Di hadapan Pilatus, Tuhan Yesus berkata, “Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini.” Ketika Yesus di dunia, orang Israel mengikuti Dia, tetapi hati mereka tidak mengerti isi hati Tuhan, karena mereka hanya memikirkan tentang politik dunia. Mereka rindu datangnya kerajaan Israel, yaitu kemuliaan yang pernah mereka miliki di masa lalu. Pada zaman Daud, banyak kerajaan yang memberikan upeti mahal kepada Daud dan taat kepada kuasanya. Di zaman Salomo, kerajaan Israel lebih besar lagi, merupakan kehormatan dan kemuliaan yang didambakan rakyat yang nasionalis. Setiap bangsa ingin memuliakan dan meninggikan bangsa-negaranya sendiri. Tetapi orang Kristen memuliakan Kerajaan Sorgawi.
Kerajaan Romawi, Yunani (Makedonia), Babilonia, Mesir, pernah jaya, tetapi kemudian runtuh. Tidak ada satu negara atau kerajaan yang tetap mulia selamanya. Alkitab mengatakan bahwa dunia ini bukan rumah kita. Kita mengharapkan rumah yang lebih indah, sehingga mata kita memandang pengharapan terhadap Kerajaan Allah. Sangatlah tepat perkataan Yesus ini, karena orang Kristen tahu di sorga ada Bapa dan kerajaan yang kekal, maka di dunia ini kita menjadi warga negara, yang seberapa kuatnya negara atau kerajaan itu, suatu hari pasti berlalu. Maka Tuhan Yesus mengajarkan, “Saat kalian berdoa, berdoalah: Bapa kami yang di sorga, dikuduskan nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu.”
Kita mengharapkan datangnya Kerajaan Sorga, karena kerajaan dunia tidak ada yang sempurna. Setiap negara memiliki kelemahan dan bersifat sementara. Raja terbesar dalam kerajaan dunia ini hanya orang berdosa yang dicipta. Ketika Allah mencipta manusia, Ia meletakkan peta dan teladan-Nya dalam diri kita. Namun, Allah mencipta kita terbatas. Maka orang Kristen menyadari manusia itu dicipta, terbatas, dan terpolusi oleh dosa. Maka, raja yang terbaik sekalipun tetap tidak akan bertahan lama.
Ketika orang Kristen mempunyai pengharapan akan negaranya, memilih presiden yang terbaik menurut hati kita, sering kali setelah beberapa tahun akan menimbulkan kekecewaan. Itu karena timbul keserakahan, kejahatan, egoisme, sehingga para pemilihnya mulai menyesal. Presiden yang dipilih dan orang yang memilih sama-sama tidak sempurna. Maka Yesus berkata, “Kalian harus berdoa kepada Bapa: Bapa, datanglah Kerajaan-Mu.” Kita mengharapkan datangnya Kerajaan Tuhan, karena hanya Kerajaan Tuhan yang kekal selama-lamanya. Kerajaan dunia ini akan menjadi Kerajaan Sorga, dan juga menjadi Kerajaan Sang Anak yang diurapi.
Sekarang kita hidup di dunia, dalam pemerintahan yang tidak sempurna, dalam kuasa yang tidak memuaskan, tetapi hati kita terus memikirkan kerajaan kekal, yaitu Tuhan yang menjadi Allah kita. Ketika kuasa kedaulatan Allah mengendalikan dan kehendak Tuhan menjadi prinsip yang menguasai dan mengelola semua umat-Nya, maka barulah damai sejahtera sejati bisa dinikmati. Arnold Toynbee, seorang sejarawan Inggris yang terkenal, mengatakan bahwa sepanjang sejarah manusia, sekitar 6.000-7.000 tahun ini, terbukti bahwa apa yang ditulis di dalam Roma 6:23, yaitu bahwa upah dosa adalah maut, terbukti. Dunia menuju kerusakan dan maut, rakyat, penguasa, presiden, maupun raja juga demikian. Toynbee berkata bahwa setiap dinasti berusaha menciptakan anti kemiskinan dan berusaha mencapai masyarakat adil dan makmur, tetapi faktanya belum ada zaman di mana hal itu tercapai. Ketika kita mengejar kemakmuran, kita tidak berdaya untuk membagi sama rata kemakmuran tersebut, maka idealisme kita menjadi sia-sia. Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin. Hal ini bukan hanya terjadi di negara miskin atau terbelakang, tetapi juga terjadi di negara adidaya seperti Amerika Serikat. Setelah komunisme merajalela lima puluh tahun lebih, perlahan mereka menjadi negara kapitalis dan masyarakat menjadi lemah. Ketika manusia mengadakan revolusi yang berupaya menciptakan masyarakat yang adil dan sama rata, menjatuhkan orang kaya, maka hasilnya adalah seluruh negara menjadi miskin. Jadi kesamarataan hanyalah kesamaan kemiskinan, tidak bisa mendapatkan kesamaan kemakmuran seperti yang diharapkan. Maka pemerintahan, negara, dan masyarakat di dunia ini selamanya mengecewakan. Kerajaan dunia bukanlah kerajaan kita, itu sebab Yesus berkata, “Ketika engkau berdoa, berdoalah: Bapa, datanglah Kerajaan-Mu.”
