Selangkah Demi Selangkah

Judul: Selangkah Demi Selangkah
Judul Asli: Step by Step
Pengarang: James C. Petty
Penerbit: Momentum
Tebal: xviii + 294 halaman
Cetakan: Pertama, Oktober 2004
Penerjemah: Trivina Ambarsari

Apa yang menjadi kehendak Tuhan untuk jalan hidup saya?

Apakah Tuhan mau saya masuk ke sekolah A atau B untuk melanjutkan SMU saya? Apakah Tuhan mau saya mengambil jurusan IPA atau IPS?

Apakah Tuhan mau saya mengambil jurusan teknik atau bisnis? Universitas apa dan di mana? Pekerjaan apa? Di perusahaan mana?

Apakah dia adalah pasangan hidup saya?

Apa yang Tuhan kehendaki dengan hidup saya? Di manakah bimbingan-Nya?

Saya percaya sebagian dari pertanyaan-pertanyaan tersebut pernah terlintas di pikiran saudara apalagi ketika kita semakin menanjak dewasa dan ingin agar Tuhan menjadi fokus dalam segala aspek hidup kita. Maka, adalah wajar ketika kita menginginkan agar Tuhan menjadi pembimbing hidup kita.

Buku Selangkah demi Selangkah akan memberikan kita pengertian dan guidelines agar kita mendapatkan master key untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan yang masih akan timbul di dalam perjalanan hidup kita. Tentunya, apa yang ditulis sebagai fokus di dalam buku ini adalah kembali kepada Sumber segala hikmat dan pimpinan: Yesus Kristus (Kol. 2:2)

Di dalam buku ini, sang penulis yang juga adalah seorang Konselor dan Direktur Pengembangan di Christian Counseling and Educational Foundation, di Glenside, Pennsylvania, AS, bukan saja memberikan penjelasan praktis mengenai bimbingan Allah di dalam hidup kita melalui contoh-contoh dari kisah nyata, tetapi juga mengupas secara mendalam pengertian bimbingan Allah sehingga dapat membawa pembaca selangkah demi selangkah untuk mampu mencari bimbingan Allah di dalam seluruh aspek kehidupannya.

Buku ini dibagi menjadi 4 bagian, di mana urutannya membawa kita menuju pengertian yang tuntas dan praktis. Dimulai dengan bagian pendahuluan, Janji akan Bimbingan, di mana penulis meng-synchronize situasi mengenai kebutuhan pengambilan keputusan pada saat ini dengan pembacanya.

Tiga pandangan gereja pada umumnya yaitu tradisional, karismatik tradisional, dan hikmat, yang mewakili perbedaan pengertian bagaimana Allah membimbing umat-Nya, diperkenalkan kepada pembaca sehingga kita dapat mengidentifikasikan diri kita masing-masing.

Pandangan tradisional yang dipegang oleh mayoritas orang Kristen pada saat ini, memahami bahwa setiap individu mempunyai rencana khusus dari Allah, suatu rencana yang ideal dan mendetail. Sedangkan pandangan Karismatik tradisional hanyalah pandangan tradisional (yang hanya berdasarkan gerakan hati atau desakan batin) yang mempercayai bahwa Allah mengomunikasikan rencana-Nya yang ideal dan mendetail tersebut secara langsung dan verbal kepada individu, keluarga, dan gereja melalui berbagai medium. Pandangan yang terakhir yaitu pandangan hikmat mempercayai bahwa bimbingan Allah adalah secara tidak langsung melalui tindakan Allah yang memberikan kita hikmat untuk mengambil keputusan.

Bagian pertama diakhiri dengan contoh-contoh bimbingan Allah di Alkitab, dari para patriarch sampai ke masa setelah Pentakosta. Semuanya ini memberikan dasar yang tepat kepada pembaca untuk masuk ke bagian berikutnya di mana bimbingan dipahami lebih lanjut misalnya dari sudut pandang doktrin providensia, kecukupan Alkitab, dan sebagainya sehingga para pembaca dapat menganalisis ketiga pandangan tersebut secara alkitabiah.

Pada bagian kedua, Memahami Bimbingan, penulis membahas secara mendetail bagaimana relasi antara bimbingan dengan rencana Allah, firman Allah (apakah Alkitab saja cukup?), kehendak Allah yang bersifat individual, dan kemerdekaan Kristen.

