Nikodemus adalah satu-satunya – seorang akademisi, pemimpin agama Yahudi, dan orang Farisi – yang dengan inisiatifnya sendiri datang menemui Tuhan Yesus. Dia datang menemui Yesus di waktu malam, karena dia takut ketahuan oleh kelompoknya yang akan berakibat buruk baginya. Dia menemui Tuhan Yesus karena dia merasa bahwa Tuhan Yesus memiliki sesuatu yang tidak ia miliki. Hal ini menunjukkan bahwa dia adalah seorang yang rendah hati dan tidak pernah puas dengan pengetahuan yang ada padanya. Ia mau terus menuntut diri untuk maju. Orang yang sombong adalah orang yang cepat merasa puas dengan pengetahuan yang ia miliki, tidak mau mengoreksi diri, mudah menghina orang lain, dan iri hati kepada mereka yang melebihi dirinya. Nikodemus sangat berbeda dari orang-orang Farisi di zamannya. Dia menemukan bahwa Tuhan Yesus dapat melakukan mujizat, yang dalam bahasa aslinya berarti: tanda dari Tuhan. Kalau Yesus bisa melakukan mujizat yang hanya dapat dilakukan oleh Tuhan, maka pastilah Dia adalah orang yang disertai Tuhan. Maka Nikodemus ingin mencari tahu rahasianya.
Begitu ia bertemu dengan Tuhan Yesus Kristus, dengan sportif dia memulai pembicaraan. Hal ini tidak mudah, karena sebagai orang Farisi, ia merupakan bagian dari sekelompok orang yang tidak menyukai Tuhan Yesus. Tetapi dalam hal ini dia menunjukkan sikap yang bersahabat, yang ingin bicara dari hati ke hati dengan Tuhan Yesus yang sangat ia kagumi. Dia berkata dengan sopan, “Rabi…” Hal ini sangat sulit bagi dia, yang juga seorang rabi, bahkan lebih tua dan lebih senior. Namun, inilah sikap agung yang harus kita pelajari dari Nikodemus. Ia berani mengakui kelebihan orang lain, menghormati orang yang patut dihormati, bukan mencari dan membesar-besarkan kelemahan, kesalahan, dan kekurangan orang lain, agar semua orang memandang dirinya hebat.
Di dalam sejarah Tiongkok, ada seorang guru besar yang pergi mencari guru besar lainnya, yaitu Konfusius mencari Laozi. Hal ini menjadi salah satu legenda paling terkenal di dalam sejarah. Konfusius mencari Laozi karena mempunyai “firman” (dao) yang tidak ia miliki. Tentu yang Laozi miliki bukanlah firman Tuhan, melainkan respons manusia terhadap wahyu umum Allah, yang akhirnya dibukukan menjadi Daodejing. Tetapi Laozi tidak bangga ketika didatangi Konfusius yang sudah begitu terkenal. Pernyataan pertama yang ia lontarkan, “Singkirkanlah kesombonganmu dan segala niatmu yang tidak beres! Tanpa itu engkau tidak mungkin mengerti firman.” Tamparan yang menyakitkan bagi Konfusius. Tetapi reaksi Konfusius sangat mengagumkan. Orang yang menjadi marah karena kesalahannya dikoreksi adalah atheis; orang yang belum punya Tuhan, sehingga menganggap dirinya sebagai Tuhan. Itu sebabnya ia akan menjadi marah kalau ditunjukkan kesalahannya. Oleh karena itu, janganlah marah ketika dihina, tetapi tanyakan mengapa dia menghinamu. Kalau memang engkau pantas dihina, lebih baik ada orang yang mau mengkritikmu. Hanya orang yang mau menerima kritikan dengan rendah hati, imannya akan terus bertumbuh. Setiap kita suka bercermin sebelum kita pergi. Kita percaya cermin yang bersih dapat merefleksikan keadaan kita yang sebenarnya. Maka, ketika kita bercermin, sebenarnya kita siap dikritik oleh cermin itu. Maka saat cermin menyatakan sesuatu yang tidak beres pada dirimu, engkau tidak marah dan memecahkan cermin itu. Itu pun yang dilakukan oleh Konfusius. Ketika ia dikritik oleh Laozi, Konfusius tidak marah. Ia merenungkannya dan mengatakan kepada muridnya, “Bagaimana ikan berenang di air, aku tahu; bagaimana burung terbang di udara, aku tahu; tetapi bagaimana naga itu naik turun di alam semesta, aku tidak tahu. Hari ini pertemuanku dengan Laozi bagaikan bertemu dengan naga.” Ia mengakui dirinya ditegur, tetapi dia tetap mengakui kebesaran Laozi. Itu sebabnya, janganlah engkau marah jika ada orang yang mengkritik engkau. Anggaplah itu Tuhan izinkan untuk mengoreksi dirimu. Jadilah orang yang rendah hati dan mau dikoreksi. Ketahuilah, kerendahan hati yang sungguh adalah kerendahan hati yang kita nyatakan di hadapan orang yang lebih rendah dari kita. Inilah yang Alkitab ajarkan, “Jangan tinggi hati, bungkukkanlah dirimu terhadap orang yang lebih rendah darimu” (Rm. 12).
