Kebaktian Kebangunan Rohani dan kebangunan rohani adalah dua hal yang berbeda. Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) adalah kebaktian yang ditujukan dengan satu tujuan dan harapan terjadinya kebangunan rohani. Tetapi banyak sekali Kebaktian Kebangunan Rohani yang terjadi begitu heboh, begitu spektakuler, namun setelah selesai, tidak terjadi kebangunan rohani yang memadai, bahkan tidak terjadi kebangunan rohani sama sekali pada diri orang-orang yang hadir dan sekelilingnya. Sebaliknya, terkadang kebangunan rohani itu tiba pada satu gereja, satu kelompok orang, satu bangsa tanpa diminta, tanpa diharapkan, dan tanpa direncanakan. Maka kita bertanya satu pertanyaan, “Apakah kebangunan rohani merupakan rencana dan keinginan manusia, atau merupakan karunia dan persiapan dari Tuhan Allah sendiri?” Kalau merupakan rencana manusia, kita tentu boleh merumuskan cara mengorganisir, mempersiapkan, membuat suatu rumusan untuk terjadi kebangunan rohani yang dimimpikan manusia. Jika jawabannya adalah “mungkin”, maka kita boleh mendirikan sebuah seminari yang disebut sebagai seminari kebangunan rohani untuk melatih, merencanakan, mendidik, mengorganisir KKR-KKR dengan menggunakan prinsip-prinsip dan rumusan yang telah ditetapkan. Akhirnya KKR itu pasti sukses mencapai kebangunan rohani dalam diri orang-orang yang hadir. Jika kebangunan rohani tidak mungkin diupayakan manusia, maka pertanyaan lainnya adalah, “Buat apa merencanakan KKR kalau itu bukan sesuatu yang mungkin direncanakan oleh manusia?”
Rencana Siapa?
Bisakah atau haruskah kebangunan rohani direncanakan? Ataukah kebangunan rohani itu suatu kiriman berkat yang mendadak atau di luar dugaan manusia dan diberikan oleh Tuhan? Kedua hal ini memang saling bertentangan, sehingga kalau secara ekstrim kita menerima yang satu, kita akan melalaikan tugas yang lain. Misalnya kita percaya kebangunan rohani datang mendadak dari Tuhan, lalu kita sama sekali tidak siap. Ini tidak bisa. Tetapi kalau kita siap tetapi tidak bersandar pada Tuhan, menganggap diri hebat, maka Tuhan akan membiarkan kita. Akhirnya semua menjadi kosong, supaya membuktikan bahwa yang kita kerjakan tidak berfungsi apa-apa.
Saya menunjukkan satu prinsip Alkitab yang tidak disadari banyak gereja karena gereja jatuh ke dalam cara manajemen dan administrasi yang diturunkan oleh gereja Barat. Segala sesuatu direncanakan dengan rapi dan dikerjakan dengan baik, lalu sesudah itu mulai sombong dengan melihat semua sebagai kesuksesan dan kehebatan manusia.
Ada dua ayat Alkitab yang saling bersahutan dari dua pasal berbeda. Yang pertama mengatakan, “Engkau melakukan banyak rencana hingga lelah” (Yesaya 47:13)[1]. Dan ayat kedua mengatakan, “Tuhan berkata, ‘Aku mengerjakan mendadak dan terjadilah’” (Yesaya 48:3b)[2]. Kedua ayat ini sebenarnya harus dilihat secara organis dan integratif. Dari dua ayat ini kita melihat kedaulatan Allah. Kita melihat bagaimana Allah mengerjakan sesuatu dengan bijaksana-Nya, sementara kita mengerjakan sesuatu dengan susah payah. Betapa manusia sangat terbatas, sehingga kita harus selalu bersandar pada Allah. Tuhan adalah penguasa sejarah. Pada saat-saat tertentu Tuhan mengirimkan kebangunan bagi manusia. Pada waktu kebangunan dikirimkan, jangan kita menganggapnya sebagai jasa atau rencana manusia, melainkan semata-mata merupakan anugerah Tuhan yang Tuhan turunkan atas kehendak-Nya sendiri. Saya mengharapkan Gerakan Reformed Injili merupakan satu persiapan datangnya kebangunan sejati yang akan datang. Jika memang demikian, marilah kita bersatu, bersehati, untuk tidak melihat ke belakang, tidak menoleh ke kanan atau ke kiri, mari kita tidak menghiraukan untung rugi diri sendiri, tetapi dengan sehati berkata kepada Tuhan, “Tuhan Allah, aku mau bergabung, aku mau berbagian di dalamnya, dan aku mau menaati setiap langkah yang Engkau pimpin.”
