Dalam setiap zaman, manusia selalu ingin mencari suatu teladan atau contoh. Yang menjadi contoh haruslah cukup baik untuk menjadi inspirasi bagi bangsa dan negara. Orang-orang yang dianggap agung dijunjung sangat tinggi, bahkan lebih tinggi daripada seharusnya. Namun, terkadang setelah berpuluh-puluh tahun dijunjung tinggi, ketahuan ternyata hidupnya tidak beres. Orang Indonesia mempunyai teladan Soekarno, orang China mempunyai teladan Kongfucu, orang India mempunyai teladan Gandhi, orang Amerika mempunyai teladan Washington, orang Inggris mempunyai teladan Churchill, dan seterusnya. Tetapi teladan sejati yang sesungguhnya dari seluruh umat manusia hanya satu, yaitu Yesus Kristus. Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan umat manusia, namun Dia juga datang untuk menyatakan bagaimana seharusnya manusia hidup. Kalau manusia bisa hidup seperti Yesus Kristus, maka manusia itu diperkenan oleh Tuhan Allah, karena memang manusia dicipta menurut peta teladan Allah.
Bagi saya, peta berbeda dari teladan. Peta lebih bersifat substansi dasar dan teladan bersifat potensi yang menuju kepada satu sasaran yang terakhir. Kalau kita tidak punya peta dari Tuhan, kita tidak mungkin meneladani teladan yang diberikan Yesus Kristus. Dengan alpha point yaitu potensi yang ada pada kita menuju kepada omega point yaitu apa yang Tuhan ingin kita capai sebagai sasaran. Paulus berkata, “Teladanilah aku, sama seperti aku meneladani Kristus.”
Manusia adalah manusia, karena manusia memiliki daya cipta yang memungkinkan suatu ide, mewujudkan hal yang tadinya tidak ada menjadi ada. Itu adalah creatio ex nihilo, dari tidak ada menjadi ada. Orang yang berdaya cipta dan menyalurkan daya melalui karya cipta yang agung, selalu mempengaruhi sejarah. Semua orang yang berdaya cipta harus bertobat dalam daya ciptanya. Bersihkan kreativitas yang diciptakan oleh Tuhan untuk ditaruh di bawah kaki Tuhan.
Dunia ini mendapat sumbangsih dari orang-orang jenius, tetapi dunia juga dirusak oleh orang-orang jenius. Lagu ‘Pie Jesu’ yang dibuat oleh Andrew Lloyd Webber adalah salah satu lagu dengan nada yang paling indah di akhir abad ke-20. Tetapi, Andrew Lloyd Webber juga menghujat Yesus Kristus melalui filmnya yang berjudul ‘Jesus Christ Superstar.’ Tuhan telah memberikan daya cipta kepada kita. Dia sebenarnya ingin kita mengembalikan semua talenta, potensi, berkat yang berasal dari Dia kembali kepada Dia, menurut apa yang ditulis di Roma 11:36.
Allah itu Kudus, maka manusia yang dicipta menurut peta dan teladan Allah dicipta dengan sifat moral. Ketika manusia menghidupkan potensi kesucian yang berada dalam hatinya, itu akan menjadi kekuatan, penghiburan, dan kepuasan yang terbesar dalam dirinya sendiri. Sebaliknya, jika manusia melanggar hukum ini dan menajiskan diri, akhirnya ia akan hidup dengan tidak pernah puas dan menjadi seseorang yang terus menegur diri. Ini disebut rasa bersalah. Eksistensi relatif dalam pribadi kita menjadikan diri kita dihakimi oleh diri kita sendiri.
Karena Allah itu suci adanya, maka manusia yang dicipta menurut peta dan teladan Allah diberi suatu fungsi hati nurani. Hati nurani yang ada di dalam roh kita merupakan penjaga, pengawas, penyelidik diri kita sendiri. Amsal 20:27 mencatat, “Roh manusia adalah pelita TUHAN, yang menyelidiki seluruh lubuk hatinya.” Tuhan meletakkan sebuah lampu di dalam diri kita masing-masing dan inilah fungsi rohani di dalam diri kita. Lampu itu terus menyala, memberikan cahaya dan berfungsi mencerminkan keadaan diri kita masing-masing. Roh manusia merupakan pelita Tuhan Allah dan itu tidak ada pada binatang atau makhluk yang lain.