Hati orang Kristen ada di sorga, meskipun kita hidup di dunia ini. Orang non-Kristen ketika hidup di dunia ini, tidak mempunyai pengharapan kekal, pengertian ketidakterbatasan, komunikasi dan persekutuan pribadi dengan Tuhan, dan dengan sekuat tenaga berusaha mendapatkan dunia. Tetapi orang Kristen melihat dunia ini hanyalah sementara, sedangkan di sorga ada takhta sorgawi, dan di dunia ada kehendak kekal Tuhan yang kendalikan. Maka Ibrani 11:13-15 berkata, “Orang ini mati dengan iman, sebelum mati mereka merindukan ada rumah yang lebih indah, kekal, yang tidak rusak, di mana Tuhan sendiri sebagai rajanya.” Paulus berkata, “Pikirkanlah perkara yang di atas, jangan hanya pikirkan perkara yang di dunia saja.” Karena di dunia ini kita hanya musafir dan orang asing saja, kita tidak boleh menaruh hati kita di dunia ini.
Yesus berkata, “Saat kalian berdoa, demikianlah hendaknya kalian berdoa: datanglah Kerajaan-Mu.” Kita memerlukan kedatangan Kerajaan Tuhan karena manusia tidak dapat menyelesaikan masalahnya sendiri. Orang berdosa dan bermasalah tidak dapat menyelamatkan masyarakat yang berdosa dan memimpin yang bermasalah keluar dari masalahnya. Dan yang dimaksudkan dengan “datangnya kerajaan Tuhan” adalah kedaulatan Allah dinyatakan. Suatu negara sah jika memiliki: 1) Pemimpin, yang berkuasa dan mengendalikan seluruh wilayah itu; 2) Rakyat, yang taat dan tunduk kepada kuasa pemerintah; 3) Hukum, yang menjadi prinsip di dalam menguasai, mengatur, dan mengelola rakyatnya; dan 4) Kekuatan militer, yang menjadi perlindungan bagi orang di dalam, dan pertahanan atas serangan musuh dari luar. Inilah suatu kerajaan atau negara. Maka ketika kita berdoa: “Bapa, datanglah Kerajaan-Mu” kita bermaksud: 1) Tuhan, biarlah Engkau menjadi Raja yang menguasai kami. Di negara kita memiliki presiden, tetapi di dalam hati orang Kristen ada Raja sorgawi, yaitu sang Penguasa di atas presiden, raja, dan semua penguasa dunia mana pun. Kita harus tunduk kepada pemerintah dan kerajaan dunia, tetapi kita juga harus tunduk kepada Allah, Raja di atas segala raja. Dengan demikian orang Kristen mempunyai dwi-kewarganegaraan. Kita adalah warga negara di dunia ini, dan juga warga Kerajaan Sorga. Kita harus menaati pemerintah, tetapi harus lebih lagi menaati Raja di atas segala raja, Tuan di atas segala tuan. Kiranya Tuhan menjadi Rajaku, menguasai hidupku, menuntun aku, karena aku adalah milik-Mu. 2) Kita berharap lebih banyak orang menjadi umat Tuhan, rakyat Kerajaan Allah. Kita memberitakan Injil karena kita ingin orang lain sama seperti kita mendapatkan manfaat Injil dan masuk ke dalam Kerajaan Tuhan. Tuhan sebagai Raja kita, dan kita juga berharap Tuhan menjadi Tuhannya mereka yang kita injili. Kita memberitakan Injil agar banyak orang percaya kepada Tuhan dan menjadi umat Tuhan. 