Jesus Christ and Nicodemus, painted by Matthias Stom, between 1640 and 1650 Source: https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Matthias_Stom_-_Christ_and_Nicodemus.jpg

Nikodemus Menemui Yesus (Bagian 11)

Penerjemahan lain untuk ayat 13 sangat mengejutkan: “Selain Anak Manusia yang turun dari sorga dan tetap ada di sorga, tidak ada orang yang pernah naik ke sorga.” Injil Yohanes mencatat dua puluh lima kali mengatakan: “Sesungguhnya…” dan tiga di antaranya Kristus ucapkan kepada Nikodemus. Di sini kita melihat pentingnya Nikodemus sebagai orang kunci, yang dapat memberi pengaruh besar kepada masyarakat, wakil bangsanya yang akan Tuhan buang. Mereka sudah selama seribu lima ratus tahun menerima dan mempelajari Taurat Musa, bukan menerima dengan rendah hati, tetapi malah menjadi arogan, bahkan berani memandang bangsa-bangsa lain yang tidak punya Taurat sebagai anjing. Padahal, memiliki Taurat tidak berarti apa-apa, karena mengerti dan menjalankan Taurat lebih penting daripada memiliki Taurat. Bahkan kesadaran mengerti Taurat, harus diikuti dengan kesadaran bahwa diri begitu tidak berarti di hadapan Tuhan. Terlebih lagi, semua pengetahuan, pengalaman atau apa pun yang kita miliki akan dihakimi oleh Tuhan di penghakiman terakhir nanti. Orang yang memiliki uang banyak juga tidak perlu sombong, karena Tuhan kelak akan menuntut bagaimana dia mempergunakan pemberian-Nya. Merasa diri hebat dan mampu adalah kecongkakan dari Iblis. Yesus, sang Pencipta segalanya, lahir di palungan. Itu sebabnya, kiranya setiap orang Kristen belajar berhemat. Bahkan, ketika mengembangkan pekerjaan Tuhan, kita perlu hikmat sorgawi untuk menghemat sebisa mungkin dan menjadi berkat bagi sebanyak mungkin orang. Namun, untuk hal-hal yang tidak mungkin dihemat dan harus dikerjakan, kita harus mengerjakannya dengan penuh tanggung jawab. Kita harus melihat penggunaan keuangan dengan baik. Di dalam pembangunan di Jakarta, saya tidak perkenankan pembangunan concert hall dengan menggunakan uang gereja.

Orang-orang Yahudi yang mempunyai dan menyelidiki Taurat itu menjadi sombong dan akan Tuhan buang. Maka, Yesus Kristus berkata kepada Nikodemus, “Kamu harus diperanakkan pula. Bagai angin yang bertiup menurut kemauannya bukan kemauanmu.” Roh Kudus adalah Allah, maka Ia memiliki kedaulatan melakukan apa pun yang Dia mau. Lalu jawaban Nikodemus, “Bagaimana hal itu bisa terjadi?” Terlihat di sini apa yang mau Yesus katakan kepada Nikodemus adalah hal yang melampaui kapasitas pengertiannya. Setiap kali Yesus berkata, Nikodemus selalu menanggapi dengan hal lain, sehingga menurut Cornelius Van Til, mereka berdua tidak memiliki landasan pijak yang sama (no common ground). Hal ini sering terjadi ketika kita memberitakan Injil kepada orang. Dia tidak mengerti atau salah menanggapi apa yang kita katakan.

Dialog Yesus dan Nikodemus memang tidak memiliki titik temu, ketika Yesus mengatakan, “Engkau harus dilahirkan kembali.” Dan Nikodemus menjawab, “Bagaimana mungkin orang setua aku masuk lagi ke rahim ibuku untuk dilahirkan kembali?” Tetapi yang Yesus maksudkan adalah dilahirkan oleh Roh Kudus. Bagaimana itu bisa terjadi? Yesus kembali berkata, “Engkau guru orang Israel, mengapa engkau tidak tahu hal-hal ini?” Yesus mempertanyakan tentang pengajaran para rabi, termasuk Nikodemus. Kalau hal-hal penting mereka tidak mengerti dan mengetahui, mengapa berani mengajar? Banyak orang hari ini begitu berani mengajar, padahal ia sendiri tidak mengerti kebenaran. Banyak pendeta mengkhotbahkan firman yang ia tidak mengerti dengan benar, para majelis yang melayani tanpa mengerti tugasnya, guru yang hanya mau menerima honor dan tidak tahu mendidik, dan seterusnya. Ada orang membangun sekolah tanpa mengerti apa itu mendidik, mendirikan gereja tanpa mengerti apa itu gereja. Di dunia ini banyak orang yang hanya memiliki kemauan dan ambisi kedudukan tanpa peduli kualifikasi yang seharusnya ia miliki. Kalau engkau tidak memiliki kualifikasi yang cukup, lebih baik mengundurkan diri.

