Ada orang yang berpikir bahwa ia ingin menjadi penguasa dan semua orang lain yang mengganggu atau menghalangi keinginannya harus disingkirkan. Orang seperti ini tidak suka jika di kelasnya ada orang yang lebih pandai darinya, ada orang lebih terkenal darinya. Akibatnya, banyak orang pandai dibenci oleh orang-orang bodoh. Kalau Indonesia seperti ini, celakalah negara ini. Semua orang pandai pergi ke luar negeri karena tidak memiliki tempat di dalam negeri. Betapapun negara memiliki kekayaan alam, jika tidak ada orang yang berakhlak dan berotak maka seluruh sumber daya akan habis dengan sia-sia. Negara-negara bijak saat ini berusaha keras menarik orang-orang pandai dari negara lain untuk masuk ke negaranya dan membangun negaranya. Mereka berani memberikan beasiswa untuk orang-orang terpandai kemudian memberikan pekerjaan dan honor yang tinggi sehingga mereka tidak kembali lagi ke negara asalnya. Yang tersisa di negara asal adalah orang-orang bodoh yang tidak memiliki potensi besar untuk mengembangkan negara. Tetapi karena tidak ada lagi orang pandai maka orang-orang bodoh ini merasa bahwa dirinyalah yang paling pandai. Akibatnya, negara pandai akan semakin pandai dan negara bodoh semakin bodoh; negara kaya semakin kaya dan negara miskin semakin miskin.
Di sebuah ibukota di Asia Tenggara, ada gunung sampah dan banyak orang hidup di sana dengan mencari rezeki di tengah-tengah sampah tersebut; hal ini hampir tidak kita temui di Eropa Barat maupun di Amerika Utara. Ini adalah akibat dari peranan pikiran dan gerakan reformasi. Para reformator telah membukakan kebenaran firman Tuhan tentang bagaimana seharusnya orang Kristen mengelola bumi ini. Akibatnya, dalam 500 tahun bangsa-bangsa yang dipengaruhi reformasi maju begitu pesat lebih dari ribuan tahun sebelumnya. Semua negara maju setelah reformasi memikirkan mungkinkah manusia memiliki hidup yang celaka? Kalau mungkin, bagaimana manusia meningkatkan kualitas hidupnya sehingga tidak hidup celaka.
Di Kalimantan saya melihat rumah-rumah sepanjang puluhan kilometer yang semuanya memiliki jendela kecil. Ternyata alasannya adalah karena takut maling masuk. Mereka tidak memikirkan bagaimana oksigen masuk, udara masuk, sinar matahari masuk, dan semua kesegaran lainnya. Pikiran mereka sudah dihantui oleh hal-hal yang begitu negatif, dibelenggu oleh kebodohan nenek moyang. Jikalau satu bangsa tidak memiliki penerobosan, tidak ada pencerahan, maka bangsa itu akan menjadi bodoh. Orang bodoh yang mementingkan wibawa, hak, kulit muka, pasti tidak mau ditegur; dan ketika tidak ada yang menegur ia merasa dihormati.
Mengapa kita menangis? Menangis karena kita terganggu, ditegur, atau tidak mendapatkan apa yang kita inginkan? Hal-hal seperti ini menjadikan manusia menjadi sangat rendah. Manusia yang mau maju tidak akan diikat oleh kesulitan. Dia mau menerima teguran dan memperbaiki diri. Jika engkau mengilahkan wajahmu, perasaanmu, engkau tidak akan maju. Kita perlu terus belajar mengoreksi diri, bertumbuh, dan hidup semakin bertanggung jawab dengan semua yang Tuhan percayakan kepada kita.
