Pada artikel sebelumnya, kita telah membahas bahwa setiap agama memiliki kesamaan dalam hal mode atau cara bagaimana wahyu dapat sampai kepada manusia.[1] Pada artikel ini, kita akan melihat pandangan kekristenan melalui sudut pandang Bavinck dalam kaitannya dengan mode wahyu dan bagaimana setiap mode ini akan berpuncak di dalam Kristus.[2]
Theofani atau Manifestasi
Alkitab mengajarkan kepada kita bahwa Allah bukan hanya jauh di sana tetapi juga dekat di sini. Allah berulang kali menampakkan diri-Nya melalui mimpi (Kej. 20:3), penglihatan para nabi (Luk. 2:9), tiang awan, tiang api, dan asap (Kej. 15:17; Kel. 3:2), di Kemah Pertemuan (Kel. 33:9), dan di Ruang Mahakudus (Kel. 25:8). Penampakan Allah melalui tanda-tanda yang bersifat impersonal ini bukan berarti Allah bersifat jasmaniah. Penampakan ini lebih merupakan sebuah simbol atau tanda yang dapat diterima oleh indra manusia yang melaluinya kehadiran Allah dapat diketahui. Penampakan ini juga bukan berarti tanda-tanda ini merupakan emanasi (pancaran) dari diri Allah, melainkan merupakan kehadiran Allah yang menyatakan diri-Nya dalam bentuk-bentuk yang dapat dipahami oleh ciptaan-Nya.
Allah juga menampakkan diri-Nya melalui wujud yang bersifat personal. Allah mengirim para malaikat-Nya ke bumi untuk memberitahukan firman dan kehendak-Nya (Kej. 18; 28:12; Yoh. 1:51; Mat. 4:6; Mat. 26:53). Di antara para malaikat yang diutus ini, Malaikat TUHAN menempati posisi yang khusus. Malaikat TUHAN ini bukanlah malaikat yang diciptakan, tetapi wahyu yang bersifat pribadi dan penampakan Allah yang sejati. Malaikat TUHAN ini berbeda dari Allah (Kel. 23:20-23; Yes. 63:8-9), tetapi juga satu dan setara dengan Allah dalam nama (Kej. 16:13; 31:13), dalam kuasa (Kej. 16:10-11; 21:18), dalam penebusan dan berkat (Kej. 48:16; Kel. 3:8), serta dalam penyembahan dan penghormatan (Kej. 18:3; 22:12; Kel. 23:21). Setelah penebusan dari Mesir, Malaikat TUHAN ini tidak lagi muncul; Allah sekarang berdiam di antara umat-Nya di dalam bait Allah (1Raj. 8:10; 2Taw. 7:1; Mzm. 68:17). Namun, theofani ini tidak sempurna. Allah tidak tinggal dalam kuil buatan tangan manusia (1Raj. 8:27; Yer. 7:4; Mi. 3:11; Kis. 7:48; 17:24). Imam Besar diizinkan memasuki Ruang Mahakudus hanya sekali setiap tahun. Dalam Perjanjian Lama, theofani belum mencapai akhir dan tujuannya. Karena alasan inilah, kedatangan Allah yang lebih mulia diharapkan oleh umat-Nya, dengan tujuan penebusan dan penghakiman (Mzm. 50:3; 96:13; Yes. 2:21).
Theofani mencapai puncaknya di dalam Kristus. Dia adalah Imanuel, Allah beserta kita; di dalam Kristuslah Allah dinyatakan sepenuhnya dan diberikan sepenuhnya (Mat. 11:27; Yoh. 1:14; 14:9; Kol. 1:15; 2:19; dll.). Oleh Dia dan Roh Kudus yang diutus-Nya, kehadiran Allah di antara umat-Nya sekarang menjadi kenyataan rohani yang sejati (Yoh. 14:23; Rm. 8:9, 11; 2Kor. 6:16). Komunitas orang percaya sekarang adalah rumah Allah, bait Roh Kudus (Mat. 18:20; 1Kor. 3:16; 6:19; Ef. 2:21). Namun, bahkan berdiamnya Allah di dalam gereja Kristus ini tetap belum final dan bukan yang tertinggi. Realisasi penuh theofani ada di Yerusalem Baru. Di sana Allah akan bersama dengan umat-Nya; Allah akan tinggal di antara mereka; orang-orang percaya akan menjadi umat-Nya dan Allah sendiri akan menyertai mereka dan menjadi Allah mereka.
