan judul-judul sebagai berikut:
1. Pelayan yang Beriman
2. Cara Pandang Seorang Pelayan
3. Pelayan yang Melarikan Diri
4. Pelayan yang Berdukacita
5. Pelayan yang Mengasihani Diri
6. Jerih Payah Seorang Pelayan
7. Harta Seorang Pelayan
8. Pelayan yang Berkorban
9. Kebahagiaan Yudas
10. Pelayan yang Mengabarkan Injil
11. Pembentukan Seorang Pelayan
12. Pergumulan Seorang Pelayan

Membaca karya Pdt. Stephen Tong sesungguhnya seperti berteduh di bawah pohon lebat yang bercabang banyak, yang memberikan kekuatan kembali untuk menjalankan aktivitas. Namun, pohon lebat yang terlihat kukuh ini, tidak bisa kita pungkiri, tumbuh dari akar yang kuat akan pengenalan terhadap firman Tuhan dan Sang Firman. Hal ini pula yang terpancarkan di dalam seri khotbah PDM. Setiap seri berisi prinsip firman Tuhan yang mendalam, dan dengan serangkaian contoh yang cukup mendetail, pembaca bisa melihat bagaimana firman Tuhan berelasi dengan kehidupan pelayanan seseorang. Bukan hanya pelayanan dalam gereja saja, tetapi juga pelayanan dalam berbagai konteks kehidupan kita. Oleh karena itu, buku ini sangat dianjurkan untuk dibaca oleh setiap orang Kristen, sehingga makin banyak orang Kristen yang juga bisa menikmati “mutiara” yang tersembunyi di dalamnya. Mari kita belajar melayani sebagai seorang pelayan yang baik kepada Tuan kita, Tuhan Yesus Kristus.

Lydia Salim
Mahasiswi STT Reformed Injili Internasional