Amerika Serikat hanya berpenduduk 7% dari populasi dunia, tetapi menghabiskan 65% sumber daya alam dunia. Ini adalah sebuah pemborosan besar yang legal. Memang tidak ada yang dicuri, tidak ada cara yang tidak legal, tetapi tindakan ini telah menghabiskan apa yang merupakan hak anak cucu kita. Sebuah perampokan terselubung terhadap mereka yang tidak mengerti dan tidak berdaya. Bensin dihabiskan oleh generasi kita, batu bara dikuras, seluruh sumber energi dibersihkan dengan tidak menyisakan bagi generasi yang akan datang karena kita tidak peduli dengan nasib mereka. Ini adalah tindakan yang tidak bertanggung jawab. Kepekaan dan pengertian seperti ini harus ditenun dengan theologi, iman, dan kepercayaan yang benar sehingga kita menjadi manusia yang bertanggung jawab di hadapan Tuhan. Kiranya banyak orang semakin sadar akan pentingnya Gerakan Reformed Injili di dalam perjuangan menyadarkan setiap orang akan hal ini. Bagaimana kita berespons terhadap panggilan Tuhan dan kebenaran-Nya?
Tuhan berkata satu kalimat dari takhta-Nya, ”Siapakah yang boleh Aku utus?” Seorang anak muda yang hari itu ada di Bait Allah berespons terhadap panggilan Allah. Dia sedang berbakti kepada Tuhan dan dia melihat kemuliaan Tuhan Allah dari surga turun ke seluruh muka bumi. Maka, saat dia melihat ke atas dia melihat Tuhan bersemayam di takhta-Nya dan serafim mengelilingi takhta dengan masing-masing enam sayap; dua sayap untuk menutupi muka, dua sayap untuk menutupi kaki, dan dua sayap lagi untuk terbang. Ini adalah suatu gambaran tentang pelayanan yang begitu kudus dan anggun yang menjadi teladan bagi setiap orang yang melayani.
Seorang pelayan yang melayani Tuhan dengan rajin mempunyai dua sayap terbang untuk terus menjalankan kehendak Tuhan Allah. Sayap serafim itu tidak berhenti. Tuhan memberikan enam sayap bukan untuk cadangan terbang, tetapi untuk keseimbangan yaitu menutupi hal lain yang merupakan kesombongan. Pelayanan bukan untuk menonjolkan diri. Barangsiapa yang hanya rajin menonjolkan diri artinya belum mengerti arti pelayanan. Kalau engkau begitu cinta Tuhan, tetapi tidak diberi satu kali kesempatan naik mimbar, engkau tidak boleh menolak. Kalau pelayananmu tidak dikenal oleh manusia, tidak apa-apa karena ada dua sayap untuk menutup muka, bukan untuk mau dikenal manusia atau menonjolkan diri.
Anak-anak muda, khususnya di dalam gerakan Reformed, jangan hanya mau melayani karena engkau diberikan kesempatan untuk boleh terkenal. Engkau harus belajar ada sayap untuk menutupi mukamu. Tidak apa-apa orang tidak melihat atau tidak mengenal saya! Saya pernah bertemu dengan orang yang menjadi ketua majelis sebuah gereja selama 12 tahun, namun ketika ia tidak terpilih lagi di tahun ke-13, ia marah luar biasa. Lalu, selama setahun itu ia tidak pergi ke gereja. Ia tidak seperti serafim yang menutupi mukanya dengan dua sayap. Dua sayap lagi menutup kakinya untuk menyatakan bahwa ia tidak mencari kemuliaan diri melalui apa yang ia kerjakan. Inilah sikap melayani yang sungguh. Dua sayap dipakai untuk terbang, untuk melayani dengan tiada lelah.
Ada beberapa hal yang harus kita perhatikan di dalam pelayanan. Yang pertama, seorang hamba Tuhan yang selalu mementingkan hari depan, dia belum tua; seorang hamba Tuhan yang selalu menceritakan kesuksesan masa lampau dan selalu mengungkit jasa di masa lampau, adalah hamba Tuhan yang sudah tua walaupun usianya masih muda. Seberapa jauh kita sudah mementingkan pekerjaan Tuhan? Saya menghargai seorang mahasiswa theologi yang begitu memperhatikan kesulitan dan pergumulan temannya. Seorang yang memperhatikan kesulitan dan pergumulan orang lain lebih dari kepentingan dirinya sendiri adalah orang yang memiliki hati gembala. Banyak hamba Tuhan hanya memperhatikan keuntungan diri sendiri dan tidak memikirkan kepentingan orang lain.