Suatu hari, ketika Tchaikovsky turun dari sebuah stasiun MRT di Moskow, dia mendengar melodi yang sangat indah dari seruling yang ditiup oleh seorang pengemis buta. Dia mendekati pengemis itu, mencatat melodi itu, dan berterima kasih kepada si pengemis. Di kemudian hari, saat dia menggubah Piano concerto no. 1, movement 2, dia memasukkan melodi itu dengan catatan: “Bagian ini kudapatkan dari seorang pengemis.” Ini menyatakan dia sangat rendah hati.
Perbedaan antara pertemuan Konfusius-Laozi dengan Nikodemus-Tuhan Yesus adalah: orang muda menemui orang tua dengan orang tua yang menemui orang muda. Saat itu diperkirakan Nikodemus sudah berusia sekitar 60 tahun. Dia sendiri menyatakan, “Bagaimana aku yang sudah setua ini bisa kembali masuk ke dalam rahim ibuku?” Tetapi Nikodemus rela memanggil Yesus sebagai Rabi, padahal usia Yesus baru sekitar 30 tahun. Bukankah ini sikap yang sangat rendah hati dari Nikodemus? Dan Yesus tidak menanggapi dengan mengatakan, “Aku masih muda, jangan kau panggil aku ‘Guru’.” Tidak. Yesus adalah Allah, sementara Nikodemus adalah manusia. Bahkan saat Tomas memanggil Yesus yang sudah bangkit, “Allahku, Tuhanku,” sambil bertelut, Yesus tidak mencegahnya, karena memang Ia layak menerimanya sebagai Allah yang yang sejati.
Nikodemus berkata, “Guru, kami tahu…” Yang dimaksud dengan “kami” di sini bukanlah orang-orang Farisi yang merupakan partainya, tetapi orang-orang yang seiman dengan dia. Apakah itu berarti semua orang Farisi jahat? Tidak. Ketika Tuhan Yesus mati disalibkan, orang pertama yang mengakui bahwa “Dia ini sungguh-sungguh Anak Allah” adalah seorang prajurit tentara Romawi. Pemimpin agama Yahudi tidak mau mengakui bahwa Yesus adalah Anak Allah. Jadi, sangat mungkin orang di luar gereja bisa lebih mengenal Tuhan. Kisah prajurit Romawi yang dicatat oleh Alkitab ini menunjukkan kepada kita bahwa ada anak-anak Tuhan yang untuk sementara waktu masih berada di luar kandang. Kita harus membawa mereka kembali dengan kuasa Tuhan melalui setiap pelayanan penginjilan yang kita lakukan dan melalui pengenalan akan ajaran yang sejati melalui Theologi Reformed.
Nikodemus beranggapan bahwa Yesus pasti disertai oleh Allah. Tetapi sebenarnya, Yesus bukan hanya disertai oleh Allah, tetapi Dia juga diberi Roh yang tidak terbatas, yang mengurapi-Nya untuk berkeliling melakukan kebajikan, menyembuhkan, dan membebaskan orang yang dibelenggu setan. Sekalipun Nikodemus seorang akademisi yang senior, ia belum bisa mengenal bahwa Yesus adalah Allah. Ini menunjukkan bahwa sebagai seorang akademisi, pengetahuan Nikodemus ternyata begitu dangkal. Ketika Nikodemus memuji bahwa apa yang Tuhan Yesus kerjakan pasti disertai Allah, Tuhan Yesus sama sekali tidak menanggapi pujian tersebut. Sebaliknya, Ia mengatakan satu pernyataan yang sangat tajam dan mengejutkan, “Jika seseorang tidak diperanakkan pula oleh Roh Kudus, dia tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Memang sejak awal hingga akhir, seluruh pengajaran Tuhan Yesus berkisar pada satu tema utama, yaitu Kerajaan Allah. Sayangnya, ada banyak orang yang sudah percaya kepada Tuhan Yesus bertahun-tahun, bahkan berpuluh-puluh tahun namun tidak menyadari pentingnya tema utama dari seluruh khotbah dan pengajaran Yesus ini.
