Yohanes 17 merupakan doa Anak kepada Bapa. Inilah doa Imam Besar yang mewakili seluruh kaum pilihan di dunia, doa Gembala Agung bagi semua domba-Nya. Doa ini bukan doa untuk diri sendiri. Ia menyerahkan seluruh jemaat yang Ia tebus melalui kematian-Nya ke dalam tangan Bapa.
Tidak semua yang diciptakan Tuhan akan menjadi milik Tuhan di dalam kekekalan. Hanya yang dipilih, ditebus, dan diasingkan dari dunia (dikuduskan) menjadi milik Kristus selamanya. Merekalah yang memiliki hidup kekal yang dikaruniakan Kristus.
Allah menciptakan segala sesuatu dengan fokus pada bumi. Allah menciptakan bumi dengan fokus pada kaum pilihan yang ditetapkan sebelum penciptaan dan akhirnya pasti menjadi milik Tuhan. Kita selalu mungkin menyeleweng, jatuh, menyimpang, dan melupakan Tuhan, tetapi Ia tidak membiarkan kita. Ia akan membawa kita kembali karena: (1) Demi nama-Nya sendiri, Ia memelihara kita; (2) Ia mau kita sadar dan waspada. Kita sering tak sadar dalam perjalanan mengikut Tuhan; kita tertidur atau tak lagi waspada. Jika kita berpikir kembali, berapa banyak waktu kita tertidur dan telah mengakibatkan kita berjalan serong. Banyak kecelakaan terjadi karena orang mabuk, ngantuk, tertidur, dan tidak waspada. Demikian pula, jika kita terlalu suka hidup dalam dosa, kita menjadi orang yang tertidur rohani dan tidak lagi sadar.
Saat tidak punya kesadaran, kita selalu tidak tahu telah menyeleweng keluar jalur, maka Tuhan harus senantiasa membangunkan kita. Kadang dengan pukulan atau kegagalan agar kita sadar bahwa kita tidak boleh tidur. Kadang kita tidak mengerti, di saat jalan lancar sekali, kelihatan sangat sukses, mendadak kesulitan besar tiba atas kita. Mengapa Tuhan mengizinkan kegagalan tiba, jalan jadi begitu sulit, dan air mata berlinang? Karena Ia tahu kita sedang tertidur. Orang yang tertidur tidak mungkin tahu bahwa waktu berlalu begitu cepat, sedang terjadi sesuatu di lingkungannya, tidak sadar bahaya sudah menimpa. Maka, Ia bangunkan kita dengan dipukul, diberi kesulitan, sehingga kita kaget dan susah. Dalam kesusahan, baru Ia memberi tahu, “Kau sedang tertidur.”
Hidup yang terlalu lancar, perjalanan yang sangat sukses, terkadang bahaya sekali. Kadang kita tidak tahu mengapa yang sudah direncanakan baik-baik sekarang rusak, mimpi yang nyaris terwujud sekarang hancur, yang terlihat sukses sekarang lenyap? Pernahkah engkau mengalami hal ini? Dalam hidup saya, beberapa kali kesulitan besar tiba yang saya rasa tidak mungkin saya tanggung karena terlalu besar. Apa yang saya inginkan tidak terjadi, yang saya doakan tidak terkabul, yang saya minta tidak diberi, yang saya rencanakan hancur total. Corat-coret terhadap karya yang kita anggap sangat sempurna justru bukan dari setan, tapi diizinkan Tuhan. Sebaliknya, kelancaran-kelancaran yang Iblis berikan membuat kita merasa sukses. Anak Tuhan mempunyai cara pikir antitesis, lain dengan orang dunia. Kesuksesan di luar rencana Tuhan adalah kesuksesan yang membinasakan. Sedangkan kegagalan yang kita alami justru adalah cara Tuhan membangunkan kita dari ketiduran. Bisakah kita bersyukur kepada Tuhan atas kegagalan yang kita terima?
Tuhan berkata, “Aku akan memberikan jalan yang lain, bukan seperti yang kaupikir. Kaupikir terbaik, belum tentu terbaik; yang Aku rencanakan pasti lebih baik dari yang kaurencanakan.” Kegagalan pasti pernah terjadi atas kita, tetapi peribahasa Tionghoa berkata “kegagalan adalah ibu dari kesuksesan.” Orang yang tak pernah gagal, lancar terus, hari depannya sangat suram, karena ia akan menjadi congkak, bersandar diri, dan tidak lagi berharap kepada Tuhan. Tetapi orang yang pernah gagal, tidak berani lagi mengandalkan diri, sehingga ia akan banyak berdoa minta Tuhan pelihara. Seturut Mazmur 23, Tuhan tidak mau nama-Nya dipermalukan, maka Ia menjaga nama-Nya dan membangunkan kita.
