Yohanes 17 adalah satu-satunya pasal yang seluruhnya berisikan doa Tuhan Yesus. Tidak ada orang yang mengetahui berapa banyak Yesus berdoa kepada Bapa. Di dunia, Kristus menjadi manusia; Firman menjadi daging; Yang Tidak Kelihatan masuk ke dunia kelihatan; Sang Pencipta masuk ke dunia ciptaan yang berdarah daging.
Yesus adalah satu-satunya pengantara antara manusia yang kelihatan dengan Allah yang tak kelihatan. Ia adalah satu-satunya manusia yang bersifat ilahi dan Allah yang bersifat manusiawi. Ketika Yesus berada di dalam dunia, selain Ia adalah manusia berdarah daging, Ia memerlukan firman dari Allah dan kekuatan dari kekekalan untuk boleh melayani, maka Ia sering berdoa. Ia mewakili Bapa, menyatakan kehendak-Nya agar umat-Nya mengenal-Nya.
Ia berkata, “Aku telah memberikan nama-Mu dan firman-Mu kepada mereka.” Ini dicatat dalam ayat 12 dan 14. Jadi barang siapa di dalam Kristus, ia mengenal nama Allah dan firman Allah. Kedua hal ini menjadikan orang Kristen bisa bersatu. Kita tidak mungkin bersatu melalui kebudayaan, bahasa, atau sistem masyarakat. Karena manusia mempunyai konteks budaya, bahasa, warna kulit, lapisan sosial, dan ideologi yang berlainan. Maka tidak mudah mempersatukan suatu bangsa dengan bangsa lain.
Persatuan antara Oknum Kedua dan Oknum Pertama Allah Tritunggal adalah kesatuan substansial. Sedangkan kita tidak mungkin mempunyai substansi yang sama dengan Allah, maka antara manusia dan Kristus ada kesatuan, antara Kristus dan Bapa ada kesatuan. Persatuan bukan kesatuan dan kesatuan bukan persatuan (union is not unity and unity is not union). Jika orang Kristen meninggalkan nama Tuhan dan firman Tuhan, maka mereka tidak mungkin bersatu.
Kita tak mungkin bersatu, tetapi Yohanes 17:12 dan 14 mencantumkan dua hal sebagai rahasia kesatuan (dalam nama Tuhan dan firman Tuhan) sehingga kita bisa bersatu. Orang mengatakan, “Musik adalah bahasa universal,” tapi saya berkata, “sesungguhnya dalam firman Tuhan dan nama Tuhan yang lebih tinggi dari segalanya, yang mengikat kita untuk bersatu.” Singkirkan semua perbedaan, karena itu sekunder, tidak penting, karena nama-Nya yang suci harus dipermuliakan oleh segala bangsa. Maka Ia membangunkanmu, “Bangun!” Orang yang hidup terlalu nyaman, mudah tertidur.
Jepang mengirim ikan bagus dengan pesawat melewati Siberia sampai Eropa lewat Moscow, memerlukan waktu lebih dari 15 jam. Ikan-ikan itu tenang dalam pesawat, tetapi sampai di Moscow banyak yang mati. Akhirnya ditemukan cara agar ikan tidak mati. Setiap ± 50 ekor ikan ditaruh seekor kepiting. Karena ketakutan dijepit kepiting, mereka terus berenang ke sana-sini, akhirnya sampai Moscow tidak ada yang mati. Ini cara terbaik, kepiting membangunkan mereka. Tuhan tidak mau melihat engkau tidur dan malas terus, maka saat semua nyaman, enak, Tuhan mengirim ‘kepiting’ agar engkau bangun, peka, dan tidak tidur terus.
Saya bersyukur kepada Tuhan, dalam perjalanan hidup kadang ada orang seperti musuh, pengganggu, padahal itu kawan yang tidak kita sadari, yang dipakai Tuhan untuk membangunkan dan menyadarkan kita. Jangan marah kepada Tuhan, tidak senang kepada mereka yang kauanggap sebagai pengganggu, karena ada maksud Tuhan untuk memelihara kita.