Kebenaran Kebangunan Rohani
Dari komitmen itu, barulah kita mau mengetahui kebenaran kebangunan rohani itu meliputi apa. Saya melihat hal ini melalui salah satu sifat Tuhan, satu pekerjaan Tuhan yang hampir tidak disinggung banyak orang. Pendekatan ini saya sebut sebagai Organic Theology. Banyak orang Kristen yang sudah mengetahui Mazmur 23, bahkan banyak yang sudah menghafalkannya. Kita seringkali membaca ayat ini berulang-ulang. “Allah menyegarkan jiwa saya, Ia menuntun aku di jalan yang benar oleh karena nama-Nya.”[3] Dia membangunkan aku dari tidur lalu membimbing aku kembali ke jalan yang benar. Inilah semangat Gerakan Reformed. Gerakan Reformed berarti kembali kepada yang benar. Gerakan Reformed berarti berhenti sesat, berhenti salah, berhenti menyeleweng, berhenti menyimpang, dan mau kembali kepada yang benar, kembali kepada jalur yang arahnya ditetapkan oleh Tuhan. Gerakan Reformed mau kembali, pertama, demi nama Tuhan yang Kudus. Bukan karena jasa kita, bukan kehebatan kita, bukan kelayakan kita, tetapi karena nama Tuhan. Tuhan begitu menghargai nama-Nya sendiri, Tuhan begitu mengasihi nama-Nya sendiri, Tuhan tidak mau nama-Nya dicemarkan di hadapan orang kafir, maka Dia mengerjakan kebangunan di dalam diri kita. Kalau gereja sudah menyeleweng, kalau orang Kristen sudah rusak, maka yang rusak bukan hanya Saudara atau gereja, tetapi yang dirusak adalah nama Tuhan. Berapa banyak gereja sudah mempermalukan nama Tuhan? Berapa banyak pendeta mempermalukan nama Tuhan? Berapa banyak orang Kristen menghancurkan hati Tuhan? Berapa banyak orang Kristen lama yang membiarkan orang kafir menghujat Tuhan, karena mereka melihat kehidupan kita yang tidak beres? Bangun! Kita semua harus dibangun! Maukah Saudara dibangun? Bagaimana kita bisa dibangun? Mengapa kita harus dibangunkan? Di sini kita melihat relasi antara “dibangunkan, sehingga kita mengerti dan kembali ke jalan yang benar,” dengan kehidupan kita dan kaitannya dengan nama Tuhan yang begitu mulia.
Anda dan saya hanyalah orang yang bisa mati, tetapi nama Allah yang abadi tidak boleh dipermalukan! Kita seringkali tidak menghiraukan masalah ini. Kita telah berulang kali mempermalukan nama Tuhan dan tidak mau bertobat! Tuhan berkata, “Demi nama-Ku, Aku membangunkan engkau!” Berkali-kali Alkitab berkata, “Hai engkau yang tertidur, bangunlah!” Saudara harus dibangunkan. Jikalau Saudara tidak bangun, maka semua yang Saudara impikan akan dianggap sebagai fakta, dan mimpi akan dianggap sebagai realita. Orang yang tidak bangun, hidupnya berada di dalam mimpi, bukan realita sesungguhnya. Ada dua macam gereja. Satu macam gereja melihat jelas apa yang Tuhan mau. Pada saat gereja seperti ini bekerja, ia akan dilawan oleh orang-orang yang tidak melihat apa yang Tuhan mau. Yang kedua adalah gereja yang hanya melihat apa yang dunia perlu. Inilah konflik di antara kedua jenis gereja. Dan jika kita menyadari, semua konflik yang terjadi di dalam gereja adalah konflik antara dua arah ini. Sebagian orang Kristen melihat dan menyadari apa yang menjadi rencana Tuhan dalam kedaulatan-Nya yang mutlak; lalu mereka mendedikasikan diri, menyerahkan diri untuk taat melakukan dan menggenapkan apa yang Tuhan inginkan. Sebagian orang Kristen lainnya sibuk mau menyelesaikan kesulitan dan problema hidupnya dengan cara mereka sendiri. Mereka hidup di dalam mimpi mereka dan membicarakan dengan semangat mimpi-mimpi itu. Orang-orang ini akan menuduh orang-orang yang menjalankan kehendak Tuhan sebagai orang yang bermimpi. Ketika Tuhan membangunkan umat-Nya, demi nama-Nya, itulah yang kita kenal sebagai kebangunan rohani. Kebangunan rohani sejati berarti Tuhan membangunkan umat-Nya lalu membawa kita semua kembali ke jalan-Nya yang benar, demi nama-Nya. Dengan demikian, kebangunan harus berasal dari Tuhan sendiri, kebangunan adalah demi memuliakan nama Tuhan sendiri. Kebangunan membawa kita kepada kebenaran sejati dan kebangunan akan dipimpin oleh Tuhan sendiri. Amin.
Endnotes
[1] Kutipan merupakan terjemahan langsung dari Alkitab bahasa Mandarin
[2] Kutipan merupakan terjemahan langsung dari Alkitab bahasa Mandarin
[3] Dalam terjemahan lain disebut “di dalam nama-Nya sendiri,” sebagai suatu gambaran bahwa semua itu dikaitkan dengan kredibilitas dan akuntabilitas Allah sendiri sebagai Allah yang layak disandari.