Orang tidak sadar kerohaniannya dalam bahaya justru karena ia merasa sukses. Tuhan menghibur orang yang mengalami kegagalan, air mata, kesulitan, karena Ia tidak meninggalkan kita. Ia yang berkata, “Aku tidak meninggalkanmu, tidak membuangmu,” adalah Tuhan yang mencipta, memelihara, dan menuntun kita sampai akhir. Tuhan tak pernah salah, kita yang pernah dan sering salah.
Ayat 14 dengan jelas mencatat: Kita tidak mungkin lancar, enak, sukses, dan disenangi orang dunia. Orang Kristen hanya seorang musafir di padang belantara menuju rumah kekal. Bagaimanapun kaya dan sukses, dunia ini bukan rumahmu. Di dunia, banyak hal yang tidak pernah memberikan kepuasan, banyak hal yang melanggar keinginan kita, sehingga kita kecewa, tetapi Alkitab berkata, “Kita menuju kampung halaman yang akan datang.”
Di dunia ini kita tidak mungkin hidup lancar seperti yang kita mau. Tidak selalu orang Kristen menjadi orang yang hidupnya pasti nyaman, memiliki keluarga yang bagus, diinginkan semua orang di dunia. Alkitab berkata, “Dunia membenci kita karena kita lain dengan mereka.” Kita mempunyai penilaian, standar, ide, cara hidup yang berbeda. Maka sebelum engkau menjadi Kristen, hidupmu seperti orang binasa, semua sama. Tetapi setelah menjadi Kristen, tertarik dengan ajaran-ajaran dari atas, model Kristus yang sempurna di sorga; engkau mulai belajar menjadi seperti Kristus, makin mirip Kristus, makin berbeda dengan orang lain, dan dianggap aneh.
Orang Kristen sering dianggap orang aneh. Pada saat semua berdansa, engkau tinggal di rumah; semua berjudi, engkau tidak mengharapkan kekayaan; semua menipu, engkau jujur; semua korupsi, engkau bersih. Engkau dianggap orang aneh, abnormal, tidak sama dengan cara hidup orang dunia. Jangan heran jika orang dunia membencimu. Di satu kantor semua korupsi, ada satu yang tidak, maka bukannya dikagumi, disenangi, atau diteladani, ia malah akan dimusuhi dan difitnah.
Menjadi seorang yang diterima baik oleh semua orang, adalah orang Kristen ideal? Apakah boleh menjadi Kristen yang disenangi orang berdosa? Justru tidak. Jika engkau diterima dan disenangi oleh orang yang binasa, yang melawan Tuhan, engkau tidak normal menurut Alkitab karena engkau tidak dimusuhi dunia.
Bukan berarti kita harus mencari musuh dan membuat ketegangan dengan semua orang. Alkitab mengatakan, “Jika boleh, berusahalah berdamai dengan semua orang.” Ini tugas kita. Kita tak pernah perlu bermusuhan dengan orang lain. Orang lain tidak senang dengan kita, itu urusan mereka; membenci kita, itu tabiat mereka. Kita tidak perlu mencari musuh. Kita senantiasa berusaha berdamai dengan semua orang. Tapi mungkinkah? Dalam Lukas 6:26 Yesus berkata, “Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu.” Jika semua orang mengatakan saya baik, celakalah saya. Berarti saya sudah berkompromi, kehilangan standar Kristen, dan sudah menyenangkan semua pihak. Tiap orang mengatakan aku baik, tiap orang setuju denganku, jika demikian di mana pendirian dan prinsipku sebagai orang Kristen? Saat engkau memegang prinsipmu, engkau berdiri di atas pendirianmu yang memihak kebenaran, mungkinkah semua orang mengatakan engkau baik? Jika ya, Yesus berkata, “Celakalah kau.” Mari kita memikirkan dan merenungkan arti kalimat itu.
Engkau harus mengatakan ya, pada yang ya; tidak, pada yang tidak. Engkau tidak bisa berkata ya dan sekaligus tidak. Engkau tidak bisa memihak yang benar sekaligus yang salah. Jika engkau tidak mengambil pendirian yang berprinsip dan berdasarkan ajaran Tuhan, engkau tidak memihak Tuhan, dan akan kehilangan kesaksian, kesempatan menjadi saksi kebenaran.
