Yang Penting Percaya Tuhan Yesus dan Diselamatkan?

Judul : Salvation Belongs to the Lord
Sub judul : An Introduction to Systematic Theology
Penerbit : P & R Publishing Company, 2006
Penulis : John M. Frame
Tebal : 382 hal.

Sebagai orang Kristen, mungkin banyak yang tidak sadar (atau mungkin tidak peduli) perlunya mengerti poin-poin dasar penting dalam Kekristenan, apalagi untuk menjelaskannya kepada orang lain sebagai bentuk apologetika yang bertanggung jawab. Sesungguh-sungguhnya orang Kristen perlu mengerti: Siapakah Allah yang dia percayai? Apakah Allah mutlak berdaulat? Kalau begitu di mana peran kehendak bebas manusia? Siapakah Allah Bapa? Siapakah Anak Tunggal Allah? Apakah Yesus adalah Tuhan atau manusia? Siapakah Roh Kudus? Apakah Allah ada tiga? Apa itu buah Roh? Apa bedanya buah Roh dan karunia Roh? Apakah Alkitab itu mutlak benar atau bisa salah? Siapa manusia? Mengapa Allah menciptakan manusia? Apakah Allah sudah tahu bahwa manusia akan jatuh ke dalam dosa? Apa itu dosa? Siapa Setan? Apakah Allah menciptakan Setan? Bagaimanakah hidup yang memuliakan Allah? Apa itu doa? Bagaimana berdoa? Apa keselamatan itu? Apakah keselamatan bisa hilang? Apa itu bertobat? Apa itu iman? Apa itu iman yang menyelamatkan? Apa ada iman yang tidak menyelamatkan? Apakah Gereja itu? Apa tugas Gereja dalam dunia? Apakah baptisan itu? Apakah baptisan menyelamatkan? Apakah sorga dan neraka itu? Apakah itu nyata? Setelah meninggal, apakah langsung ke sorga atau ke neraka atau ke mana? Kapankah hari penghakiman itu? Dan yang paling penting, bagaimana cara menerapkan apa yang kita ketahui itu dalam kehidupan kita? Apakah kaitan semua itu dengan hidup kita sehari-hari? Apa hubungannya dengan hidup saya? Yang penting kan saya hidup jadi orang Kristen yang baik-baik sudah cukup. Tidak juga! Apa itu baik? Baik menurut siapa? Menurut diri, masyarakat, atau Firman Tuhan? Menilik sekilas pertanyaan-pertanyaan mendasar di atas, mungkin banyak orang Kristen tidak bisa menjawabnya karena melihat bahwa pengetahuan tentang Allah itu “terlalu rumit dan tinggi”, tidak ada hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Toh manusia itu terbatas, tidak mungkin mengenal Allah sepenuhnya. Kalau iman adalah anugerah Allah, ya sudahlah… yang penting beriman. Sudah cukup, kan?

Kita tidak dipilih untuk menjadi orang Kristen yang masa bodoh dengan iman kita. Allah menciptakan manusia dengan kesempurnaan menurut gambar dan rupa-Nya yang memiliki rasio untuk dapat mengerti dan memahami karya dan pekerjaan Allah yang di dalamnya kita bisa sungguh mengagumi, mengasihi, dan menaati Allah. “… you will grow in your knowledge of God when you come to see that ultimately there is no part of your life that is controlled by anyone other than God, even that little part of your life. You will grow in your knowledge of God when you come to bring every thought captive to Christ” (hal. 75). Sangatlah penting bagi setiap orang Kristen untuk mengetahui dan memahami apa yang diimani dan dipercayai. Bukankah faith seeking understanding? Seperti judulnya, buku “Salvation Belongs to the Lord: An Introduction to Systematic Theology” yang ditulis oleh John M. Frame ini merupakan pengantar kepada Theologi Sistematika, jadi kita akan melihat keseluruhan poin-poin mendasar dari iman kepercayaan Kristen, yang diuraikan secara jelas, singkat, dan cukup mudah dimengerti oleh orang Kristen pada umumnya.