Memang setiap orang boleh saja mengaku diri sebagai guru, tetapi di hadapan Tuhan Yesus mungkin dia akan dipandang sebagai seorang yang belum tahu apa-apa. Ini adalah sindiran besar bagi kebudayaan Israel. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana perasaan Nikodemus ketika mendengar kalimat Tuhan Yesus tersebut. Memang dari sejak awal, setiap kali Tuhan Yesus berbicara dengan orang Farisi, Ia selalu menghakimi mereka. Itu karena Tuhan Yesus lebih mengutamakan membangun Kerajaan Sorga di bumi ketimbang memikirkan hidup mati diri-Nya sendiri.

Nikodemus harus diperanakkan pula. Ia harus mendapatkan hidup baru. Ini sama seperti ketika pertama kali Tuhan Allah berseru kepada Adam, “Adam, keluar dari tempat persembunyianmu dan kenakanlah pakaian kulit yang sudah Kubuatkan untukmu.” Itu berarti Adam harus menanggalkan pakaian lamanya yang terbuat dari daun dan menggantinya dengan pakaian baru dari kulit yang Allah buat baginya. Ternyata, Adam bukan hanya melanggar perintah Tuhan, yang adalah dosa pertamanya; tetapi juga merusak alam, yang jadi dosa keduanya. Inilah cara manusia, yaitu menyelesaikan dosa dengan berbuat dosa. Sementara Tuhan memakai cara lain, yaitu menggunakan binatang yang mati untuk mengganti. Inilah lambang penebusan dari dosa dengan darah binatang. Darah binatang yang dialirkan adalah lambang dari kematian Kristus yang menggantikan kita dan menghapus dosa kita; bukannya menutupi dosa dengan dosa lain, agar tidak terlihat oleh orang. Dosa Adam diselesaikan lewat kematian domba yang menggantikan (substitute lamb), dan seharusnya Nikodemus mengerti hal ini, karena telah dituliskan di dalam Taurat.

Apa yang Yesus tuntut dari seorang guru? Guru harus mulai dengan diperanakkan pula. Ia harus mengerti apa itu dilahirkan kembali, apa itu lahir baru. Guru bukan mengajar bagaimana membereskan permasalahan hidup lama yang berdosa dengan memolesnya dari luar, melainkan membereskan masalah di dalam, yaitu dengan menggantikannya dengan hidup yang baru. Namun, Nikodemus tetap masih belum bisa mengerti, karena pada saat ia mempelajari Taurat, dia tidak menemukan pelajaran tentang hidup baru. Ini mengingatkan kita bahwa ketika seseorang belajar theologi, sangat mungkin akan mengutamakan hal yang kurang penting dan melalaikan hal yang justru lebih penting. Di dalam Perjanjian Lama, Allah telah memberikan nubuat lewat nabinya, yaitu Tuhan berfirman, “Aku akan membuang hati yang membatu dari dalam dirimu dan memberikan hati yang taat” (Yeh. 36:26-27). Mereka tidak mengerti akan hal itu, tetapi tetap berani mengajarkan Taurat dan Kitab Nabi. Lalu mereka mengajarkan peraturan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya dengan begitu keras, karena mereka menduga dengan menjalankan semua peraturan seseorang bisa masuk ke sorga, maka mereka memperluas Sepuluh Hukum menjadi dua ratus bahkan enam ratus lebih peraturan.