Yang kedua, saya menemukan juga “di mana pantatmu berada di situ hatimu berada”. Saya terpaksa menggunakan istilah yang terasa kasar untuk menggambarkan adanya orang-orang atau jemaat yang melekat dengan satu gereja karena di situ ia ditawari kedudukan yang tinggi walaupun ia tahu gereja itu tidak benar. Ada gereja-gereja yang sengaja menawarkan kedudukan dan posisi penting untuk menarik hamba Tuhan dari gereja lain. Hamba Tuhan yang sangat menginginkan kedudukan dan posisi seperti ini akan rela meninggalkan posisinya yang sekarang untuk mengejar tawaran yang baru, tidak peduli apakah Tuhan menghendaki hal itu atau tidak. Tetapi ada hamba Tuhan atau jemaat yang datang dan melekat di satu gereja karena dia sungguh-sungguh menggumulkannya di hadapan Tuhan bagaimana ia bisa semakin bertumbuh dan melayani Tuhan dengan benar di situ. Semua orang yang mengutamakan kehendak Tuhan, rindu melayani Tuhan, mengutamakan pimpinan Roh Kudus, mengutamakan rencana dan strategi yang Tuhan pimpin dengan motivasi yang benar-benar murni dan suci, adalah hamba Tuhan yang sejati.
Tetapi bagaimana kita bisa terlepas dari belenggu-belenggu ini? Saya ingin melatih satu zaman, satu generasi, di mana ada pemuda-pemudi yang mempunyai beberapa pagar, lalu untuk menembus semua pagar ini ada satu strategi.
Pagar pertama, adanya kebenaran. Percayakah Anda bahwa di dalam alam semesta ini ada kebenaran? Seharusnya kita mengakui adanya Kebenaran di dalam alam semesta. Jika ada, di manakah kebenaran itu bisa ditemukan? Inilah pagar pertama.
Pagar kedua, apa yang dibicarakan di dalam lingkup agama? Di dalam lingkup alam ada kebenaran fisika, kebenaran kimia, kebenaran geologi, kebenaran astronomi, dan keseluruhan kebenaran itu bisa dihitung, dianalisis, serta diobservasi. Itulah kebenaran yang disebut natural science atau pengetahuan tentang alam. Tetapi, pengetahuan tentang alam tidak pernah memberikan jawaban kepada kita, mengapa saya saya harus berbuat jujur, tulus, dan ikhlas. Alam semesta tidak mempunyai hak karena bukan merupakan kategori untuk menuju kepada etika dan kebenaran tentang hidup. Maka, di dalam agamalah orang membicarakan apa yang baik dan apa yang jahat. Kalau ada kebenaran maka pasti bukan hanya kebenaran alam semesta saja. Kebenaran alam semesta adalah kebenaran yang sangat rendah karena berada di dalam wilayah ciptaan. Sedangkan yang dicipta berada dalam keadaan yang akan mati karena dosa. Secara materi, alam diselidiki oleh ciptaan yang memiliki mentalitas, intelektual, pengertian, dan kreativitas; dan ciptaan yang paling tinggi itu adalah manusia. Sebagian dari diri manusia adalah bagian yang bersifat materi, tubuh, alam, tetapi sebagian dari diri kita yang dicipta memiliki kesadaran diri yang tidak ada di dalam binatang. Di dalam diri manusia ada bagian yang lebih tinggi yaitu adanya kesadaran akan adanya keberadaan Tuhan Allah. Kita sadar ada dunia, ini telah membuat manusia berbeda dengan dunia. Saya ada di dalam dunia, tetapi saya bukan dunia, dunia bukan saya. Saya sadar saya memerlukan dunia, tetapi saya bukan dunia karena saya manusia. Kesadaran yang lebih tinggi lagi adalah saya percaya selain dunia, ada yang menguasai saya dan menguasai dunia. Dia melampaui saya, Dia itu Allah. Maka, kini kita melihat adanya kebenaran agama, tetapi kebenaran agama masih berbeda-beda. Kita meruncing lagi mencari kebenaran agama yang sesungguhnya, kita melihat bahwa kebenaran itu harus dari wahyu Tuhan sendiri. Maka, agama-agama yang tidak mengakui secara benar adanya wahyu Allah, tidak membawa kebenaran agama sejati. Mereka tidak pernah berani mengatakan “Allah berkata…” Agama-agama ini menekankan timbulnya kesadaran pada pendiri mereka. Wahyu menjadikan manusia pasif, sebagai penerima; sedangkan kesadaran menjadikan manusia aktif.