Istilah “hati nurani” berasal dari bahasa Arab. Nur berarti cahaya. Hati nurani berarti di dalam hati kita ada cahaya. Banyak buku dan juga secara realita menyatakan bahwa tanah Arab dipengaruhi oleh Alkitab. Sebelum Al-Quran, pengaruh dari agama monotheisme orang Ibrani sudah menjadi agama yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan agama-agama lainnya. Dan di dalam bahasa dan pengertian orang Ibrani, hati nurani itu sudah ada. Hati nurani adalah hati yang bercahaya di dalamnya. Pengertian hati yang bercahaya di dalamnya ini dimulai dari Perjanjian Lama. Karena manusia mempunyai roh yang adalah cahaya dari Tuhan. Namun, di dalam Perjanjian Lama, istilah ini tidak dibicarakan. Tidak ada istilah “hati nurani” tetapi memakai istilah “pelita Tuhan Allah.” Peliharalah hatimu melebihi segala sesuatu. Di dalam bahasa Indonesia, kita mengenal juga istilah “hati kecil.” Hati kecil adalah suara kecil di dalam hati yang melawan keinginan kita yang tidak baik.
Sekalipun dalam Perjanjian Lama istilah ini belum muncul, istilah ini muncul dalam Perjanjian Baru. Hal seperti ini disebut sebagai “progressive revelation” (pewahyuan progresif), yaitu Allah mewahyukan sesuatu secara bertahap, makin lama makin jelas dan makin teliti. Istilah hati nurani ada dalam bahasa Yunani. Namun, ekspresi hati nurani yang mendalam justru di dalam Perjanjian Lama, di mana orang bisa menangis karena bersalah. Tidak ada binatang yang perasaannya dipengaruhi oleh fungsi hati nurani seperti manusia, karena binatang tidak dicipta menurut peta teladan Allah. Dengan demikian, hati nurani merupakan potensi dan daya refleksi untuk menghakimi diri, apabila kita salah menggunakan kebebasan yang Tuhan berikan. Kebebasan yang berlawanan dengan sifat moral Allah akan ditegur oleh hati nurani. Alkitab mengatakan, “maka takutlah Adam,” lalu “Adam rasa dingin.” Ternyata refleksi di dalam akan mempengaruhi cara menginterpretasi keadaan di luar. Orang yang berbuat salah, sulit menatap mata orang lain. Orang yang tidak berbuat salah, matanya dan jalannya akan biasa. Refleksi hati nurani mengakibatkan engkau tidak bisa stabil, tidak bisa tenang waktu menginterpretasikan sekelilingmu.
Istilah conscience (hati nurani) muncul lebih dari 27 kali di Perjanjian Baru, bahasa Yunaninya: suneidesis. Di dalam bahasa Latin, con (bersama) dan scientia (mengetahui). Dunia mengatakan, “Aku ingin memikirkan apa yang aku ketahui,” tetapi Alkitab mengatakan, “Aku ingin mengetahui apa yang aku percaya.” Hal ini merangsang filsuf dan theolog besar, Agustinus, melihat bahwa kekristenan menekankan iman membawa pada pengertian (faith seeking understanding). Allah memberikan anugerah berdasarkan kedaulatan Allah, tetapi aku ingin mengerti mengapa Allah memberikan anugerah padaku, maka iman mencari tahu. Mengerti anugerah Tuhan sudah menjadi sukacita yang luar biasa. Bukannya beriman untuk menuntut lebih banyak anugerah dari Tuhan, kini kita melihat satu hal lagi, yaitu aku ingin mengetahui apa yang ada di dalam hatiku.
Hati nurani adalah aku sendiri di dalam diriku, mengetahui bersama dengan diriku yang di luar diriku, sehingga aku yang di luar dan di dalam mengetahui bersama. Kita suka orang tahu saat kita berbuat baik, tapi kalau kita berbuat salah, kita tidak senang kalau orang lain tahu. Akan tetapi Tuhan mengetahui berapa dosa yang manusia perbuat. Tidak mungkin kita menipu Tuhan, karena ada wakil Tuhan di dalam hidupmu, yaitu hati nuranimu.