Mari kita membedakan orang yang mengikut Tuhan dan mereka yang menuju kebinasaan. Yesus mempunyai 12 orang murid yang Ia panggil setelah berdoa semalam suntuk, tetapi ada satu anak binasa, Yudas Iskariot. Bukan Tuhan yang merencanakan Yudas untuk binasa, tetapi Yudas sendiri yang telah berencana menjual Yesus. Ini dibuktikan saat Yesus berkata kepadanya, “Kerjakanlah apa yang ingin kau kerjakan.” Itu rencananya, bukan keinginan Allah. Semua kebajikan, keindahan kerohanian kita adalah anugerah Tuhan. Semua kerusakan, penyelewengan adalah kemurtadan kita. Semua yang baik dari Allah, semua yang rusak dari kita sendiri. Maka kita harus bertobat dari kesalahan dan memberikan kemuliaan kepada Allah. Tak ada kebajikan dalam diri kita, kita harus selalu bertobat dan meninggalkan dosa, kita harus selalu bersyukur, berterima kasih pada Tuhan, karena kita tak pernah mempunyai jasa apa pun. Hanya mereka yang mengakui diri tidak berjasa baru mengerti apa arti segala kemuliaan bagi Allah. Hanya mereka yang selalu menghitung anugerah, baru mengerti bagaimana bersyukur kepada Tuhan.
Semua pendiri agama tidak pernah memberitahukan dirinya berasal dari mana. Hanya Yesus Kristus satu-satunya yang menyatakan diri-Nya dari mana, dan memastikan akan membawa kita ke mana. Satu-satunya jalan ini ditempuh dua kali. Yesus ada di sorga, Ia turun ke dunia, dan akan membawa kita ke sorga: 1) dari sana ke sini; 2) dari sini ke sana.
Dari sana ke sini adalah Utusan Allah, mewujudkan Anak yang kekal datang ke dunia, jalan satu-satunya, menjadi pengantara di tengah Allah dan manusia. Dan dari sini ke sana, berarti kepastian bahwa jalan itu sudah dibuka dan bersama-Nya kita boleh kembali kepada Bapa. Tidak ada Juruselamat lain. Di luar Kristus tidak ada pengampunan dosa; di luar Golgota, tiada jalan lain yang melaluinya kita dapat bertemu dan berdamai dengan Allah. Orang Yahudi mencari mujizat, orang Yunani mencari kebijaksanaan, maka Yerusalem dan Athena bukanlah jalan kepada Allah. Saya selalu heran orang Barat suka menulis buku “Between Jerusalem and Athens (Antara Yerusalem dan Athena)”. Tidak masuk akal. Tetapi hanya satu dari Galilea, yang digantung di kayu salib di Golgota, yang bisa membawa manusia kepada Allah.
Paulus berkata, “Aku tidak seperti orang Yahudi mencari mujizat, orang Yunani mencari kebijaksanaan. Tetapi aku mengabarkan Kristus yang tersalib.” Yang memengaruhi dunia bukan Nikodemus, Gamaliel, Hillel di Yerusalem; atau Sokrates, Plato, Aristoteles di Athena; tetapi Yesus Kristus, Petrus, Paulus, Yohanes. Jangan kita menyandarkan kekristenan pada mujizat, kesembuhan, kekayaan, kelancaran; dan juga jangan bersandar pada kepandaian akademik, yang tidak memiliki Kristus di dalamnya. Akademis tanpa mengenal Kristus akan sia-sia; bijaksana tanpa Kristus adalah kesalahan. Hanya di dalam Kristus, kita memperoleh segala yang terbaik: kesucian kita, kebijaksanaan kita, kebenaran kita, dan penebusan kita.
