Kita telah membicarakan salah satu topik penting yaitu “hidup kekal” yang Yesus utarakan di dalam doa-Nya. Ini menunjukkan kelebihan kekristenan dibandingkan dengan yang lain. Banyak agama mengutamakan jasa, kehebatan perbuatan, dan kebaikan manusia, sehingga manusia bisa ditonjolkan dan mudah-mudahan mendapat tempat di sisi Tuhan. Pikiran seperti ini tidak ada di dalam kekristenan. Yang ada adalah manusia sudah jatuh ke dalam dosa dan semua keturunannya lahir di dalam dosa. Tiap orang telah terikat, dipengaruhi, dan dikuasai kegelapan. Maka, jika tidak ada Penolong dari luar, tidak ada satu pun manusia bisa menyelamatkan dirinya sendiri.
Manusia berada di dalam diri, bukan melihat segala sesuatu dari Allah, maka dia merasa dihina dan menolak kekristenan. Penginjilan menjadi sulit karena kita harus berkata, “Datanglah kepada Tuhan, buanglah segala yang menjadi jasamu, dan bersandar kepada Dia, Sang Sumber anugerah.” Manusia berdosa, yang dalam segala hal melakukan dosa, memikirkan tentang Allah pun akan memakai pikiran orang berdosa. Ia akan memiliki konsep Allah seturut konsepnya yang berdosa.
Allah mengatakan bahwa semua manusia berbohong. Hanya Tuhan yang sejati, yang jujur, dan yang setia selamanya. Seberapa agungnya manusia, tetap ia orang berdosa; tetapi Allah sejati, mengatakan setiap kalimat dengan sesungguhnya. Manusia memiliki kesulitan dan kelemahan terbesar, yaitu tidak mau mengakui dosanya sendiri dan tidak dapat menghadapi kenyataan yang sesungguhnya tentang dirinya.
Dalam Yohanes 16:8, Roh Kudus datang menegur manusia tentang dosa, keadilan, dan penghakiman. Itu menyadarkan kita sebagai orang berdosa dan melihat keadaan kita yang sesungguhnya. Apakah kita mau rendah hati? Yesus Kristus berkata, “Mengenal Engkau Tuhan satu-satunya yang benar dan mengenal Yesus Kristus yang Engkau utus, inilah hidup yang kekal.” Paulus berkata, “Hidup kekal bukan hasil perbuatan, tetapi hasil anugerah keselamatan dalam Yesus Kristus.” Selain Yesus, tidak ada satu pendiri agama berani mengatakan, “Aku bisa menyelamatkan kamu.” Kalimat ini tidak mungkin muncul dari mulut manusia, karena semua manusia mengetahui dirinya berdosa. Manusia hanya bisa berkata, “Berbuatlah baik supaya kau mendapat tempat yang baik di sisi Tuhan, dan doakan saya, supaya saya juga mendapat tempat di sisi Tuhan.” Ini membuktikan kesadaran manusia bahwa dirinya berdosa dan memerlukan Tuhan.
Paulus masih berkata, “Berdoalah untuk kami, supaya kami dengan berani mengabarkan Injil.” Tidak pernah Tuhan Yesus minta didoakan orang lain, karena Ia adalah Allah yang menjadi manusia. Jika dengan perbuatan baik cukup untuk masuk sorga, maka saya menyatakan bahwa sorga akan penuh dengan sapi, bukan manusia. Siapa yang lebih baik, sapi atau manusia? Berapa rusaknya manusia? Begitu bisa berbicara, mulai berbohong; begitu bisa berpikir, mulai memikirkan yang jahat, sangat egois. Tetapi Allah telah memahkotai manusia dengan kemuliaan dan hormat, sehingga manusia disebut sebagai wakil Tuhan, yang mempunyai peta teladan Allah. Itu sebabnya, Tuhan tidak ingin kita binasa. Ia mau kita kembali ke Kerajaan-Nya dan menjadi orang-orang yang memperoleh hidup kekal.
Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita (Rm. 6:23). Yohanes 17:3 ini merupakan kelebihan kekristenan dibanding semua agama. Kekristenan menjanjikan hidup kekal, di mana kita akan berada bersama Tuhan di dalam kekekalan, memiliki hidup dari Tuhan sendiri, kembali kepada Induk hidup, bersatu di dalam hidup kekal dengan menikmati semua janji-Nya. Di sini kita melihat poin penting: Iman Kristen adalah iman kepada Tuhan, kepada Kristus; sementara semua agama hanya percaya mereka beriman adanya Tuhan, lalu berbuat baik.
Sesudah itu Ia berkata, “Aku telah mempermuliakan Engkau di bumi” (ay. 4). Inilah tujuan terbesar hidup manusia. Jika hidup kita di dunia bisa memuliakan Tuhan, maka hidup kita berarti; jika tidak, maka sia-sia dan tak berguna kehidupan kita. Berapa pun banyaknya uang dan rumahmu, tidak bisa engkau kubur bersamamu. Yang bisa kaubawa ke sorga adalah apa yang telah engkau kerjakan untuk Tuhan, berapa buah yang sudah kauhasilkan, berapa banyak orang yang sudah engkau bawa kepada Tuhan Yesus. Utamakan yang utama, jangan utamakan yang tidak utama. Kita mempunyai banyak keinginan. Kita sering menginginkan Kerajaan Allah, tetapi tidak menginginkan rencana dan pekerjaan Allah. Kita harus bertanya, apakah keinginan kita itu yang diinginkan Allah, atau sekadar keinginan kita sendiri? Biar kehendak-Mu terjadi di dunia seperti di sorga. Setiap kali saya membaca Doa Bapa Kami, hati saya takut membaca terbalik, “Biar kehendak-Mu terjadi pada diriku, seperti di sorga.” Jika engkau ingin orang lain menjalankan kehendak Tuhan, mulailah dari dirimu sendiri dan menuntut dirimu sendiri.
Yesus menjadi teladan terbaik di antara semua manusia sepanjang zaman, karena Ia mengatakan kalimat-kalimat itu. Ia berkata di dalam ayat 4, “Aku telah memuliakan Engkau.” Apa arti memuliakan Tuhan? Bagaimana memuliakan Tuhan? Saya menemukan beberapa prinsip:
Yesus berkata, “Dengan jalan menyelesaikan pekerjaan yang Engkau berikan kepada-Ku.” Saya sering bertanya, “Jika hari ini saya mati, beranikah saya bertemu dengan Tuhan?” Saya berani berkata, “Tuhan, yang Engkau perintahkan saya kerjakan, sudah saya kerjakan.” Mengapa masih hidup sampai sekarang? Karena masih ada pekerjaan yang harus saya kerjakan. Maka, jika saya tidak mengerjakannya, saya tidak memuliakan Tuhan. Kalimat-kalimat seperti ini sangat menggugah saya. Tiap kalimat seperti ini adalah makanan rohani, bagai röntgen, sebuah introspeksi yang mencerahkan apa kekurangan saya. Sudahkah engkau menemukan apa yang Tuhan ingin engkau kerjakan? Benarkah itu pekerjaan yang Tuhan inginkan? Sudahkah engkau mengerjakan hal itu seumur hidupmu? Kita harus menemukan semua ini dengan lebih tuntas. Manusia hidup untuk Tuhan; mencari makan adalah hal sekunder. Kita harus mengerjakan pekerjaan yang khusus Tuhan berikan kepada kita. Itu tidak bisa digantikan oleh orang lain. Stephen Tong tidak bisa diganti oleh orang lain, Stephen Tong harus menemukan apa yang menjadi tugasnya, yang Tuhan perintahkan untuk ia kerjakan, lalu ia harus mengerjakannya seumur hidup, untuk memengaruhi orang lain agar sama-sama mencintai Tuhan. Mentor saya, Pdt. Andrew Gih (1901-1985), mengatakan, “Kalau hidup hanya untuk cari makan, engkau sama semut apa bedanya? Hidup untuk makan, makan untuk hidup. Itu binatang. Hidup untuk Tuhan, lalu Tuhan beri makan. Mencari Kerajaan Allah, mencari kebenaran Allah, yang engkau perlukan pasti ditambahkan kepadamu.” Namun, manusia sering tidak mengerti hal yang sangat sederhana dan mendasar seperti ini.