3) Kekuasaan Tuhan menguasai dan mengendalikan seluruh umat dan terus menaungi kita. Setiap negara memiliki konstitusi, fungsi hukum, demikian juga Tuhan. Tuhan dengan hukum Taurat-Nya menguasai dan mengelola Kerajaan-Nya. Hukum ini melampaui semua hukum dan konstitusi yang ada di dunia. Konstitusi dunia bisa berubah-ubah, tetapi konstitusi Tuhan tidak perlu berubah selama-lamanya, karena Tuhan adalah diri-Nya kebenaran itu, keadilan itu, sehingga kekudusan-Nya, kebenaran-Nya, dan keadilan-Nya mengendalikan dan mengelola segalanya, sehingga tidak perlu diubah lagi. Kiranya hukum konstitusi-Nya dan keadilan-Nya dijalankan dalam kehidupan kita. Inilah perbedaan Kerajaan Allah dan kerajaan setan. Allah mengelola dan menguasai Kerajaan-Nya dengan kebenaran dan keadilan, sementara setan dengan dosa. Maka biarlah umat Tuhan mempersembahkan tubuhnya sebagai organ kebenaran. Di dalam kerajaan setan, tubuh mereka menjadi alat berbuat dosa. Paulus di dalam Roma 6 berkata, “Biarlah seluruh organ tubuhmu menjadi organ kebenaran dan menjadi persembahan yang hidup bagi Tuhan.” Satu per satu organ tubuh kita dipersembahkan, karena Tuhan kita adil dan benar. Inilah yang berkenan kepada Tuhan (Rm. 12:1). Maka orang Kristen melihat, mendengar, memberitakan, melakukan firman Tuhan dengan mata, telinga, mulut, tangan, dan kakinya. Yang bukan Kristen semua mata, telinga, tangan, dan kaki mereka dipersembahkan dan dipakai oleh yang jahat dan tidak benar. Jika engkau sungguh berharap datangnya Kerajaan Sorga, engkau seharusnya jujur, rendah hati, dan mempersembahkan diri di hadapan Tuhan. Seharusnya, engkau melihat Dia sebagai Raja, taat kepada hukum-Nya, dan berjalan di jalan-Nya, maka Tuhan akan tuntun engkau.
Dalam Perjanjian Baru, Yohanes berkata, “Bertobatlah, karena Kerajaan Allah sudah dekat.” Dan ketika Yesus khotbah, kalimat pertama-Nya, “Bertobatlah, karena Kerajaan Sorga sudah dekat.” Dalam Perjanjian Lama, Israel lambang perwakilan Kerajaan Allah, tetapi Israel tidak mau Tuhan. Mereka mengundi dan menjadikan Saul sebagai raja mereka, dan Allah memberitahukan mereka, “Apakah kalian mau seperti orang kafir mempunyai raja yang menguasai mereka? Aku beri tahu kalian, kalian boleh mempunyai rajamu, tetapi rajamu akan membuat engkau susah.” Allah memakai Goliat mempermalukan Israel, lalu membangkitkan Daud untuk membunuh Goliat. Allah berkata kepada Saul, “Karena kau telah merendahkan, meremehkan, melepaskan, dan membuang Tuhan, maka Tuhan tidak mau engkau menjadi raja lagi.” Allah telah mempersiapkan bagi-Nya seorang yang berkenan pada-Nya, yaitu Daud. Daud disebut berkenan kepada Tuhan, karena Daud melambangkan Yesus.