Komunikasi/Nubuat/Prediksi
Allah menyatakan keinginan dan kehendak-Nya melalui berbagai cara. Allah dapat berbicara dengan suara manusia dan dalam bahasa manusia (Kej. 2:16; Bil. 7:89; Mat. 3:17; Yoh. 12:28-29). Allah juga dapat berbicara melalui mimpi (Bil. 12:6; Ul. 13:1-6; 1Sam. 28:6, 15). Allah juga dapat berbicara melalui penglihatan. Penglihatan-penglihatan ini bersifat objektif dan subjektif (subjektif di sini bukan dalam pengertian penglihatan ini merupakan hasil dari kreativitas dan pikiran para nabi itu sendiri). Allah juga dapat menyatakan kehendak-Nya meskipun tanpa terjadi penglihatan apa pun (Yes. 1:1; 2:1; Ams. 1:1; Hab. 1:1; 2:1; 1Sam. 3:15; Ob. 1; Nah. 1:1; dll.). Inilah yang biasa disebut sebagai penerangan batin (interior illumination). Di sini Alkitab mengajarkan bahwa para nabi berbicara tidak hanya dengan pertolongan kuasa Roh Kudus tetapi juga dari Roh Kudus, yang berarti bahwa nubuat mereka berasal dari Roh yang ada di dalam diri mereka.
Perjanjian Baru memberikan penegasan yang sama, yaitu bahwa para nabi di Perjanjian Lama berbicara dari dan oleh Roh Kudus (Kis. 28:25; 1Ptr. 1:11; 2Ptr. 1:21). Namun terdapat perbedaan dalam cara Roh Kudus menyampaikan wahyu di Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama, Roh Kudus turun dari atas dan berdiam di dalam diri seseorang selama waktu tertentu. Para nabi bersifat lebih pasif, dan Roh nubuat belum menjadi milik mereka secara permanen; masih ada pemisahan dan jarak di antara keduanya. Inilah sebabnya mengapa ada penantian dan pengharapan akan seorang nabi yang kepadanya Roh Allah akan berdiam (Ul. 18:18; Yes. 11:2; 61:1); ini merupakan penggenapan dari keinginan Musa agar semua umat Allah menjadi nabi (Bil. 11:29). Dan ini merujuk kepada saat ketika Roh Allah berdiam di dalam semua anak-anak Allah (Yes. 32:15; 44:3; 59:21; Yl. 2:28; Yeh. 11:19; 36:27; 39:29).
Dalam Perjanjian Baru, nabi yang tertinggi, yang unik, dan yang sejati muncul. Sebagai Logos, Dia adalah pernyataan Allah yang penuh dan lengkap (Yoh. 1:1, 18; 14:9; 17:6; Kol. 2:9). Dia tidak menerima wahyu dari atas atau dari luar diri-Nya; Dia adalah sumber wahyu itu sendiri. Roh Kudus tidak turun ke atas Dia, tetapi berdiam di dalam Dia tanpa batas (Yoh. 3:34). Dari Roh itu Dia dikandung; oleh Roh itu Dia berbicara, bertindak, hidup, dan mati (Mat. 3:16; 12:28; Luk. 1:17; 2:27; 4:1, 14, 18; Rm. 1:4; Ibr. 9:14). Dia kemudian memberikan Roh itu kepada murid-murid-Nya, bukan hanya sebagai Roh kelahiran kembali dan pengudusan, tetapi juga sebagai Roh pernyataan dan iluminasi (Mrk. 13:11; Luk. 12:12; Yoh. 14:17; 15:26; 16:13; 20:22; Kis. 2:4; 6:10; 8:29; 10:19; 11:12; 13:2; 18:5; 21:4; 1Kor. 2:12f.; 12:7-11). Sekarang, semua orang percaya memiliki urapan Roh (1Yoh. 2:20) dan diajar langsung oleh Allah (Mat. 11:25-27; Yoh. 6:45). Seluruh orang percaya adalah nabi yang mewartakan keagungan Allah (Kis. 2:17; 1Ptr. 2:9). Nubuat sebagai karunia khusus akan berlalu (1Kor. 13:8). Di Yerusalem baru, nama Tuhan akan tertulis di dahi setiap orang percaya, dan kebohongan akan sepenuhnya disingkirkan (Why. 21:27; 22:4, 15).