Yang justru Yesus inginkan bukan dengan menjalankan semua peraturan seseorang akan masuk sorga, tetapi melalui kelahiran kembali, melalui hidup baru secara menyeluruh, barulah seseorang dapat diselamatkan. Karena sesungguhnya, dari Perjanjian Lama sampai Perjanjian Baru terdapat benang merah tentang “diperanakkan pula” yang berkesinambungan. Sayangnya, orang Israel sudah terlalu jauh menyimpang, sehingga mereka kehilangan jalur ini. Akibatnya, Nikodemus tidak mengerti dan heran. Seharusnya Nikodemus tidak heran jika Tuhan Yesus memerintahkannya untuk diperanakkan pula. Namun, ini bukan usaha manusia, melainkan pekerjaan Roh Kudus. Oleh karena itu, ketika Roh Kudus bekerja, jangan engkau menolak atau menghambatnya, melainkan terimalah firman yang ditanam oleh-Nya dengan kerendahan hati. Biarkan Roh Kudus bekerja di dalam hatimu sampai engkau memperoleh hidup yang baru. Karena, hanya di dalam firman yang hidup tersimpan iman yang akan membuahkan hidup baru. 

Apa yang ditulis di dalam ayat 11: “Aku berkata-kata tentang apa yang Aku ketahui…” adalah untuk mengoreksi pelayanan kita. Jangan sembarang bersaksi tentang hal yang tidak sungguh-sungguh engkau saksikan. Jangan memberitakan sesuatu yang tidak sungguh-sungguh engkau percayai. Beberapa puluh tahun yang lalu saya mengikuti kebaktian dari Dr. Hamilton di Kanada. Ketika keluar dari gereja, seorang penyambut menyapa saya dan menanyakan apakah saya seorang Kristen dan bagaimana tanggapan saya tentang khotbah tadi. Lalu ia berkata bahwa ia tiap minggu datang berbakti dan mendengarkan khotbah Dr. Hamilton karena ia tidak pernah mengatakan sesuatu yang ia sendiri tidak yakini. Khotbahnya begitu meyakinkan, menguatkan, dan menarik dia untuk senantiasa hadir. Saya mengamininya. Bagaimana dengan pelayanan Anda? Apakah engkau mengajar orang tentang sesuatu yang tidak engkau ketahui?

Perkataan Tuhan Yesus adalah tamparan keras bagi Nikodemus yang sudah cukup tua dan begitu dihormati di tengah masyarakat saat itu. Dan itu masih dilanjutkan lagi dengan tamparan yang lebih keras lagi di dalam ayat 12 yang menyatakan bagaimana dia tidak percaya. Namun, sebenarnya pernyataan ini sangat penting di dalam kita mengerti Injil Yohanes: yaitu mengerti tentang dunia dan sorga. Di akhir Yohanes 3, Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus, “Yang dari sorga mengatakan hal-hal sorgawi, yang datang dari dunia mengatakan hal duniawi.”

Ketika saya masih muda, seorang penatua memberitahukan kepada saya bahwa di gereja hanya ada dua macam orang Kristen, yaitu: 1) orang Kristen yang mengutamakan perkara sorgawi yang kekal, dan 2) orang Kristen yang mengutamakan perkara duniawi yang sementara. Hal ini senada dengan yang Paulus katakan: memahami Roh Kudus, atau mengikuti kedagingan; menaati pimpinan Tuhan atau mengikuti kemauan sendiri.

Kristus yang dari Sorga
Pernyataan Tuhan Yesus di ayat 13 menggoncangkan seluruh kebudayaan Yahudi, “Tidak ada seorang pun yang pernah naik ke sorga.” Bukankah di Perjanjian Lama terdapat catatan tentang Henokh dan Elia yang diangkat ke sorga? Nikodemus menjadi bingung, karena yang Tuhan Yesus katakan begitu berbeda dengan apa yang di dalam pikirannya. Ia sulit mengerti mengapa Tuhan Yesus mengatakan pernyataan seperti itu. Terjemahan bahasa Mandarin menuliskan: “Tidak seorang pun yang pernah naik ke sorga, kecuali Anak Manusia yang turun dari sorga dan tetap di sorga.” Ini menunjukkan bahwa Dia adalah Kristus yang Maha Ada (Omni Present). Ia adalah satu-satunya Pribadi yang berinkarnasi, yang turun dari sorga. Ini yang menjadikan agama Kristen unik, karena agama lain didirikan oleh orang-orang yang ingin ke sorga, sementara Yesus justru datang dari sorga, karena cinta-Nya kepada kita.