Di usia 12 tahun, Tuhan Yesus mengeluarkan kalimat yang mengagumkan, “Bolehkah Aku tidak memedulikan pekerjaan Tuhan di dalam rumah-Nya? Bukankah Aku seharusnya ada di rumah Bapa-Ku?” Hidup kita di dunia yang utama adalah menggenapkan rencana-Nya, mengerjakan pekerjaan-Nya, sesudah itu baru cari makan atau bergaul. Semua boleh saya kerjakan, tetapi seluruhnya harus kembali bagi Tuhan. Yesus datang ke Israel. Ia tidak pergi ke kota lain mencari domba-domba yang sesat. Yesus menciptakan dunia, tetapi Ia tidak keliling dunia, Ia tidak menikmati segala sesuatu. Ia hanya menikmati bagaimana memperkenan Bapa-Nya, menyelesaikan tugas yang Bapa berikan kepada-Nya.
Ingat, rumah kita bukan di dunia ini. Di dunia kita hanya menjadi tamu, musafir yang sementara saja. Banyak orang memikirkan investasi, mencari uang banyak, tetapi tidak tahu dipakai untuk apa. Apakah ia memakainya untuk Tuhan, untuk menyelesaikan pekerjaan yang Ia berikan kepadanya? Kalau demikian, silakan kerjakan. Tetapi jika semua itu untuk kemewahan diri, jangan lakukan. Semua yang dipikirkan dan dijalankan harus hanya memiliki satu fokus: Bagaimana memuliakan Allah. Tidak salah memiliki kekayaan banyak, tetapi untuk apa? Apakah engkau berani mengatakan, “Aku sudah melakukan segala pekerjaan yang Engkau perintahkan.”? Ini yang Yesus katakan.
Ia “sudah” mengerjakan semua itu. Di balik kata “sudah” ada berapa banyak jerih payah, keringat, kekuatan yang engkau lakukan? Jika kita tidak melakukan kehendak Tuhan, kalimat itu tidak mungkin keluar dari mulut kita. Di usia 12 tahun ada niat dan usia 30 tahun berani menjawab seperti ini. Ketika Yesus usia 12 tahun, Ia berada di Bait Allah. Ia tahu apa yang Ia harus kerjakan, “Tidak tahukah kamu bahwa Aku harus berada di rumah Bapa-Ku?” Maka, Bapa-Nya bukan Yusuf, tetapi Bapa di sorga. Ini membuktikan di usia 12 tahun, Tuhan Yesus sudah memiliki kesadaran bahwa Ia harus seumur hidup melakukan kehendak Allah. Di dalam pemerintahan dunia, seseorang berusia 18 atau 21 tahun barulah dianggap dewasa dan dituntut memiliki kewajiban hukum, tetapi di Alkitab dinyatakan pada usia 12 tahun, seorang anak Yahudi sudah mendapatkan upacara untuk disebut sebagai “Anak Taurat” (bar mitzvah), sehingga apa pun yang dilakukannya harus mengikuti hukum (Taurat). Di usia 12 tahun, Tuhan Yesus sudah menjadi teladan bagi semua manusia lainnya untuk hidup menjalankan kehendak Allah.
Saya bersyukur kepada Tuhan, saya berani mengatakan, “Saya telah mengerjakan pekerjaan Tuhan,” jika hari ini saya harus mati. Saya harap kita menjadi orang Kristen yang bertanggung jawab. Saya bersyukur kalau hamba Tuhan dan jemaat GRII sudah pergi mengabarkan Injil ke siswa-siswi seluruh Indonesia dan sudah menjangkau hingga 1,6 juta siswa. Saya bersyukur, karena dulu ketika muda saya sangat ingin belajar di Westminster Theological Seminary, dan kini Prof. Dr. Peter Lillback, presiden Westminster Theological Seminary, USA, datang ke Indonesia mau belajar di sini, melihat bagaimana kita mengabarkan Injil ke berbagai kota dan pelosok. Ia berkata, “Begitu sulit seorang penginjil menjadi seorang theolog, tetapi lebih sulit lagi bagi seorang theolog menjadi penginjil.” Ia melihat Stephen Tong sebagai seorang theolog besar yang sekaligus seorang penginjil besar, yang langka ada di dunia semenjak Paulus. Ia kagum melihat theologi bisa digabungkan dengan penginjilan. Dengan demikian, mahasiswa kita belajar theologi dari Westminster Theological Seminary dan mahasiswa mereka belajar penginjilan dari kita. Tuhan Yesus berkata, “Jika engkau mengerjakan perintah Bapa-Ku, engkau betul-betul murid-Ku.” Kita tidak boleh hanya mencintai gereja, ikut-ikutan gereja yang besar, mencari gengsi dan jabatan saja. Itu semua sia-sia.