Mujizat
Sebagaimana manusia dapat dikenal bukan hanya melalui penampilan dan perkataannya, tetapi juga melalui perbuatannya, demikian halnya Allah tidak hanya menyatakan diri-Nya melalui perkataan-Nya, tetapi juga melalui perbuatan-Nya. Perkataan dan perbuatan berhubungan erat. Firman Tuhan adalah tindakan (Mzm. 33:9), dan aktivitas-Nya adalah firman atau ucapan (Mzm. 19:2; 29:3; Yes. 28:26). Perkataan dan perbuatan saling mengiringi, baik dalam penciptaan maupun penciptaan kembali. Perkataan menuntut perbuatan, dan tindakan Allah menyelesaikan nubuat-Nya.
Karya dan pekerjaan Allah ini pertama-tama dapat kita amati dalam penciptaan dan pemeliharaan-Nya. Dalam Alkitab, karya Allah sering disebut sebagai mujizat atau keajaiban (Mzm. 77:13; 97:3; 98:1; 107:24; 139:14). Namun, ini tidak berarti bahwa Alkitab tidak membuat perbedaan antara tatanan alam yang biasa dan perbuatan-perbuatan Allah yang luar biasa. Terdapat suatu tatanan alam yang stabil, yang berlaku untuk langit dan bumi, yang didasarkan dengan kuat oleh kehendak Allah (Kej. 1:26, 28; 8:22; Mzm. 104:5, 9; 119:90-91; 148:6; Pkh. 1:10; Yer. 5:24; 33:20, 25). Perjanjian Baru membuat perbedaan yang jelas antara keduanya (Mat. 8:27; 9:5, 24, 33; 13:54; Luk. 5:9; 7:16; 8:53; Yoh. 3:2; 9:32). Mujizat adalah sesuatu yang baru, yang belum pernah dilihat sebelumnya (Kel. 34:10; Bil. 16:30). Fakta-fakta yang dilaporkan dalam Alkitab sebagai mujizat masih dianggap demikian oleh kita yang ada di zaman sekarang.
Namun karya dan pekerjaan ini muncul secara khusus dan terutama dalam sejarah umat Allah dengan berbagai alasan. Terkadang untuk menghukum orang jahat (Kej. 6, 11, 19; Im. 10:1; Bil. 14:21; Mat. 8:32; 21:19; Kis. 13:11), untuk menyelamatkan dan menebus umat Allah, untuk membawa keselamatan dan penyembuhan, seperti malapetaka di Mesir, perjalanan melalui Laut Merah, keajaiban di padang gurun, dan penyembuhan yang dilakukan oleh Yesus. Karya ini juga sering bertujuan (baik secara langsung maupun tidak langsung) untuk menegaskan misi para nabi dan kebenaran kata-kata mereka (Kel. 4:1-9; 1Sam. 12:6; Mat. 14:33; Luk. 5:24). Nubuat dan mujizat berjalan bersama-sama.
Namun seluruh mujizat Perjanjian Lama ini tidak memperbarui natur manusia. Tentu saja mujizat-mujizat ini memiliki dampak tertentu. Mujizat ini silih berganti menegur dan memberkati umat manusia, menjaga agar manusia tidak merusak dirinya sendiri. Di Israel, mujizat ini menciptakan suatu umat yang istimewa, menebusnya dari perbudakan Mesir, menjaganya agar tidak bercampur dengan para penyembah berhala, dan melindungi umat Allah dari kekuatan alam yang menindas. Tetapi seluruh mujizat ini bersifat sesaat dan insidental; efeknya kian lama kian berkurang dan akhirnya dilupakan. Kehidupan kembali berjalan seperti biasanya. Kemudian nubuat kembali datang dan menyatakan bahwa Israel tidak boleh mengikuti kehidupan naturalistis para penyembah berhala. Allah akan kembali datang kepada umat-Nya dalam kemuliaan yang lebih besar. Allah tidak akan melupakan perjanjian-Nya karena janji-Nya bersifat kekal (Mzm. 89:1-5; Yes. 54:10). Dengan kedatangan Allah, era yang lama beralih ke era yang baru. Inilah titik balik dalam sejarah dunia, yang disebut Hari Tuhan (יהוה) di mana Dia akan menyatakan kemuliaan-Nya dan menunjukkan kekuatan-Nya yang ajaib. Penghakiman akan datang atas orang-orang fasik (Yes. 24:16 dst.) tetapi juga akan memurnikan dan membebaskan orang-orang percaya. Allah akan menyelamatkan umat-Nya melalui mujizat-Nya (Yes. 9:3; 10:24 dst.; 11:15 dst.; 43:16-21; 52:10; 62:8). Dia melakukan sesuatu yang baru di bumi (Yes. 43:19); sekali lagi, Allah akan membawa Israel kembali dari kematian (Yeh. 37:12-14). Israel akan menjadi penerima pengampunan dosa, kekudusan, dan perjanjian baru (Yes. 43:25; 44:21-23; Yeh. 36:25-28; Yer. 31:31 dst.; Zak. 14:20-21), sekaligus penerima perdamaian, keamanan, dan kemakmuran. Bahkan alam akan berubah menjadi firdaus (Yl. 3:18; Yer. 31:6, 12-14; Yes. 11:6-8; 65:25; Yeh. 34:29; Zak. 8:12). Langit baru dan bumi baru sedang dalam perjalanan, dan hal-hal yang lama tidak akan diingat lagi (Yes. 65:17; 66:22).