Yesus berkata, “Katakan ya kepada ya; tidak kepada tidak; selebihnya berasal dari si jahat.” Xenophanes (570-475 BC), filsuf Yunani 2.500 tahun lalu, mengatakan, “Alam telah mengaruniakan kita dua mata, dua telinga, tapi hanya satu mulut, supaya kita banyak melihat, banyak mendengar, tetapi jangan banyak bicara.” Pernahkah engkau pikir mengapa mata harus dua padahal hanya untuk melihat, telinga harus dua padahal hanya untuk mendengar, tetapi mulut hanya satu? Bukankah tidak adil karena tugas mulut begitu banyak. Tetapi ketika dibandingkan dengan Kitab Suci, saya memberi jawaban lain, “God created us with two eyes and two ears, but only one mouth.” Bukan alam yang memberi, tapi Allah yang menciptakan. Ia menciptakan kita dengan dua mata, dua telinga, tetapi satu mulut supaya kita melihat mana yang baik mana yang jahat, supaya kita dengar mana yang benar mana yang salah, tapi saat bicara hanya bersaksi bagi kebenaran saja. Ini jauh lebih fokus dan sesuai Kitab Suci, karena katakan ya untuk ya, dan tidak untuk tidak; jangan bicara lebih dari satu hati, tapi bersaksi bagi kebenaran.
Di dunia ini, ada terlalu banyak orang yang pintar menyenangkan semua orang, menyamarkan diri sehingga tidak ada yang tahu apa pendirian dan prinsipnya. Selama 50 tahun lebih saya berkhotbah hanya satu prinsip: Bicarakan yang benar, tegas, dengan berani nyatakan pendirianmu. Saya tidak ambigu mengatakan ini bisa, itu bisa, semua sama. Tidak. Tak sama yaitu tak sama. Yang memihak Tuhan harus berani nyatakan kebenaran, dan yang memihak setan, jujur mengaku menolak kebenaran. Ajaran Tuhan begitu jelas dan tegas meminta kita memihak kebenaran. Jika manusia memihak kebenaran, otomatis ia tidak mungkin disenangi semua orang. Dunia terdiri dari mereka yang melawan Tuhan; lebih banyak dari yang mencintai Tuhan; yang menolak kebenaran lebih banyak dari yang memihak kebenaran. Maka saat orang Kristen hidup sebagai wakil Tuhan, sebagai saksi Kristus, tidak mungkin ia disenangi dunia. Orang Kristen jangan berharap dunia bersahabat denganmu, kecuali engkau hanya mau bersahabat dengan dunia dan tak mau kembali pada Tuhan. Jika engkau bersahabat dengan dosa, maka dunia akan menerimamu, karena engkau sama dengan mereka. Orang Kristen adalah orang yang dimusuhi Iblis.
Mengapa menjadi orang Kristen sulit? Mengapa sebelum menjadi Kristen, hidup lebih lancar, mengapa setelah dibaptis, menjadi orang Kristen, hidup serba sulit? Saat engkau belum menerima Tuhan Yesus, setan tidak perlu menyerangmu, karena engkau memang dalam cengkeramannya. Tidak demikian setelah engkau menjadi Kristen, datang kepada Tuhan, mau Yesus Kristus menjadi Juruselamatmu, berubah dari hidup lama ke hidup baru, dari hidup tidak beres ke hidup benar, dari kegelapan ke orang yang menerima terang sorgawi. Setelah kau diterangi, sadar kelemahanmu, kaubuang satu per satu dosamu, lalu proklamasikan: Saya tak mau lagi di bawah setan. Saat engkau berkata itu, ia mulai marah padamu.