Yesus berkata dalam ayat 13, “Mereka bukan dari dunia.” Ingat, engkau di dunia tetapi bukan dari dunia. Abraham dipanggil Allah saat usia 75 dari Ur. Kota Ur di Mesopotamia yang 4.000 tahun lalu adalah kota terbesar, terkaya, termewah, terpenting, paling berpengetahuan di seluruh dunia. Diperkirakan ratusan ribu orang tinggal di Ur. Arkeologi abad ke-20 menemukan kota ini mempunyai rumah-rumah besar berisi 165 kamar. Abraham punya pembantu 318 orang, semuanya bersenjata, sanggup berperang melawan 4 raja dan menang. Tetapi kepada orang begitu kaya di kota begitu besar, Allah berkata, “Abram, pergilah dari kota nenek moyangmu, dari bangsamu, dari negerimu. Aku akan membawa engkau ke negeri yang engkau belum tahu.” Inilah iman.
Iman adalah keyakinan pasti bahwa Tuhan memimpin saya. Sekarang banyak gereja sudah jatuh pada sistem Barat, di mana semua harus jelas terlebih dahulu, mau ke mana, honornya berapa, semua sudah dipastikan, baru mau menjadi hamba Tuhan. Saya percaya ini bukan sistem Alkitab. Maka para pendeta yang saya ajak melayani di sini, tidak satu pun saya beri tahu berapa honornya. Kalau mau di sini, mari kita belajar.
Abraham meninggal di usia 175 tahun. Ia tidak pernah pulang lagi ke Mesopotamia. Meski mencarikan istri bagi anaknya pun, ia tidak pulang. Ibrani mengatakan, “Jika mereka ingin kembali, masih ada kesempatan.” Tapi mereka lebih ingin kampung halaman yang akan datang di sorga. Dunia ini bukan rumah mereka. Richard Pratt mengatakan, “Kristus tidak menyisakan apa pun bagi-Nya di dunia ini.” Orang yang mengikut Tuhan selalu ingat: Dunia ini bukan rumahku. Saya ada di dunia, namun dunia bukan milikku. Jika engkau mendapat keuntungan dan kekayaan, jangan kira itu milikmu dan terus-menerus milikmu. Itu hanya sementara saja di tanganmu. Tuhan akan melihat bagaimana engkau memperlakukan harta yang sementara Ia titipkan kepadamu.
Banyak orang memberikan persembahan karena mengasihani Tuhan. Barang siapa memberi persembahan dengan berjiwa menolong Tuhan, silakan pergi. Kita harus datang kepada Tuhan dengan kesadaran bahwa kita memerlukan Tuhan, bukan Tuhan memerlukan kita. Jangan sombong, kekayaanmu itu ujian. Orang kaya tidak ada tempat yang besar di Alkitab. Yesus membicarakan empat orang kaya, tiga di antaranya masuk neraka. Selain engkau mempunyai kekayaan, sebenarnya engkau tidak mempunyai apa-apa untuk disombongkan di hadapan Tuhan, bahkan kekayaanmu pun hanya pinjaman.
Sebelum engkau sudah banyak orang kaya, dan sesudah engkau akan banyak orang kaya, dan engkau pun tidak mungkin menjamin sampai generasi ketiga tetap kaya. Orang Tionghoa mengatakan, “Kekayaan tidak bisa melewati tiga generasi.” Papa saya kaya sekali, tetapi sejak kecil saya belajar tidak ada yang bisa disombongkan. Ketika saya berusia tiga tahun, ayah saya meninggal, dan kami hidup sangat miskin. Itu menjadikan saya berjuang, bersandar kepada Tuhan. Sadar dengan jelas bahwa apa yang di dunia ini sia-sia.