Di dalam ayat 5, kita melihat doa yang berani luar biasa. Manusia meminta Tuhan memuliakan dia. Ini adalah hal yang mengejutkan. “Muliakan Aku.” Bukankah seharusnya manusia mempermuliakan Allah? Mengapa manusia minta Allah memuliakan manusia? Tetapi doa ini adalah doa yang benar, dan engkau boleh mengatakannya. Sudah 30 tahun saya difitnah orang bahwa Stephen Tong tidak ada Roh Kudus. Sekarang difitnah lagi dengan berbagai hal. Mereka berusaha menghancurkan saya, tetapi pertolongan saya hanya satu, dari Tuhan. Saya berdoa, “Aku sudah melakukan kehendak-Mu, sekarang konfirmasikan Aku ini hamba-Mu.” Tidak peduli bagaimana orang berbicara, memfitnah, salah mengerti engkau, yang terpenting adalah Allah mengonfirmasi engkau sebagai hamba-Nya.
Ketika seluruh Israel berpaling dari Allah kepada Baal, Elia kira di Israel hanya tersisa dia sendiri. Tuhan mengetahui hal ini dan merasa perlu menghibur Elia. Tuhan mengatakan bahwa Ia masih menyisakan 7.000 orang Israel yang tidak pernah mencium Baal. Masih ada orang lain yang setia kepada Tuhan, bukan hanya Elia seorang diri. Tetapi mereka tidak terlihat. Keseimbangan yang Tuhan nyatakan kepada Elia menggugah saya. Empat tahun lalu (2010) saya ke Semarang setelah 15 tahun tidak pergi ke sana. Ada 3.000 orang ikut kebaktian. Saya mengkritik Karismatik dan mereka marah. Tahun depannya ketika saya ke sana lagi, tersisa 1.000 orang. Natal tahun lalu saya ke sana lagi, saya kira tidak ada orang yang mau datang. Ternyata Tuhan mengonfirmasi hamba-Nya. Ballroom hotel yang berkapasitas 3.000 orang penuh sesak sampai meluap keluar. Dikabarkan yang hadir sekitar 4.100 orang. Ternyata masih ada sekitar 800 orang yang tidak bisa masuk sama sekali sehingga harus pulang. Mereka berbondong-bondong datang karena mereka telah melihat tayangan khotbah saya di televisi. Setelah mereka menonton, mereka membuktikan bahwa tidak mungkin Stephen Tong tidak ada Roh Kudus. Lalu kini saya difitnah hal lain lagi. Bagi saya, mari kita taat kepada Tuhan dan Tuhan akan mengonfirmasi hidup dan pelayanan hamba-Nya.
Tiap hamba Tuhan boleh berdoa, tiap anak Tuhan boleh berdoa, minta dipermuliakan Tuhan, jika ia sudah memuliakan Tuhan dengan melakukan pekerjaan yang Ia berikan. Ketika Musa difitnah, Yusuf disiksa, Daniel dibuang ke lubang singa, Tuhan membela dan menyertai mereka. Jika engkau betul-betul menjalankan kehendak Tuhan, fitnah, cemoohan, umpatan, penghinaan, tidak akan berhasil. Pada akhirnya, Tuhan tidak mengizinkan hamba-Nya, anak-Nya, yang sungguh-sungguh memuliakan Dia, dilecehkan oleh orang berdosa. Dalam ayat lain, Tuhan menjawab dari sorga, “Aku sudah memuliakan dan Aku akan memuliakan Anak-Ku lebih besar lagi.”