Orang yang belum Kristen, berdosa, dikuasai setan, tak ada alasan setan untuk melawannya. Saat kau belum Kristen, kau masih dicengkeram setan, ia pasti membiarkanmu lancar, enak, dan tidak mengganggumu. Saat engkau mengatakan, “Tidak, saya tidak mau dicengkeram olehmu lagi. Aku akan kembali kepada Allahku, Penciptaku,” setan akan menjawab, “Kau berani memberontak melawanku, mau merdeka dariku, aku akan mengejar engkau.” Jangan heran orang Israel dikejar orang Mesir, karena mereka tak mau berada di bawah Firaun, menjadi budak yang dibelenggu. Apakah Firaun baik pada orang Israel? Kelihatan ya. Orang Israel mengatakan, “Waktu masih di Mesir, kami duduk di sebelah tempat makanan yang banyak sekali, kami boleh makan sepuasnya. Bukankah Firaun baik? Bukankah orang Mesir memperlakukan kami dengan sangat baik, memberikan makanan cukup?” Ya, karena engkau budaknya. Jika tidak cukup makan, tidak punya kekuatan. Jika tidak punya kekuatan, tidak bisa kerja berat. Jika tidak kerja berat, semua rencana mereka tidak jadi. Ini eksploitasi, harus berikan makanan enak supaya engkau boleh hidup menjadi budak mereka seterusnya. Itu bukan kebaikan. Kebaikan padamu adalah kebaikan baginya, karena engkau menjadi kuat, sehat, lalu bisa bekerja berat sebagai budak Firaun. Mereka tidak mengerti rahasia ini, cuma melihat materi, makanan lezat, inilah kebaikan bagi mereka, tetapi tidak tahu makan untuk sehat, kuat, jadi budak, layani Mesir, sampai mati engkau hanya orang sehat yang jadi budak saja. Tidak ada kebebasan, hak, yang ada cuma makanan perbudakan yang sangat merendahkan harkatmu.
Yesus berkata, “Barang siapa berdosa, ia adalah budak dosa. Tapi jika Anak Allah membebaskanmu, barulah engkau mendapat kemerdekaan sejati.” Musa dikirim oleh Tuhan untuk pergi, berbicara, dan berdiri di hadapan Firaun, “Demikian firman Tuhan: Lepaskan umat-Ku! Biarkan bangsa-Ku pergi darimu. Mereka tidak boleh menjadi budakmu. Mereka harus bebas melayani Tuhan di padang belantara.” Perhatikan, di sini menjadi budak tetapi bisa makan enak, di sana bebas tetapi tidak ada makanan enak di padang belantara. Mana lebih baik? Orang biasa akan mengatakan, “Buat apa ikut Musa? Jika ikut dia pergi, tidak tahu makanan dari mana. Ia tidak bisa memberi kita makan. Buat apa ikut dia? Di sini, meski kerja berat, waktu mati ada kuburan yang disiapkan. Ikut Musa keluar, mati pun tidak ada kuburan.” Mereka yang tidak mengerti kebenaran, cuma tahu enak secara materi, tetap ada di Firaun. Tapi yang mengerti, ikut Musa pergi. Alkitab mencatat, saat orang Israel ikut Musa keluar dari Mesir, ada orang campuran di antara mereka. Orang campuran, bukan Israel. Mereka orang Mesir, tetapi yang mau melayani satu Allah, mereka tahu semua ilah Mesir adalah ilah palsu. Allah sejati adalah Allah yang Esa, yang menciptakan langit dan bumi, yang dipercaya oleh orang Israel. Maka, waktu Musa membawa orang Israel keluar dari Mesir, orang Mesir yang kagum dengan iman kepercayaan ini turut Musa meninggalkan Mesir. Kaum pilihan akhirnya akan melihat kebenaran.
Paling celaka adalah orang di luar gereja merindukan keselamatan, tetapi orang Kristen menghina keselamatan; orang tersesat mau kembali ke rumah Bapa, tetapi anak sulung membenci adiknya pulang dan ia membanggakan diri sebagai orang benar. Orang dari ujung bumi menanti firman dan keselamatan, tetapi keturunan majelis dan pendeta menghina Alkitab. Orang Israel menghina anugerah Tuhan, orang Mesir terharu melihat iman sejati.
Sesudah keluar dari Mesir, orang Israel marah kepada Musa. Musa paling kasihan dan tersendiri. Dengan berair mata ia berdiri di hadapan Tuhan, “Umat-Mu memarahiku, bersungut-sungut sepanjang hari, tidak mau taat pada-Mu, dan mencurigai kepemimpinanku.” Tuhan tahu yang melayani-Nya banyak yang penuh susah payah, jerih lelah, tapi tidak dimengerti orang lain, meski hamba Tuhan dipanggil bukan untuk dimengerti, tetapi untuk mengerti. Saat ia kesulitan, ia memberi tahu Allah, tidak bisa bicara kepada siapapun, tersendiri di antara seluruh umat. Pemimpin bukan orang yang sok berkuasa besar lalu mengatur dan memerintah orang lain semau sendiri; ia harus menjadi teladan yang kerja setengah mati, menerima semua kesulitan yang menimpanya, tidak dimengerti, dan tidak ada jalan keluar. Tuhanlah pemimpin dari semua pemimpin, karena semua kesulitan seluruh dunia ditimpakan, dilemparkan kepada-Nya dan Ia tidak bisa melemparkannya kepada yang lain.