Ketika Yesus datang ke dunia, Ia berkata, “Kalian harus bertobat, karena Kerajaan Sorga sudah dekat.” Dan Yesus juga berkata kepada para murid, “Kerajaan Tuhan sudah turun di atas dirimu.” Kerajaan Tuhan turun ke dalam hati setiap murid Tuhan, dan hatinya akan meninggikan Tuhan dan memikirkan Kerajaan Allah. Dalam pengajaran Yesus, Israel tahu Kerajaan Allah sudah akan datang. Apakah Kerajaan Sorgawi itu sudah datang? Jika sudah datang, kenapa masih harus berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu”? Itu berarti “Kerajaan-Mu” belum datang. Tetapi jika belum datang, mengapa Yesus berkata, “Kerajaan Sorga sudah datang dan ada di dalam hatimu”? Ini di dalam theologi dikatakan, sudah tetapi belum (already but not yet). Ini adalah proses. Dalam proses ini, Kerajaan Allah sudah datang dan dinyatakan di tengah kita, karena ketika Yesus ada di dalam dunia ini, dengan kuasa sorgawi Ia telah mengusir kuasa setan, menyatakan kuasa dan kedaulatan Allah. Ini berarti kuasa Tuhan sebagai raja sudah datang ke dunia. Ketika Yesus menyembuhkan penyakit dan mengusir setan, Ia menyatakan Kerajaan Allah telah turun ke dalam diri kita. Tetapi turunnya belum sempurna dan utuh, maka setelah Yesus naik ke sorga, umat-Nya tetap berdoa seperti ini: “Datanglah Kerajaan-Mu.” Suatu hari, saat Tuhan datang kembali, Kerajaan Sorga akan turun ke atas diri kita. Maka dari Alkitab kita melihat, di dalam Perjanjian Lama Allah mau menyatakan kuasa-Nya di tengah manusia, sehingga Allah memilih Israel keluar dari Mesir untuk menjadi umat-Nya, meninggikan Tuhan Yehovah, berbakti dan melayani Tuhan, karena Tuhanlah Raja. Tetapi ketika Israel tidak mau Tuhan, belajar kepada orang kafir, memilih raja sendiri, maka Allah memberi kebebasan dan demokrasi kepada manusia, mengizinkan Israel memiliki raja, tetapi Allah mempersiapkan raja yang akan datang, raja yang berkenan pada Tuhan.
Siapakah raja sejati di dalam Kerajaan Allah? Dia adalah Anak Tunggal Allah sendiri, yaitu Yesus. Mazmur 2 berkata, “Di atas Gunung Sion Aku telah mengangkat Anak-Ku sebagai raja.” Karena Anak ini berkata, “Allah berkata pada-Ku, Engkau ialah Anak-Ku. Hari ini Aku melahirkan Engkau, dan di atas Gunung Sion mengangkat Engkau sebagai raja, Engkau akan pakai tongkat besi untuk memerintah seluruh dunia, semua umat akan tunduk di bawah-Mu.” Yesus barulah Raja Sorgawi yang sejati. Yesus datang ke dunia ini dua kali; yang pertama Ia menyatakan cinta kasih Tuhan, menggenapkan keselamatan Tuhan, menyatakan Kerajaan Sorga kepada yang percaya, mengusir setan, dan menyembuhkan penyakit, membangunkan Gereja-Nya dalam dunia ini. Maka, Israel di dalam Perjanjian Lama melambangkan Kerajaan Sorgawi, dan pemberontakan Israel di Perjanjian Lama melambangkan kerajaan kedagingan bukan yang sejati. Ketika Yesus datang ke dunia, Kerajaan Sorga yang sejati akan datang. Melalui kematian dan kebangkitan-Nya Ia menggenapkan kehendak Tuhan. Yesus sudah mati, dimakamkan, bangkit, naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa, berarti Ialah Sang Pemenang, yang diperkenan, dan Sang Penguasa. Setelah naik ke sorga, Ia akan datang kembali. Di antara Yesus naik ke sorga dan akan datang kembali, inilah zaman Gereja, maka Gereja telah melambangkan Kerajaan Allah.