Hari Tuhan ini, aeon yang akan datang ini, menurut Alkitab, telah terbit di Perjanjian Baru. Kedatangan Kristus adalah titik balik sejarah. Yesus datang dengan melakukan banyak mujizat. Kristus sendiri adalah mujizat yang paling luar biasa: Dia turun dari atas, Allah sejati, namun juga manusia yang sejati. Di dalam Dia, secara prinsip, ciptaan telah dipulihkan, dan sekali lagi dibangkitkan dari kejatuhannya menuju kejayaan. Mujizat-mujizat-Nya adalah tanda kehadiran Tuhan dan bukti era mesianik (Mat. 11:3-5; 12:28; Luk. 13:16). Di dalam Kristus terpancar kuasa Ilahi yang lebih kuat dari semua kuasa dosa yang merusak. Kuasa dosa dihancurkan oleh Kristus, bukan hanya bagian pinggirnya dengan menyembuhkan penyakit dan melakukan segala macam mujizat, tetapi menyerang dan menghancurkan bagian intinya. Inkarnasi dan kesempurnaan karya-Nya, kebangkitan dan kenaikan-Nya adalah karya penebusan Allah yang besar. Pribadi dan karya Kristus adalah wahyu Allah yang utama; semua wahyu lainnya dikelompokkan di sekitar wahyu utama ini. Setelah kepergian Yesus, mujizat terus berlanjut dalam diri para murid (Mat. 10; Mrk. 16:18; Luk. 8). Banyak mujizat diceritakan, tidak hanya dalam Kisah Para Rasul (2:43; 3:5; 5:12-16; 6:8; 8:6-7, 13; 9:34, 40; 13:11; 14:3; 16:18; 19:11; 20:10; 28:5, 8), tetapi Paulus juga memberikan kesaksian tentang kuasa para rasul yang melakukan mujizat ini (Rm. 15:18-19; 1Kor. 12:9-10; 2Kor 12:12; Gal. 3:5; Ibr. 2:4). Untuk sementara waktu kuasa ini terus bekerja di dalam gereja juga. Tetapi, mujizat ini berhenti ketika kekristenan didirikan dan gereja menjadi objek di mana Allah memuliakan mujizat anugerah-Nya.[3] Sekarang Allah memanifestasikan kuasa dan kemuliaan-Nya melalui mujizat rohani.[4] Namun Kitab Suci menunjuk ke masa depan di mana mujizat akan terjadi lagi. Masa yang akan datang akhirnya mencapai puncaknya di langit baru dan bumi baru di mana kebenaran berdiam. Maka mujizat akan menjadi hal-hal yang natural. Apa yang seharusnya dan apa yang terjadi akan menjadi sama. Kerajaan Allah dan kerajaan dunia kemudian akan menjadi satu (Why. 21-22).
Marthin Rynaldo
Pemuda FIRES
Pustaka:
[1] Baca Artikel PILLAR No. 228: Mei 2022 “Bavinck on Revelation (7): Wahyu Khusus (1)”.
[2] Bavinck, Herman. Reformed Dogmatics Vol. 1: Prolegomena. Grand Rapids (USA): Baker Publishing Group.
[3] Augustine, City of God, XXII, 8; idem, The Advantage of Believing, XVI; idem, On True Religion, XXV.
[4] According to Luther. See J. Köstlin, The Theology of Luther, trans. and ed. Charles E. Hay, 2 vols. (Philadelphia: Lutheran Publication Society, 1897), II, 526ff., 571ff.; J. H. Scholten, De Leer der Hervormde Kerk, 2nd ed., 2 vols. (Leyden: P. Engels, 1850–57), I, 143.