Barang-barang antik yang saya taruh di museum, itu bukan untuk saya. Apa yang saya miliki saya serahkan bagi pekerjaan Tuhan: penginjilan, museum, concert hall. Dunia ini bukan milikku, saya di dunia tetapi dunia bukan milikku. Saya hanya tamu, tidak jatuh cinta pada tempat di mana saya menjadi tamu. Suatu hari saya harus pergi, tidak lagi di sini. Kita diberi Tuhan kesempatan sementara tinggal, diam, hidup di dunia, tetapi kita bukan milik dunia dan dunia pun bukan milik kita. Kita mesti tahu, kita milik Tuhan, punya hidup kekal, dan kita ada di dunia fana. Konsep ini penting sekali bagi orang Kristen.
Ketika Alexander Agung ke Persepolis, Persia (Iran sekarang), ia melihat istana di sana dan sangat terpesona karena istana itu besarnya 500 kali lebih besar dibanding istana ayahnya, Philip II, di Makedonia. Pilarnya ribuan dengan tinggi 16 meter. Baru ia tahu, ia seorang raja kecil yang bisa menghancurkan kerajaan besar. Semua yang terbesar, terbangga di dunia sudah lewat, hanya sementara. Dalam sejarah Tiongkok, Qin Shi Huang, kaisar pertama yang paling berkuasa, namun tidak sampai 20 tahun setelah kematiannya, kekaisarannya hancur. Tidak ada yang bisa kita banggakan atau pertahankan di dunia ini.
Yesus hanya mengunjungi dunia ini 33½ tahun. Saya tidak tahu, saya berapa lama lagi di dunia ini, jika Tuhan memberi saya 5 tahun, 2 tahun, setahun, atau sebelum 100 kota KPIN selesai saya meninggal, tidak masalah. Setiap saat saya siap bertemu Dia. Kapan saja dipanggil Tuhan, saya akan katakan kalimat yang sama, “Oh Bapa, aku boleh pergi pada-Mu, karena yang Kauserahkan, sudah kukerjakan.” Abraham seratus tahun mengikut Tuhan, meninggalkan Mesopotamia, bukan karena miskin, mencari kerja, tetapi ia justru salah satu orang terkaya, terkuat, tetapi ketika Tuhan katakan, “Kemarilah dan ikutlah Aku,” ia taat.
Tidak mudah bagi orang kaya untuk mengikut Yesus. Abraham taat kepada Tuhan. Ia meninggalkan semua, lalu ikut tanpa mengetahui ke mana. Itu namanya iman. Iman Kristen sangat berbeda dari iman yang diajarkan banyak pendeta sekarang. Theologi Reformed mengembalikan kita ke Alkitab, kepada makna Alkitab yang sejati. Iman bukanlah belas kasihan, juga bukan pengertian kognitif, tetapi penundukan diri sepenuhnya hidupmu ke bawah kedaulatan Allah, mengikut Dia, dan mengetahui bahwa dunia ini bukan milikimu.
Dunia tidak akan melepaskan engkau seenaknya mengikut Tuhan. Dunia akan mengikat dan menggoda engkau, sampai engkau merasa di sinilah tempat yang paling nyaman untukmu. Mudah bagi Abraham untuk pulang ke Mesopotamia; mudah juga bagi orang Israel kembali ke Mesir. Juga mudah kalau mereka mau masuk ke Kanaan. Tetapi Tuhan menghendaki orang Israel berkeliling empat puluh tahun di padang gurun untuk menguji seberapa mereka taat mengikuti Tuhan. Selama 100 tahun Abraham berkelana ke sana-sini, tidak kembali ke Mesopotamia, karena ia ingin mengikut Allah. Ia tahu Allahnya ialah Allah sejati. Sekalipun tidak diberi tahu ke mana ia harus pergi, ia tahu pimpinan-Nya tidak pernah salah. Meski banyak kesulitan yang sepertinya tak berguna, tetapi itu melatih kita.