Ketika Ia turun ke dunia menjadi manusia, Ia tetap memiliki sifat ilahi dan tetap di sorga. Jika demikian, bagaimana dengan Henokh dan Elia? Bukankah Alkitab mencatat mereka diangkat naik ke sorga? Jadi sebenarnya Perjanjian Lama yang salah atau Yesus yang terlalu berani berbicara? Nikodemus tak pernah membayangkan, pertemuannya dengan Yesus membuatnya begitu susah, karena sebelum ia menemui Yesus, dia begitu bangga akan statusnya yang dihormati oleh masyarakat. Setelah bertemu Tuhan Yesus, ia baru tahu bahwa dirinya tidak tahu apa-apa, tetapi berani menjadi guru. Seorang profesor dari Konduktor San Diego Symphony Orchestra, Jahja Ling, pernah mengatakan, “Siapa engkau, sehingga engkau berani berdiri di depan banyak orang untuk mengatur apa yang mereka harus lakukan?” Kalimat itu terus merangsang pemikiran saya. Ketika Jahja Ling hampir lulus, ia juga mengingatkan, “Pelajari setiap note, tidak ada jalan lain untuk engkau menjadi seorang konduktor yang besar.” Itu terus mendorong dia sampai terpilih menjadi The Best Young Conductor in the United States (Konduktor Muda Terbaik di Amerika Serikat). Ketika saya mengunjungi beberapa universitas, saya suka membeli buku bekas, karena ada mahasiswa-mahasiswa yang begitu lulus lalu menjual buku-bukunya. Hal itu membuat saya sedih, karena manusia memandang ringan kebenaran. Ijazah hanyalah bukti bahwa engkau pernah belajar sampai tahap tertentu, tetapi belajar seumur hidup, maka belajar sendiri adalah hal yang tidak bisa dikompromikan. Ini yang menjadi tekad saya. Setiap tahun saya mempelajari sesuatu secara dalam tidak membiarkan hidup saya kendur.

Nikodemus tidak mengerti apa yang ia sedang ajarkan. Seharusnya ia sadar akan hal itu. Barangsiapa menyadari dirinya kurang, ia masih mungkin maju; tetapi orang yang menganggap diri sudah hebat, ia tidak bisa dikritik sedikit pun, dan dia tidak bisa maju lagi. Henokh dan Elia tidak ke sorga, tetapi mengapa Alkitab mencatat mereka diangkat ke sorga, mungkinkah Alkitab salah? Tidak. Kita harus memikirkan lebih lanjut, mereka ke sorga lapisan ke berapa? Karena wahyu di Alkitab bersifat progresif (semakin ke belakang semakin terang dan jelas).

Paulus menulis kepada jemaat Korintus: “… aku mengenal seseorang … pernah naik ke sorga tingkat ketiga.” Maka Alkitab membukakan bahwa takhta Allah berada di sorga tingkat ketiga. Jika demikian, apa itu lapisan sorga yang pertama, kedua, dan ketiga? Ada orang yang menjelaskan bahwa lapisan pertama adalah atmosfer bumi ini, yang berada kira-kira seratus enam puluh lima kilometer di atas permukaan bumi, lapisan kedua adalah tempat para bintang berada, yaitu galaksi yang Tuhan ciptakan, yang hampir tak terbatas luasnya, dan lapisan ketiga adalah tempat yang Alkitab sebut sebagai “tempat tertinggi”, kemuliaan bagi Allah di “tempat tertinggi.”

Tetapi bagi saya, lapisan pertama dan kedua seharusnya disatukan, yaitu dunia ciptaan yang ada di atas kita; lapisan kedua adalah dunia rohani, tempat orang-orang pilihan berada; sementara lapisan ketiga adalah yang Alkitab katakan sebagai “tempat tertinggi”. Maka Yesus berkata, “Selain Anak Manusia yang turun dari sorga dan tetap berada di sorga, tidak ada orang yang pernah ke sorga.”