Kerajaan Allah adalah suatu hal yang sangat dinanti-nantikan oleh orang Israel, karena mereka tahu bahwa mereka telah berdosa kepada Tuhan dan Tuhan sudah membuang mereka. Tuhan sudah berbicara melalui nubuat nabi Yeremia, bahwa orang Israel tidak lagi boleh menyebut “Bait Allah”. Dan Allah membiarkan Nebukadnezar membakar habis Bait Allah. Bukannya mereka mendengar dan tunduk kepada nubuat ini, sebaliknya mereka menuduh Yeremia sebagai nabi palsu dan tidak nasionalis, lalu menangkap dan membuangnya ke dalam perigi yang kering. Mereka bukannya mendengar, malah menganiaya hamba Tuhan yang mengatakan kebenaran. Maka akhirnya Tuhan membuang orang Israel ini dan membiarkan mereka dihancurkan dan dipermalukan selama beratus-ratus tahun oleh bangsa-bangsa Asyur, Babilonia, Media-Persia, Makedonia-Gerika, dan Romawi. Oleh karena itu, harapan terbesar mereka adalah datangnya Sang Mesias yang akan mengusir semua musuh dan membangun kembali takhta Daud, Kerajaan Israel yang disertai Allah. Mereka mengidentikkan Kerajaan Israel sebagai Kerajaan Allah. Ketika orang-orang Farisi menyelidiki Kitab Suci, mereka juga ingin tahu tentang apa yang akan terjadi pada saat Kerajaan Allah tiba. Dan pada saat seperti ini, Tuhan Yesus tidak berkata kepada Nikodemus, “Sebelum engkau mati, engkau akan melihat Kerajaan Allah”, melainkan, “Jika engkau tidak diperanakkan pula, engkau tidak akan melihat Kerajaan Allah.” Kalimat Tuhan Yesus seperti itu telah memupuskan harapan Nikodemus. Tetapi Nikodemus tidak marah. Ia hanya bertanya, “Bagaimana aku yang sudah tua ini bisa masuk kembali ke dalam rahim ibuku untuk dilahirkan kembali?” Jawaban ini mengindikasikan bahwa dialog mereka tidak mencapai titik temu. Yesus sedang berbicara tentang hal rohani, sementara Nikodemus menanggapi dengan hal jasmani. Inilah kesulitan berbicara dengan orang yang berbeda iman atau berbeda konsep. Jadi, janganlah kita berharap orang akan langsung bertobat menerima Tuhan Yesus. Orang yang tidak sama imannya akan mengalami konflik konsep yang sedemikian besar. Nikodemus adalah seorang pemimpin agama, itu justru membuat ia sulit menerima dan mengerti wahyu Tuhan. Maka Tuhan Yesus mengulangi lagi, “Jika engkau tidak dilahirkan dari air dan Roh Kudus, maka engkau tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah”.
Bukankah orang Yahudi sedang menantikan Kerajaan Allah? Mengapa Tuhan Yesus masih berkata kepada Nikodemus bahwa dia harus dilahirkan kembali untuk melihat dan masuk ke dalam kerajaan Allah? Sesungguhnya, yang orang Israel lihat bukanlah Kerajaan Allah, tetapi kerajaan dunia, kerajaan musuh, dan Kerajaan Israel. Itulah yang sering kali terjadi pada orang-orang yang datang ke gereja. Mereka tidak melihat apa-apa, karena mereka belum diperanakkan pula. Seseorang harus diperanakkan pula barulah ia dapat melihat dan masuk ke dalam Kerajaan Allah. Maka kata Yesus pada Nikodemus: kau bukan saja tak dapat melihat Kerajaan Allah (ay. 3), bahkan tak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah (ay. 5), kecuali kau diperanakkan pula (ay. 7). Diperanakkan pula atau dilahirkan kembali berarti dilahirkan dari atas bukan dari bawah.
Apakah perbedaan “melihat” dan “masuk”? Tuhan pernah memerintahkan bangsa Israel keluar dari tanah Mesir dan memasuki tanah Kanaan. Keluar berarti meninggalkan Firaun dan mulai belajar mengikut Tuhan Allah. Masuk berarti Allah akan memimpin mereka ke tanah perjanjian. Hal ini menjadi sebuah gambaran tentang keluar dari maut dan masuk ke dalam hidup yang kekal; keluar dari kebobrokan dunia dan masuk ke Kerajaan Allah; keluar dari dosa dan masuk ke dalam kebenaran; keluar menanggalkan pakaian lama dan masuk mengenakan pakaian baru; keluar dari kutukan Taurat dan masuk ke dalam anugerah-Nya. Konsep “keluar dan masuk” ini merupakan ajaran penting di dalam Alkitab.