Menciptakan langit dan bumi mudah, tetapi ketika Tuhan mau menciptakan seorang hamba Tuhan yang baik, taat, sempurna, perlu mengirim Yesus untuk mati baginya, perlu mengirim Roh Kudus memenuhi, memimpin, memeteraikan, menguji, dan menjalankan segala rencana Allah bagi dia. Dalam perjalanan mengikut Tuhan, selangkah demi selangkah, kita melihat jelas pimpinan-Nya. Tidak mudah mengikut Tuhan. Yang ikut Tuhan digeletakkan di padang belantara 40 tahun; mau masuk, belum waktunya; mau pulang, jalan sudah putus; mau hidup, tidak ada makanan. Selama 40 tahun orang Israel hanya bisa bersandar kepada Tuhan setiap hari. Kita bersyukur kepada Tuhan, karena iman berarti taat kepada Tuhan.
Di antara Allah, orang-orang suci, dunia, dan setan, kita ada di mana? Kita diciptakan di antara Allah dan setan, sorga dan neraka, taat diri atau taat Tuhan. Orang Kristen hidup di dalam kesulitan, karena harus menghadap Tuhan di satu pihak dan setan di pihak lain. Di Taman Eden, bukan hanya satu jenis suara. Suara Tuhan mengatakan, “Jangan makan buah itu.” Suara setan mengatakan, “Makanlah!” Suara yang berbeda, yang kontras, telah mengoyak, merobek kita, karena keduanya mau mendapatkan kita. Kau sedang direbut oleh setan dari Tuhan. Allah berkata, “Ikut Aku!” Setan berkata, “Ikut aku!” Allah berkata, “Jangan makan!” Setan berkata, “Makanlah! Itu baik bagimu.” Manusia harus memilih, harus mempunyai ketegasan, dan kemantapan: Tuhan benar, setan salah.
Setan selalu berkata seolah-olah benar, tapi salah; Tuhan berkata seolah-olah salah, tapi benar. Tuhan katakan, “Makan buah itu, maka hari itu juga kau mati.” Ternyata tidak. Adam setelah makan buah terlarang, masih hidup sampai umur 930 tahun. Setan berkata, “Makan, matamu akan terbuka.” Waktu Adam makan, matanya terbuka. Yang tampaknya benar, justru tidak benar; yang tampaknya salah, justru tidak salah. Hal seperti ini sering membingungkan. Maka manusia tidak menghargai firman Tuhan karena terjebak, tampaknya firman Tuhan tidak benar dan perkataan setan benar, dan lebih banyak ikut setan. Hanya mereka yang percaya Tuhan, yang taat pada-Nya, melewati semua kesulitan, melampaui penipuan superfisial bisa melihat yang benar. Menjadi orang Kristen tidak mudah, karena kita hidup di dalam dunia, di antara Allah dan setan.
Yesus berkata, “Allah, jangan lepaskan orang Kristen dari dunia, jangan biarkan mereka bebas, enak. Biarkan mereka dalam kesulitan dunia ini, tetapi jangan biarkan mereka dikalahkan setan.” Saya tahu, masa tua saya sangat susah, banyak rekan akan pergi, banyak serangan akan tiba, banyak fitnahan akan beredar, dan banyak kesulitan akan mengganggu pekerjaan Tuhan. Tetapi saya juga tahu, bahwa dalam beberapa tahun terakhir hidup saya, pekerjaan Tuhan akan lebih besar dari sebelumnya. Semakin diberkati Tuhan, serangan makin banyak; semakin banyak bertobat, setan makin benci, sehingga serangannya makin sengit. Tetapi saya tidak akan mundur; saya akan berperang sampai mati.
Allah melihat dunia sudah tidak beres, Ia menghancurkan seluruh dunia, sisa delapan orang: Nuh, istrinya, tiga anak, dan tiga menantu. Tidak beres lagi, Allah saring lagi, sisa Abraham; Sodom dan Gomora dibakar. Dengan cara demikian terus dibersihkan, akhirnya gerakan ini makin lama akan makin kuat dan besar. Tetapi mereka yang tidak bisa menerima, akan menimbulkan kesulitan-kesulitan. Heran sekali, beberapa orang paling dekat menekan saya untuk mengubah cara pelayanan, karena mereka tidak setuju. Saya katakan kepada mereka, “Saya tidak akan mengubahnya. Saya tidak akan tunduk kepadamu, saya akan tunduk kepada Tuhan.”