Pada bagian ini, si penulis mengulas mengenai pengertian yang tepat dalam doktrin providensia yang akhirnya mempengaruhi pengertian kita terhadap bimbingan Allah. “… tidak ada situasi – mulai dari jumlah rambut hingga pergerakan bangsa-bangsa – yang dalam segala halnya tidak menggenapi rencana Allah” (hal. 50), menjelaskan secara singkat doktrin kedaulatan Allah.

Dengan pengertian yang tepat, kita tahu bahwa rencana Allah telah memperhitungkan segala kesalahan kita dalam menjalankan hidup kita. Hal ini sekaligus telah menjawab masalah yang akan timbul dari kedua pandangan pertama yang meyakini adanya kehendak khusus/individual dari Allah yang sempurna yang mengakibatkan kita “kehilangan” hal terbaik dari Allah ketika kita melakukan kesalahan.

Pemahaman mengenai bimbingan Allah diakhiri oleh penulis dengan memperkenalkan konsep kehendak moral Allah di dalam tiga lingkaran konsentris di mana lingkaran pertama yang terdalam mewakili semua tindakan yang jelas dilarang di dalam Alkitab, lingkaran konsentris kedua merupakan wilayah pengaplikasian perintah-perintah Allah yang positif di mana kita dipanggil untuk mempertimbangkan berdasarkan situasi dan motivasi (dalam hal uang, karunia, waktu, dan sebagainya), sedangkan lingkaran ketiga yang terluar adalah wilayah kemerdekaan di mana setiap pilihan adalah sama baiknya.

Seperti yang diutarakan oleh penulis, sebagian besar dari kita mungkin akan kecewa dengan sifat umum dari konsep kehendak moral Allah. Kita lebih suka bila Allah menunjukkan dengan jelas keputusan ideal yang perlu kita ambil untuk perjalanan hidup kita. Namun konsep “sederhana” ini sebaliknya menaruh Kristus sebagai dasar esensi semua yang Allah nyatakan kepada kita untuk menghadapi “kompleksitas” keragaman situasi dan pribadi manusia.

Pada bagian ketiga, Mengalami Bimbingan, penulis mengulas bagaimana Alkitab mengajar kita untuk mengetahui kehendak Allah, dan cara apa saja yang Tuhan bisa pakai untuk menyatakan kehendak-Nya di dalam pengertian kita. Pada bagian ini, pembaca juga sudah dapat menyimpulkan bahwa pandangan hikmat merupakan pandangan yang paling dekat untuk menemukan kehendak Allah dalam hidup kita (hal. 164). Dengan demikian, menjadi berhikmat adalah suatu tujuan yang perlu kita tempuh sebagai orang Kristen untuk mencari dan menjalankan kehendak Allah.

Bagian terakhir dari buku ini membawa pembaca untuk mencari bimbingan melalui tujuh elemen pengambilan keputusan yang alkitabiah yaitu pengabdian diri, informasi, permohonan, konsultasi, meditasi, keputusan, dan pengharapan. Penulis secara terperinci memaparkan ketujuh langkah tersebut di dalam kisah nyata seseorang ketika diperhadapkan pada keputusan yang penting dalam hidupnya sehingga para pembaca dapat mengerti setiap elemen tersebut secara praktis. 

Buku ini sangat relevan untuk semua orang dalam segala umur karena pengambilan keputusan terjadi di setiap saat, terutama keputusan-keputusan yang penting seperti pemuda yang baru lulus sekolah kemudian mencari kerja (Quarter life crisis), orang dewasa yang mungkin mengalami mid-life crisis yang menggumulkan untuk mengganti arah karier, juga kepada orang Kristen yang baru lahir baru maupun kepada mereka yang menggumulkan diri menjadi hamba Tuhan atau pekerjaan gerejawi lainnya. Pertanyaan untuk tinjauan dan refleksi pada akhir setiap bab dan lembar PPS (Penilaian Prioritas Saya) serta penjelasannya pada akhir buku ini sangat membantu pembaca untuk mendalami dan mempraktikkan topik yang dibawakan penulis.

Selamat bergumul, mencari hikmat, dan menjalankan kehendak Allah.

 

 

Rendra

Pemuda GRII Pusat