Judul: Peta dan Teladan Allah
Sub Judul: Potensi dan Krisis Sifat Manusia
Penulis: Pdt. Dr. Stephen Tong
Penerbit: Lembaga Reformed Injili Indonesia
Tebal: viii + 76 halaman
Cetakan: Ke-5 (2007)
Siapakah manusia? Apakah yang boleh diketahui manusia? Apa yang harus diperbuat manusia? Apakah pengharapan manusia?
Keempat pertanyaan penting di atas adalah pertanyaan yang pernah dilontarkan oleh seorang filsuf pada abad 18, yaitu: Immanuel Kant. Keempat pertanyaan ini mungkin juga sering ditanyakan oleh sebagian besar dari kita. Dalam buku Peta dan Teladan Allah: Potensi dan Krisis Sifat Manusia ini, Pdt. Dr. Stephen Tong menjelaskan dan menjawab keempat pertanyaan ini melalui penggalian tentang manusia dari sudut pandang Alkitab yang merupakan wahyu tertinggi dari Pencipta manusia.
Buku yang terdiri dari 3 bab ini dimulai dengan sebuah ide paradoks yang menarik: manusia merupakan ciptaan Allah yang paling mulia, paling berharga, paling berpotensi, paling patut dikasihi, dan paling mampu mempengaruhi jutaan manusia dari berbagai generasi; namun di sisi lain manusia dapat menjadi makhluk paling berbahaya, paling merusak, paling dibenci, dan paling membuat masalah untuk jutaan manusia dari berbagai generasi.
Dengan ide ini, Pdt. Dr. Stephen Tong membahas nilai penciptaan manusia yang merupakan inti Bab 1. Manusia diciptakan oleh Allah dari tidak ada menjadi ada. Manusia diizinkan Allah untuk tertawa, untuk berpikir dan bertindak dengan rasio, untuk berbudaya dan bersejarah, yang mengakibatkan perbedaan besar antara manusia dan binatang. Manusia juga merupakan ciptaan Allah yang terakhir, yang terpenting di atas semua ciptaan lainnya.
Keindahan manusia sebagai peta dan teladan Allah dijabarkan di Bab 2 dengan membeberkan rahasia akar kata frasa “peta dan teladan Allah” dari bahasa aslinya, yaitu bahasa Ibrani, kemudian dilanjutkan dengan arti frasa ini terhadap identitas diri manusia. Manusia sebagai peta dan teladan Allah memiliki hak istimewa sekaligus tanggung jawab yang berat untuk menjadi serupa dengan Allah. Secara umum, aspek hak istimewa banyak dibahas dalam tema ini, tetapi kita manusia sering kali melupakan tanggung jawab yang besar sebagai makhluk yang serupa dengan Allah. Maka di dalam pembahasan ini, pendeta yang juga merupakan pendiri Gereja Reformed Injili Indonesia (GRII) ini memberikan poin-poin mengenai tanggung jawab manusia, khususnya manusia harus meneladani sifat-sifat Allah sendiri. Bila pendeta mengatakan,‘Ikutlah aku’ tetapi tidak menambahkan kalimat ‘sebagaimana aku mengikut Kristus,’ celakalah dia. Maka Paulus berkata, ‘Ikutlah aku sebagaimana aku telah meneladani Kristus’ (hlm. 22). Bab 2 diakhiri dengan pandangan dari filsuf dan ahli theologi ini tentang peta dan teladan Allah dalam diri manusia.
Pengetahuan yang cukup tentang identitas diri manusia di dalam Alkitab mengantar kita kepada gagasan yang dikemukakan di awal buku ini, yang juga merupakan sub judul dari buku ini: Potensi dan Krisis Sifat Manusia. Dalam menjawab tantangan krisis manusia, kita harus ingat bahwa Allah adalah dasar peta dan teladan manusia. “Kita perlu terlebih dahulu mengerti siapakah Allah agar kita bisa mengerti siapakah manusia…” (hlm. 36). “Oleh karena itu pengenalan theologi merupakan hal yang penting. Dari theologi sebagai poros baru mempelajari psikologi, pembimbingan, politik, sosiologi, kesenian, dan semua disiplin ilmu yang lainnya. Kalau tidak demikian tidak mungkin manusia mempunyai keseluruhan keseimbangan dalam pengetahuan…” (hlm. 37).
Setelah itu, Pdt. Dr. Stephen Tong membahas berbagai macam sifat manusia beserta krisisnya di dalam beberapa kategori, di antaranya adalah: sifat rohani, sifat moral, sifat rasional, sifat kekal, dan sifat-sifat lainnya yang dapat Anda temukan sendiri di sini. Dengan mengetahui sifat-sifat yang ditanamkan Allah di dalam manusia beserta berbagai bahaya di dalamnya, kita belajar untuk bertindak sebagaimana sifat orang Kristen selayaknya dan menjawab tantangan dunia yang semakin hari semakin jahat.
Buku ini ditutup dengan pernyataan, “Karena itu, kenalilah diri Saudara, tidak terlalu tinggi, dan juga terlalu rendah. Jangan mengangkat diri sebagai Allah, tetapi jangan juga menganggap diri setara dengan binatang” (hlm. 59). Dan di akhir dari buku ini, seperti buku-buku karya Pdt. Dr. Stephen Tong yang lain, terdapat beberapa pertanyaan disertai jawaban yang mungkin muncul pada saat kita membaca buku ini.
Dengan berbagai masalah tentang identitas diri manusia serta krisis manusia di dalam sifat-sifat dasarnya di zaman pasca modern, buku Peta dan Teladan Allah: Potensi dan Krisis Sifat Manusia terbitan Lembaga Reformed Injili Indonesia ini, benar-benar menjawab tantangan tersebut dan membantu mengarahkan kita untuk menjadi manusia yang semakin hari semakin serupa dengan Kristus dan hidup sesuai dengan kodrat kita yang sesungguhnya sebagai manusia. Soli Deo Gloria.
Indra Kurniawan Lim
Pemuda GRII Singapura