Puji Tuhan, Yesus Kristus disiksa, dihina, diumpat, difitnah, diejek, diolok, disalah mengerti hanya karena Ia bersalut daging. Jika datang dengan kemuliaan ilahi, semua berlutut. Allah menjadi manusia supaya boleh disalib, untuk mengganti kita. Jika kita bisa percaya Tuhan itu adalah karena Tuhan masih kasihan kita, memberi hak kepada kita supaya boleh percaya kepada-Nya. Manusia jangan pikir, kita menjadi pusat, dan Allah harus menyenangkan saya. Tidak ada hal seperti itu! Tuhan mengatakan, “Engkau taat kepada-Ku, memuliakan Aku, maka Aku akan memuliakan engkau.” Barang siapa mendapat siksaan, umpatan, fitnah dari manusia, tunggulah konfirmasi dari Tuhan! Jika engkau jujur, sungguh-sungguh mencintai Tuhan, Ia tidak akan membuangmu, membiarkanmu difitnah tidak habis-habis.
Ketika Tuhan memuliakan seseorang, ia tidak memerlukan pembelaan, koreksi, penjelasan lagi. Semua langsung beres, karena Tuhan mengonfirmasikan anak-Nya, hamba-Nya. Ayat 5 adalah satu-satunya ayat di mana kita melihat kemuliaan Kristus dimulai sebelum dunia diciptakan, bukan setelah Ia dibangkitkan, dipermuliakan. Tidak seorang manusia yang dapat mengatakan kalimat ini, termasuk Sakyamuni, Confucius, Socrates, Muhammad, Musa, Abraham. Tidak ada seorang pun manusia yang mempunyai kemuliaan bersama-sama Allah sebelum dunia diciptakan.
Telah diungkap di atas, Yohanes 17 adalah Allah Anak berbicara pada Allah Bapa, menyatakan segala misteri dan rahasia yang terdalam. Hanya Yohanes yang mungkin, Petrus dan semua murid Yesus yang lain tidak mungkin menulis pasal seperti ini, karena Yesus paling dekat dan mencintai murid paling muda ini. Murid yang paling muda ini sering berada di pangkuan Yesus Kristus, maka ia mendengar semua rahasia antara Anak dan Bapa, termasuk doa Anak kepada Bapa.
Di dalam ayat 6, sekali lagi Yesus menegaskan ayat 2. Dalam ayat 2, inilah pusaka yang paling disukai oleh Yesus Kristus. Ia mencintai milik-Nya sampai kesudahan (Yoh. 13:1). Orang-orang seperti inilah yang sungguh-sungguh menikmati dunia sana, bukan hanya dunia sini. Orang dunia menikmati dunia ini dengan uang. Ketika berkesempatan ke Raja Ampat, pantai dengan laut yang begitu indah, bersih, dengan ikan yang begitu bagus. Tetapi kenikmatan keindahan seperti ini hanya sementara. Hanya kenikmatan di dalam Tuhan yang terbesar dan kekal, yaitu menikmati umat yang Bapa berikan kepada-Nya. Properti Yesus adalah memiliki kaum milik-Nya sampai selama-lamanya. Ia mencintai mereka sampai kesudahannya, karena dengan darah-Nya sendiri Ia menebus kita kembali menjadi milik-Nya.
Kita menjadi Kristen karena Bapa memberikan kita kepada Anak, dan Anak memberikan diri-Nya kepada kita, dan Roh Kudus diberikan melalui Kristus menjadi milik kita, karena kita milik Tuhan. Maka di ayat 6 dikatakan, “Aku sudah memberikan firman-Mu kepada mereka dan mereka menuruti firman-Mu.” Kalimat terakhir ini penting sekali, karena setelah kita dimiliki Kristus, kita mempunyai pengetahuan rohani dan mengenal siapa Allah kita, siapa Tuhan kita, siapa Juruselamat kita. Di tengah-tengah manusia dan Allah, tidak ada nama lain yang diberikan, hanya satu yang diutus, yaitu Yesus Kristus.
Doa antara Anak dan Bapa begitu jelas, begitu menyentuh, tidak ada satu manusia pun di dunia ini yang setara dengan Yesus. Tidak ada pendiri agama yang dapat memberikan kepadamu hidup yang sejati, yang benar. Kita bersyukur kepada Tuhan. Tuhan memberkati kita. Biarlah kita sekali lagi mengaku iman kita di hadapan Tuhan.