Sebelum engkau berbuat dosa, hati nurani yang setia kepada Tuhan selalu menegur dan menghalangi. Dr. Hallesby, doktor theologi dari Norwegia, dalam disertasinya “On Conscience” mengatakan, “Hati nurani selalu memberikan peringatan jika kita ingin melakukan dosa. Ada beberapa reaksi: pertama, mengikuti anjurannya, kita berhenti. Saat itu, kita akan menjadi kawan baik hati nurani yang akan selalu membantu. Kedua, tidak peduli kata hati nurani. Saat itu, hati nurani langsung berhenti dan beristirahat. Hati nurani pasif, tidur, dan saat itu engkau merasa menang, bisa melakukan apa yang engkau inginkan. Hati nurani itu akan terbangun saat engkau selesai berbuat dosa. Begitu dia bangun, hati nurani akan meloncat ke atas kursi hakim. Engkau tidak bisa melarikan diri atau menghapus catatan itu.”
Moral yang suci membuat hati tenang. Moral yang sesuai dengan peta teladan Allah membuat kita dekat dengan Sang Pencipta dan memancarkan kemuliaan-Nya dalam hidup kita di tengah sesama manusia. Di dalam Perjanjian Lama, dan dikutip dalam Perjanjian Baru, ditulis dua kali, “Hendaklah kamu kudus, sebab Aku, Allah yang memanggil engkau adalah kudus.” Allah memilih kita dari segala bangsa dan Ia mau kita suci dalam segala perbuatan kita, karena Ia suci adanya. Engkau anggap susah untuk hidup suci karena zaman begitu rusak. Justru karena engkau hidup di lingkungan yang tidak beres, maka lingkungan seperti itu membutuhkan teladan, yaitu engkau.
Kita sering berbuat salah lalu berusaha menyuap hati nurani. Akan tetapi di hadapan Allah tidak ada yang bisa kita tutupi. Itu sebabnya kita harus hidup suci, untuk mendapat kesejahteraan, keamanan, dan ketenangan jiwa di hadapan Tuhan. Bagaimana penyelesaiannya? Alkitab mengatakan bahwa Tuhan Yesus menebus kita, hati nurani kita sekaligus diperbaharui dan dibersihkan oleh darah-Nya. Ibrani 9:14-15 menyatakan tiga hal yang sangat unik. Pertama, Roh Allah adalah Roh yang kekal hanya muncul sekali dalam Alkitab. Kedua, darah Yesus dengan kuasa Roh Kudus membersihkan hati nurani sehingga kita dikuduskan kembali. Dan ketiga, darah itu sekaligus menebus kita dan pelanggaran di Perjanjian Lama. Berarti darah yang kekal membersihkan sebelum dan sesudah Yesus mati, yang dahulu dan yang akan datang. Darah kekal berkhasiat kekal melalui membersihkan hati nurani kita. Mari kita bersyukur pada Tuhan karena dicipta menurut peta teladan Allah, dengan sifat moral yang berasal dari hati nurani. Hati nurani yang sudah rusak akan diperbaharui oleh darah Yesus, lewat kematian-Nya, sehingga suara hati nurani yang sudah dinormalisasikan akan bekerja lagi, memberikan peringatan, anjuran, teguran sebagai wakil Tuhan. Ditambah dengan Roh Allah yang masuk ke dalam kita, kita adalah anak-anak Allah yang dipimpin oleh Tuhan.
Roma 8:15, 9:1 menyatakan bahwa orang yang hidup sesuai dengan hati nurani hidupnya suci. Hati nurani orang Kristen yang diselamatkan akan sangat berbeda dari hati nurani perampok yang tidak diselamatkan. Hati nurani Kristen bersaksi bersama dengan Roh Kudus, bahwa kita adalah anak-anak Allah. Kiranya Roh Kudus terus membersihkan kita, mencerahkan hati nurani kita, sebelum hati nurani kita kembali menjadi pelita Allah yang mencerahkan segala hati dan perbuatan kita. Amin.