Perjanjian Lama pernah menyinggung hal ini, yaitu ketika Salomo mempersembahkan Bait Allah kepada Tuhan, Roh Kudus mewahyukan kepada dia untuk menyinggung tentang tingkatan langit: “Ya TUHAN, Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit di atas dan di bumi di bawah.” Atau bisa diterjemahkan juga “Ya Tuhan Allah Israel! Tidak ada Allah seperti Engkau di langit dan di langit di atas.” Langit dan langit di atas langit menunjukkan adanya lapisan langit. Paling sedikit ada dua lapis langit. Tetapi Tuhan tidak diam di sana, sehingga harus ada lapisan yang lebih tinggi lagi, yaitu lapisan ketiga, “tempat tertinggi”. Hal ini dilanjutkan oleh Paulus di Perjanjian Baru. Nikodemus tidak menyadari ada catatan itu di Perjanjian Lama, padahal orang Israel sedemikian teliti mempelajari Perjanjian Lama. Itu sebabnya, Tuhan Yesus harus mengoreksi dia. Ini sekaligus mengajarkan kepada kita bahwa kebenaran Alkitab melebihi semua kebenaran yang mungkin manusia imajinasikan tentang dunia roh atau kebenaran alam yang manusia ketahui lewat penyelidikan. Namun, sering kali para ilmuwan begitu arogan, karena mereka menganggap diri mereka hebat, sehingga berani mengesampingkan kebenaran yang Allah wahyukan. Sains sebenarnya adalah ilmu yang rendah, karena hanya menyelidiki dunia materi yang Tuhan ciptakan. Ketika ia mau menyelidiki manusia, maka tidak ada jawaban yang bisa pasti. Setiap aliran psikologi memiliki pandangan yang berbeda-beda. Ada seorang profesor atheis di Arizona yang mendengarkan saya membahas hal ini. Pada awalnya ia begitu tegang, tetapi ia mencoba menyimak dengan rendah hati, akhirnya ia mulai menyadari bahwa sains adalah ilmu yang rendah, hanya mempelajari tentang materi. Dan ia mulai akrab dengan orang Kristen. Kita memang diberi otak oleh Tuhan untuk menyelidik iciptaan-Nya. Tetapi kita tidak boleh lupa, bahwa selain otak, Tuhan juga memberikan Roh Kudus. Maka selain menggunakan otak, kita membutuhkan iluminasi Roh Kudus untuk mengerti dunia yang Tuhan ciptakan ini. Itu sebabnya Tuhan Yesus ingin agar Nikodemus dilahirkan kembali.

Henokh dan Elia memang diangkat, tetapi tidak sampai ke tempat di mana Tuhan Yesus berasal, yaitu tempat Allah bertakhta. Jadi hanya Tuhan Yesus yang dapat ke sana, karena Ia berasal dari sana. Itu sebabnya, Tuhan Yesus pernah menantang, “Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?” (Yoh. 6:62). Manusia hanya memandang keadaan-Nya di dunia ini, dan tidak seorang pun tahu akan tempat asal-Nya, tempat yang paling tinggi, yang paling mulia, dan yang tidak ada bandingannya. Hanya karena cinta-Nya kepada kita, Dia rela datang ke dunia, bahkan lahir di palungan. Ia rela diejek dan dihina orang. Mereka tidak mengerti bagaimana perasaan-Nya, tetapi Ia diam dan tak membuka mulut-Nya. Lalu orang menganggap bahwa Ia tidak layak hidup dan tempat yang tepat bagi-Nya adalah kayu salib. Maka Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus mewakili bangsanya, “Tidak tahukah kamu bahwa tidak pernah ada orang yang pernah naik ke sorga, kecuali Anak Manusia yang turun dari sorga dan tetap ada di sorga?” Ketika engkau datang kepada Tuhan, tidak seharusnya engkau hanya mengharapkan khotbah yang cocok dengan keinginanmu, melainkan siap bertobat dan taat kepada kehendak-Nya, karena Ia datang dari sorga. Kiranya Tuhan Yesus yang mengoreksi pikiran Nikodemus boleh mengoreksi pikiran kita juga. Amin.