Jika kita sudah mendapat Kerajaan Allah, kenapa masih berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu”? Suatu hari kelak Yesus akan datang sekali lagi ke dunia. Yesus pernah datang, lalu naik ke sorga, dan akan datang kembali. Ketika Ia datang, Ia akan memperlihatkan Kerajaan-Nya kepada kita. Ia akan menyatakan kuasa dan kekuatan Tuhan yang telah mengalahkan kegelapan, dosa, dan setan. Yesus adalah Raja Sorgawi, ketika Ia naik ke sorga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa. Sekarang ini Gereja di dunia merupakan lambang Kerajaan Sorga. Secara rohani kita melihat, Gereja melambangkan Kerajaan Allah. Gereja ialah umat pilihan Tuhan, pendosa yang dipisahkan dan dikuduskan Tuhan, yang menghormati dan meninggikan Tuhan dan memandang-Nya sebagai Allah kita. Di dalam Gereja, Allah ialah Tuhan dan Raja kita, konstitusi dan hukum Tuhan patut ditaati. Anak-anak Tuhan ialah orang yang rela dikuasai dan dikendalikan Tuhan dengan kebenaran-Nya, jemaat yang rohani meninggikan Tuhan, menganggap Tuhan sebagai raja kita. Kita berada di dalam Kerajaan Allah yang mulia, tetapi masih di dalam tubuh dan daging ini. Di dalam tubuh dan daging ini kita berkeluh kesah, menanti datangnya hari penyelamatan, maka tetap kita harus berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu.” Saat datangnya Kerajaan Allah, segala yang tidak baik di dunia akan berakhir. Hari ini engkau melihat begitu banyak hal yang tidak benar dan adil, maka kita berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu.”
Maka apakah Tuhan bisa tolong kita hingga kita bisa lihat pemerintah dunia terus berubah jadi baik? Kita boleh berdoa, karena kita mau datangnya Kerajaan Allah. Tuhan intervensi pemerintah di Indonesia 5 kali. 1) Mengusir Belanda keluar dan Tuhan memberikan Soekarno kemenangan. Soekarno Islam, Belanda Kristen. Mengapa Kristen kalah, Islam menang? Karena Soekarno muslim yang memperjuangkan kemerdekaan itu benar, Belanda yang menjajah Indonesia itu salah. Allah bukan Tuhan yang berdiri di samping Kristen, Allah mengharapkan orang Kristen yang berdiri di samping-Nya. Allah tidak mau orang Kristen minta Allah membela Kristen, melainkan membela kebenaran. 2) Soeharto tidak mau ikut komunisme, melawan komunisme, dan beralih ke Amerika. Saya tidak mengatakan komunisme pasti tidak benar, atau Amerika pasti baik, tetapi dalam hal ini Allah mengizinkan Soeharto menang, sehingga komunisme kalah dan Indonesia tidak menganut komunisme, dan tidak menganut atheisme. 3) Gus Dur menghentikan diskriminasi Tionghoa di Indonesia. Soeharto mendiskriminasi dan menindas Tionghoa di Indonesia, karena Tionghoa minoritas, tetapi sebenarnya merupakan suku ketiga terbesar setelah Jawa dan Sunda. Mengapa orang Batak boleh jadi jenderal, orang Jawa boleh jadi gubenur, tetapi Tionghoa tidak boleh? Ini diskriminasi. Tuhan tidak senang. 4) Tuhan mengintervensi melalui reformasi, membangun hak asasi manusia sehingga militer tidak berkuasa terlalu besar, rakyat punya kuasa memilih presiden. Berarti Indonesia semakin baik. 5) Allah intervensi melalui pemilihan presiden kali ini. Dengan Jokowi menang, yang ternyata anak biasa, muka pegawai, model kaum miskin, bisa menang, membuktikan Allah tidak membiarkan manusia sembarangan. Tetapi kita harus menyadari tidak ada pemerintah yang menjamin hari depan makin baik, karena dunia ini sementara dan rusak adanya, maka engkau harus berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu.”
Perubahan dunia ini dalam waktu 20 tahun belakangan begitu mengerikan. Apa yang akan terjadi antara Jepang dan Tiongkok, Korea dan Jepang, Amerika dan Rusia, tidak ada yang tahu. Dunia bukan milik kita dan tidak kekal, maka Kristen harus berdoa, “Bapa kami yang ada di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu.” Dan jika engkau berdoa hal ini, engkau harus menguduskan dan memurnikan dirimu untuk menerima kedatangan Yesus kedua kalinya. Amin.