Setelah Socrates mati dibunuh dengan hemlock, Plato, muridnya, meninggalkan Athena, berkeliling selama 13 tahun sebelum kembali dan mendirikan sekolah, Academia. Saat pulang, ia menulis, termasuk tentang Mesir yang ia sangat kagumi kesuburan dan sistem pertaniannya. Orang Kristen seharusnya boleh menikmati kesuburan dunia, tetapi karena Tuhan, kita keluar. Orang Mesir adalah orang yang subur, orang Israel adalah orang yang meninggalkan kesuburan Mesir. Mari kita mencari dan memihak kebenaran, berdiri di atas prinsip kebenaran, hanya menyenangkan Tuhan.
Engkau tidak mungkin disenangi oleh orang dunia. Mereka mencari keuntungan di dunia, lalu mati, keuntungannya tidak bisa dibawa ke kekekalan. Engkau tidak demikian. Engkau bukan dari dunia, tetapi dari anugerah Tuhan, dari keselamatan Kristus, dari Kerajaan Allah. Orang Kristen berbeda dengan orang dunia. Kitab 1 Yohanes 2 mengatakan, dunia beserta nafsunya akan binasa, hanya mereka yang melakukan kehendak Allah kekal selamanya. Kita seperti orang dunia, harus hidup di dunia, perlu makan, pakaian, uang. Bedanya, kita dari, untuk, dan akan mencapai kemuliaan di sana. Lalu kenapa setelah Tuhan selamatkan kita, tidak membawa kita ke sorga? Tuhan mengatakan, “Tidak, Aku utus engkau ke dalam dunia.” Jika engkau dari dalam dunia, engkau binasa, tetapi engkau ke dalam dunia, engkau akan menyelamatkan mereka yang menuju kebinasaan.
Sebelum meninggal, saya telah menyelamatkan banyak orang keluar dari kebinasaan. Khususnya KPIN sudah 41 kota [Red. Saat ini sudah mencapai 107 kota]. Bersyukur, waktu tua saya boleh melunaskan keinginan sejak muda, yaitu keliling Indonesia berkhotbah di desa-desa kecil. Saat saya umur 50 tahun, Prof. William Edgar menulis artikel di festschrift saya, “Paulus pergi ke Tesalonika, Korintus, Roma. Paulus pergi ke kota-kota besar, Stephen Tong juga.” Saya berkata, “Tuhan, kapan saya ke desa-desa?” Waktu muda, setiap tahun saya sengaja pergi dua bulan ke desa kecil, untuk mengingatkan kembali bahwa saya seorang yang tidak ada apa-apa. Saya janji, tiap tahun harus dua bulan di tempat yang paling miskin. Meski saya diterima baik di kota-kota besar dan kaum intelektual di universitas-universitas tersohor, tapi hati nuraniku berkata, “Saya tidak boleh hanya di kota besar.” Hal seperti ini tak pernah kaualami, tetapi sebagai seorang yang janji pada Tuhan, “Ke mana saja, saya hamba-Mu,” saya lakukan. Namun saya pergi ke 40-an kota besar lagi di Indonesia. Saya bilang tidak. 60 kota, akhirnya 100, supaya tidak hanya ke kota besar. Tuhan juga memanggil seorang pemuda New York untuk bersaksi di desa-desa kecil dengan bahasa Inggris yang diterjemahkan, maka yang maju ke depan ribuan orang. Ini semua mujizat Tuhan yang tidak kita mengerti. Orang Kristen ingatlah, engkau dari sorga, diutus untuk memenangkan jiwa yang ada di dunia ini.
Kalimat ayat 15 penting sekali. Kita ada di dunia, dunia di mana? Seturut 1 Yohanes 5:19, dunia ada di bawah kuasa setan, si jahat, tetapi kita berasal dari Allah. Berarti Allah membiarkan untuk sementara dunia dikuasai setan, dan ada kaum yang diutus Allah ke dalam dunia, yaitu Kristen yang bersaksi di dalam dunia. Kita diutus oleh Allah ke dalam dunia dan dunia dikuasai si jahat. Kita diutus untuk memenangkan sebagian orang keluar dari tangan si jahat menjadi milik Tuhan. Ini tugas kita, jangan lupa. Kita harus kembali dan menyerahkannya kepada Allah. Ayat 4, tidak ada penghiburan lebih besar dari seorang anak Tuhan yang menyelesaikan tugas yang Tuhan berikan kepadanya, lalu kembali dengan tenang berjumpa dengan Tuhan. Kiranya Tuhan memberkati tiap kita. Amin.