Setelah orang Israel keluar dari Mesir, Tuhan berkata, “Kalian bisa keluar tetapi tidak dapat masuk.” Semua mereka mati di padang belantara, kecuali Yosua dan Kaleb. Dan yang paling menyedihkan, Musa, pemimpin Israel, tidak diperkenankan masuk. Musa kehidupannya dapat dibagi menjadi tiga periode masing-masing empat puluh tahun. Periode terakhir ia lalui dengan susah payah memimpin bangsa Israel di padang belantara. Tetapi ia tidak diizinkan oleh Tuhan Allah untuk masuk ke dalam tanah Kanaan. Musa hanya boleh melihat tanah itu, tetapi tidak diperkenankan memasukinya. Dari peristiwa ini, kita melihat ada 1) orang yang keluar dan mati; 2) ada yang lahir dan masuk; 3) ada yang melihat tapi tidak boleh masuk; dan 4) ada yang melihat dan masuk.
Yesus berkata kepada Nikodemus, “Jika kau tidak diperanakkan pula, engkau tidak dapat melihat Kerajaan Allah.” Jadi, apa yang telah kita lihat di gereja? Ada orang yang ke gereja untuk melihat orang-orang kaya, para konglomerat; ada yang ke gereja untuk mencari siapa bisa dijadikan pacarnya; atau mencari arsitek untuk membangun rumahnya; tetapi orang yang rohani akan rindu melihat kebenaran yang dapat mengoreksi dirinya, rindu melihat rencana dan pimpinan Tuhan bagi dirinya, rindu melihat Kerajaan dan pemerintahan Allah terjadi atas hidupnya. Siapakah yang dapat melihat Kerajaan Allah? Alkitab menyatakan bahwa hanya mereka yang mempunyai hidup baru, yang memiliki hidup yang dari atas. Musa menghabiskan periode terakhir hidupnya bersama bangsanya, tetapi ia telah melakukan kesalahan di hadapan Tuhan, yaitu memukul batu karang dua kali. Batu karang itu lambang Yesus yang mati memberikan hidup baru bagi orang berdosa dan hanya boleh dipukul satu kali. Tuhan menghukum Musa karena tidak mau menguduskan nama Tuhan di hadapan umat-Nya. Ia hanya boleh melihat tetapi tidak boleh masuk ke Kanaan. Bisa dibayangkan betapa sedih hati Musa. Melayani Tuhan tidak mudah. Menjelang akhir hidupnya, Tuhan memerintahkan Musa yang sudah berusia 120 tahun untuk naik ke puncak gunung Nebo. Saat itu mata Musa belum kabur, telinganya belum tuli, kakinya masih kuat, tetapi ia harus mati. Tuhan menyuruhnya mati, dan sebelumnya ia diizinkan untuk melihat terlebih dahulu tanah perjanjian dari atas gunung. Peristiwa ini yang melatarbelakangi dua pernyataan Tuhan Yesus kepada Nikodemus (ayat 3 dan 5). Yesus percaya Nikodemus memahami apa yang Dia katakan, karena “melihat dan masuk” adalah topik yang sangat tidak asing bagi orang Israel. Itu yang telah Musa alami. Ia boleh melihat tetapi tidak boleh masuk. Yosua dan Kaleb yang diperbolehkan masuk oleh Tuhan, sebagai lambang mereka yang sudah diperanakkan pula.
Jadi kategori pertama, orang yang diselamatkan adalah sudah keluar dari Mesir, sudah bebas dari cengkeraman Firaun, tidak lagi jadi budak di Mesir, tetapi mereka juga tidak punya cukup kualifikasi untuk melihat dan masuk ke tanah perjanjian. Inilah lukisan orang Kristen yang sudah diselamatkan, tetapi tidak menikmati hidup yang limpah. Padahal Yesus datang untuk memberikan hidup yang berkelimpahan. Banyak orang Kristen yang diselamatkan tetapi tidak menikmati hidup yang berlimpah, tidak melayani Tuhan dengan baik.
Kategori kedua, seperti Musa, yaitu mereka yang sudah diselamatkan, sudah menjadi pemimpin, melayani, dan sudah mendapatkan hidup yang berlimpah, cukup panjang umur, sehat, tetapi hanya boleh melihat dan tidak boleh memasuki Kerajaan Allah.
Kategori ketiga, adalah orang-orang yang lahir di padang belantara, yang boleh masuk ke Kanaan. Mereka menandakan bahwa yang lama harus mati, yang baru yang hidup. Inilah kehidupan baru, orang-orang yang sudah diperanakkan, yang diperbolehkan masuk.
Dialog Tuhan Yesus dan Nikodemus sangat singkat dan terkesan sederhana, tetapi cukup membuat Nikodemus terkejut. Pada awalnya dia hanya ingin tahu bagaimana Tuhan Yesus disertai oleh Tuhan Allah sehingga dapat melakukan mujizat, tetapi Tuhan Yesus mengajar dan menyatakan bahwa itu tidak cukup. Ia ingin membawa Nikodemus ke dalam pengertian yang paling dalam tentang Kerajaan Allah. Dan untuk itu ia harus dilahirkan kembali. Kiranya hal ini juga terjadi atas setiap kita. Amin.