Judul: Pengantar ke dalam Teologi Reformed
Pengarang : Yakub B. Susabda
Penerbit : Lembaga Reformed Injili Indonesia
Cetakan : Kedua, Agustus 2001
Tebal : 119 halaman
Apa itu sebenarnya Theologi Reformed? Apa yang menjadi keunikan dari Theologi Reformed? Mengapa kita perlu belajar, mengenal, mengetahui tentang Theologi Reformed?
Saat ini dunia kekristenan telah dilanda oleh banyaknya pengajaran. Gereja A menawarkan pengajaran tentang Tuhan yang mereka percaya, gereja B menawarkan pengajaran tentang Tuhan yang mereka percaya, gereja C pun tak kalah ketinggalan, dan seterusnya. Lalu kita harus memilih yang mana? Percaya yang mana?
Theologi Reformed merupakan “theologi Alkitab yang ditemukan kembali” oleh para reformator. Gerakan Reformasi ini mengajak kita untuk kembali melihat kepada Alkitab. Setiap orang memilih, menganalisa, dan menilai. Setiap orang bebas untuk belajar dan mengerti akan segala yang diwahyukan Allah. Namun seringkali kita lupa bahwa seluruh pilihan, penganalisaan, penilaian, pembelajaran, pengertian, dan lain-lain, harus kembali kepada dasar firman Tuhan. Alkitab – firman Allah – harus diperlakukan sebagai Subjek yang membaca hidup kita dan bukan sebaliknya. Pengertian tentang “Alkitab hanyalah sebagai objek” yang kita baca, menjadikan kita salah mengerti dan salah mengenal Tuhan kita.
Ketika gereja salah menafsirkan kebenaran Alkitab, jemaat dibawa kepada kemelesetan pengenalan kita akan Tuhan yang sesungguhnya.
Theologi Reformed tidak bergantung dan bersumber hanya pada theologi John Calvin, Bapak Gereja Reformed. Umat Reformed mengakui bahwa Chrysostom dan Agustinus telah memberikan dasar-dasar yang sangat penting dalam pengembangan pemikiran Theologi Reformed. Bahkan para reformator lainnya seperti Martin Luther dan Zwingli, mereka juga telah memberikan prinsip-prinsip yang sangat menentukan identitas Theologi Reformed.
Tidak ada satu tokoh pun yang pemikiran theologinya “Mutlak benar tidak ada salahnya”. Umat Reformed tidak mengakui akan kemutlakan seorang theolog. Kalaupun mereka menghormati John Calvin dan theolog-theolog besar lainnya, mereka tidak membiarkan diri mereka terjerat pada “pemikiran theologi seorang theolog saja”.
Gereja-gereja Reformed lebih menggantungkan diri mereka pada pengakuan iman gereja, yang dibuat sebagai hasil pergumulan, pertanggungjawaban gereja dalam menyaksikan identitas imannya. Mereka mengakui bahwa pengakuan iman gereja adalah manifestasi yang lebih jelas tentang Theologi Reformed yang sesungguhnya.
Berbicara tentang Theologi Reformed, mau tidak mau harus berorientasi pada pergumulan-pergumulan sekitar pengakuan iman gereja-gereja Reformed, seperti Belgic Confession, Heidelberg Catechism, The Second Helvetic Confession, The Canons of Dort, The Westminister Confession. Melalui pengakuan-pengakuan iman gereja Reformed inilah, tersirat keunikan identitas iman dan Theologi Reformed.
Di buku ini tertulis, awal mula umat Reformed berpikir bahwa Theologi Reformed adalah theologi yang dikembangkan dari “the five points of Calvinism”, atau TULIP, yaitu kependekan dari :
(1) Total Depravity of Man – kerusakan total manusia; (2) Unconditional Election – pemilihan Allah sama sekali tidak didasarkan pada kondisi atau kebaikan manusia; (3) Limited Atonement – pendamaian dan keselamatan yang terbatas hanya pada orang-orang pilihan; (4) Irresistible Grace – anugerah Allah yang tidak dapat ditolak; (5) Preseverence of Saints – pemeliharaan Allah atas orang-orang saleh-Nya.
Yakub Susabda menuliskan bahwa umat Reformed kemudian semakin menyadari bahwa 5 poin di atas hanyalah “sebagian” dari keseluruhan Theologi Reformed. Apa yang melatarbelakangi penyusunan pengakuan iman berdasarkan 5 poin ini merupakan hal yang lebih penting dari sekedar formulasi pengakuan iman itu sendiri.
Buku ini dibagi menjadi 4 bagian, bagian pertama menjelaskan tentang Theologi Reformed, John Calvin, dan integrasinya dengan pemikiran-pemikiran theologi reformator lainnya. Bagian kedua menjelaskan tentang Theologi Reformed: Formulasi John Calvin berdasarkan “basic premises” yang konsisten dengan Alkitab. Bagian ketiga menjelaskan tentang Theologi Reformed: Theologi Calvinist dan aktualisasinya dalam perubahan-perubahan tantangan gereja sepanjang zaman. Yang terakhir, buku ini juga menjelaskan tentang Theologi Reformed Injili: Manifestasi pengaktualisasian iman Reformed Orthodox dalam integrasinya dengan semangat doktrinalis, kulturalis, dan pietis-revivalis zaman ini. Di bagian penutup, buku ini juga melampirkan beberapa catatan-catatan penting yang berkaitan dan perlu untuk kita ketahui sebagai orang Reformed.
Dengan membaca buku ini, penulis mengajak kita untuk menyelami, mendalami, dan mengerti, bagaimana tantangan zaman saat itu, dan mengapa sampai akhirnya kita perlu dengan sungguh dan beriman bahwa Theologi Reformed adalah satu-satunya theologi yang mendekati kebenaran Alkitab, dan patut untuk kita pelajari hari ini. Melalui Theologi Reformed, kita dibawa kepada pola berpikir yang terus kembali kepada Alkitab. Sola Scriptura.
Ivena Nathania
Pemudi GRII Singapura