Engkau tidak dilepaskan dari dunia, tetapi dipelihara, didoakan, supaya berkemenangan di dunia. Cara satu-satunya bukan lepas dari dunia, tetapi berjuang di dalam dunia; bukan keluar dari dunia, tetapi berperang di dalam dunia; bukan tidak ada kesulitan bagimu, tetapi kalahkan kesulitanmu. Kita bukan berperang dengan manusia, tetapi dengan si jahat. Semua rencana si jahat harus kita mengerti, sambil tetap mengasihi sesama. Memang tidak mudah, tetapi inilah prinsip Alkitab. Alkitab berkata, kita harus berperang dan mengalahkan si jahat, sungguh-sungguh kembali pada Tuhan. Kau harus kalahkan dunia.
Dalam Alkitab, hanya tiga hal yang menyucikan kita: 1) Firman; 2) Darah Yesus; dan 3) Pekerjaan Roh Kudus. Bagaimana orang Kristen bisa hidup suci? Banyak berdoa? Terus di gereja? Tidak. Ke mana engkau pergi, setan ikut. Tidak ada tempat yang tidak ada setan. Yang menyucikanmu bukan tempat, doa, puasa, ritual, atau liturgi, melainkan ketika engkau menyimpan firman-Nya dalam hatimu. Firman Tuhan berkuasa menguduskan kita. Gereja yang banyak ritual, pujian, jubah, tak ada gunanya. Sekitar 200 tahun lalu, saat Revolusi Perancis, para revolusioner mengatakan, begitu banyak dosa disembunyikan di balik jubah para rohaniwan. Tak ada gunanya baju dan toga suci, gereja yang kelihatan hebat, karena kesucian tidak ada pada ritual, jubah, toga, dan gedung. Kesucian harus dari hatimu. Kebenaran, darah Yesus, dan kuasa Roh Kudus yang menguduskan saya. Selain ketiga ini, tidak ada yang membersihkan kita. Yesus berkata, “Bapa, sucikan mereka dengan kebenaran. Firman-Mu itu kebenaran.”
Ada cerita seorang tua yang berjualan beras, minyak, arang, dan kacang di satu toko kecil. Suatu hari ada yang menginjilinya, lalu ia percaya Tuhan. Orang tersebut memberinya Alkitab. Karena senangnya, ia membaca Alkitab tiap hari. Baca separuh, jual dagangannya, lalu baca lagi. Terus seperti itu. Akhirnya Alkitabnya bau dan kotor sekali. Suatu hari seorang majelis datang membesuk, “Ini buku apa?” “Alkitab.” “Kenapa begini?” “Saya terus baca. Baca separuh, jual dagangan, lalu baca lagi. Jadi baunya macam-macam, tapi saya suka baca.” Orang itu marah, “Kurang ajar kau, tahu tidak, ini firman Tuhan yang suci, kenapa jadi kotor begini? Saya juga punya Alkitab, suci, dan bersih sekali, tak pernah kotor, selalu taruh di lemari. Maka Alkitabku sampai sekarang masih wangi dan suci. Alkitabmu kotor sekali.” “Hah?” Orang tua itu mengatakan, “Apa yang kau katakan saya tak mengerti. Tetapi saya mengerti, Alkitabku makin kotor, hatiku makin bersih. Alkitabku makin rusak, jiwaku makin lurus. Alkitabku makin bau, hidupku makin harum. Bagaimana dengan Anda? Alkitabmu bersih terus, hidupmu najis terus. Alkitabmu suci sekali, hidupmu najis sekali.” Apakah hidupmu diubahkan? Apakah hidupmu disucikan? Siapa yang membersihkan hidupmu? Mari kita mencintai, membaca, menghafal, mengingat, dan menjalankan Kitab Suci. Amin.