Seperti dalam bukunya yang lain, profesor Theologi Sistematika dan Filsafat di Reformed Theological Seminary ini menitikberatkan akan kedaulatan Allah. Allah yang mana? Allah Tritunggal yang berpribadi. Seringkali dalam relasi manusia dengan Allah, kita menggeser eksistansi Kepribadian Allah. Allah Tritunggal mungkin hanya merupakan ide, konsep, atau objek yang dibuat oleh hasrat religius hati manusia belaka. Sehingga, meskipun mengaku orang Kristen, seringkali kedaulatan Allah pun bisa otomatis dinihilkan olehnya. Manusia bisa melupakan bahwa Allah yang berpribadi itu punya kehendak, punya rencana, punya ketetapan, punya hukum, punya bijaksana, punya kasih dan keadilan bagi dunia ciptaan-Nya, termasuk manusia, makhluk berpribadi yang diciptakan oleh Allah yang menyatakan Diri-Nya juga di dalam Firman-Nya (hal. 45).

Dalam berespon kepada Allah Tritunggal yang berpribadi ini, Frame sangat menekankan pada aplikasi dari setiap poin penting yang diuraikannya. Theologi akan tidak berarti sama sekali jika tidak ada aplikasi, sama saja dengan kumpulan memori dan pemikiran yang akan menjadi sampah yang dibanggakan dalam otak manusia. Hidup manusia Kristen adalah theologi sejati yang dihidupi. “… you can’t understand God’s Word rightly until you can use it, until you see how it applies to this situation and that …. A person who understands the Bible is a person who is able to use the Bible to answer his questions, to guide his life” (hal. 322).

Yang sangat penting dalam buku ini, pada bagian akhir, disajikan sebuah kerangka pikir yang bisa menjadi jembatan bagaimana kita bisa menghidupi theologi yang sejati itu. Dalam mempertimbangkan langkah apa yang akan diambil kemudian, mari kita perhatikan ketiga poin di bawah ini (hal. 322):

1.      Situational perspective

Kita melihat segala upaya yang akan dilakukan dengan satu pertanyaan: Apakah ini akan memuliakan Allah? Karena segala sesuatu diciptakan dengan tujuan untuk memuliakan Allah (1 Kor. 10:31), maka kita harus memikirkan konsekuensi-konsekuensi logis yang akan terjadi dalam hidup kita melalui kacamata ini. Dalam hal inilah manusia senantiasa memperhitungkan kemahakuasan Allah dalam setiap pengambilan keputusannya sehingga jalan yang diambil adalah yang paling mungkin memuliakan Allah dengan semaksimalnya.

2.      Normative perspective

Dalam hal ini, kita lebih berfokus pada firman Tuhan—apa yang Alkitab katakan? Firman Tuhan yang sejati merupakan satu-satunya tolak ukur dalam menganalisa segala sesuatu. Apa yang dikatakan Firman Tuhan tentang tugas, tanggung jawab, dan kapasitas manusia? Standar yang digunakan adalah Firman Tuhan yang mutlak benar dan universal sehingga kita lebih bisa bertanggungjawab di hadapan Allah, tapi dalam pemahamannya mungkin manusia bisa salah, sehingga diperlukan juga beberapa studi menggunakan buku-buku/informasi sejarah yang terkait lainnya supaya bisa mengerti dengan lebih baik.

3.      Existential perspective

Di sini kita lebih melihat pada manusianya—apa yang bisa saya ubah dalam diri saya untuk memuliakan Allah? Kita masuk kepada bagaimana sikap hati dan hubungan pribadi kita dengan Allah, yang sangat erat kaitannya dengan proses pertumbuhan iman, dengan mau terus-menerus dipimpin dan dikoreksi oleh firman Tuhan sehingga boleh menuju kesempurnaan seperti Kristus.

Mengenal Allah yang sejati dengan benar akan diikuti dengan ketaatan, dan ketaatan akan memimpin kepada pengenalan yang lebih limpah akan diri Allah. Sudahkah kita mengenal Allah yang dari-Nya kita beroleh keselamatan? “… use that knowledge to God’s glory … God will continue to lead you into His wonderful truth and empower you to follow Jesus’ Great Commission, as you take His Word to “every nation and tribe and language and people” (hal. 342).

Dewi Arianti

Pemudi GRII Pusat