Ada beberapa agama yang mengakui memiliki wahyu. Sebelum Kristus, ada dua macam agama yang mengaku memiliki wahyu, yaitu agama Yahudi – agama monoteisme dari Abraham yang dipanggil oleh Tuhan sampai Musa yang menuliskan seluruh wahyu Tuhan di dalam penciptaan sampai diberikan-Nya Taurat; dan agama Zoroastrianisme – yang bersifat dualisme, ada dewa yang suci, yang terang dan baik namanya Ahura Mazda, dan ada dewa yang jahat, kotor dan gelap namanya Angra Mainyu. Setelah Kristus, ada lagi satu agama yang menyatakan mendapatkan wahyu yaitu agama Islam. Muhammad yang dilahirkan setelah tahun 570 Masehi mengatakan bahwa pada usia 40 tahun dia bertemu dengan malaikat Gabriel yang meminta untuk menuliskan Kitab maka dia menerima wahyu Al’quran. Jadi, dalam sejarah, yang betul-betul menerima dan berani menyatakan menerima wahyu hanya ada tiga agama besar: agama Yahudi, agama Kristen, dan agama Islam. Di manakah kebenaran agama yang benar? Mari kita membandingkan agama Yahudikah, agama Islamkah, atau agama Kristenkah? Perlahan-lahan engkau akan menemukan bahwa agama Kristen yang lebih benar karena kebenaran di dalam Yesus Kristus konsisten. Dia suci, adil, cinta kasih, tidak berdosa yang mengakibatkan kita melihat bahwa Dia yang memberikan wahyu kepada kita juga mengirimkan Kristus untuk membuktikan keseluruhan apa yang diwahyukan-Nya.
Kini kita perlu menyeleksi pagar kita untuk masuk lebih dalam. Di dalam Kristus saya menerima kebenaran. Maka, pagar ketiga adalah di gereja mana saya bisa menemukan kebenaran yang paling akurat? Engkau mengatakan bukan bidat-bidat atau ajaran-ajaran Kristen yang sesat yang kuinginkan, tetapi di mana? Di sini kita diajar untuk memperhatikan konsistensi kebenaran yang diberitakan. Semua gereja percaya ada Allah, mengabarkan Yesus, percaya bahwa Yesus disalib, tetapi bagaimana dengan pemberitaan Alkitab secara konsisten dari awal sampai akhir? Mencari kebenaran bukan jalan pintas, untuk menemukan ketepatan interpretasi kebenaran diperlukan suatu pengertian yang teliti dan luas. Maka, hanya di mana pimpinan Tuhan berada, di situ hati kita boleh berada. Pimpinan Tuhan tanpa kebenaran itu omong kosong, pimpinan Roh Kudus tanpa sesuai dengan Kitab Suci itu bohong. Roh Kudus adalah Roh Kebenaran. Kiranya engkau boleh senantiasa dipagari oleh kebenaran yang sejati yang membuat hidupmu semakin memuliakan Allah dan berkenan kepada-Nya. Amin.