Taurat TUHAN itu sempurna, menyegarkan jiwa; peraturan TUHAN itu teguh, memberikan hikmat kepada orang yang tak berpengalaman. (Mzm. 19:7)
Definisi
Selama tahun 2022, Buletin PILLAR akan membahas tema besar mengenai wahyu (revelation). Ini merupakan suatu tema
besar yang mencakup banyak aspek. Pdt. Stephen Tong sendiri pernah membahas
tema ini dalam beberapa Seminar Pembinaan Iman Kristen (misal: Iman dan Wahyu,
Iman dan Pewahyu, Wahyu dan Alkitab). Selama tahun ini, penulis akan menulis beberapa artikel untuk mengupas tema
besar ini. Semoga rangkaian artikel ini
bisa menjadi berkat bagi pembaca Buletin PILLAR, dan pembaca dapat mengaitkan konsep wahyu dalam kehidupan kita sehari-hari.
Penulis akan mulai dari definisi/pengertian singkat mengenai wahyu. Sebagai langkah awal, penulis mengutip penjelasan yang baik dari R. C. Sproul: wahyu adalah inisiatif Allah untuk membuka dan menyatakan diri-Nya (God’s taking the initiative to unveil and reveal Himself). Dalam pembahasan-pembahasan berikutnya, akan dijelaskan lebih jauh mengenai jenis dan contoh dari wahyu Allah. Hal ini nanti akan dibagi dalam dua aspek besar, yakni wahyu umum (general revelation) dan wahyu khusus (special revelation).
Dalam zaman di mana arus sekularisme dan teknologi begitu deras, bagi penulis, pemahaman akan konsep wahyu adalah suatu hal yang ajaib dan luar biasa. Dengan mengerti dan menghidupi konsep wahyu, minimal ada beberapa hal yang perlu kita sadari dan pegang:
Allah adalah Allah yang berada (bukan tidak berada) dan cukup dalam diri-Nya;
Allah yang berada adalah Allah yang mencipta dan berelasi dengan ciptaan-Nya, secara khusus manusia yang adalah gambar dan rupa Allah;
Allah yang berelasi dengan manusia, berelasi dengan cara berkomunikasi dan menyatakan kehendak-Nya; dan
dengan memahami kehendak Allah, manusia mampu mengenal Allah dan hidup sedemikian rupa agar berkenan di hadapan Allah dan menyenangkan-Nya.
Poin-poin ini terdengar sederhana dan lumrah bagi orang Kristen. Namun dalam pengalaman hidup penulis dalam aspek studi, profesional, dan pelayanan, ternyata poin-poin ini tidak bisa kita anggap enteng dan lumrah. Masih sangat banyak orang yang bergumul dan mempertanyakan poin-poin tersebut. Setiap aspek dari poin ini juga akan berdampak sangat signifikan dalam hidup seseorang dan bagaimana dia membuat keputusan. Bagi penulis pribadi, ini juga menjadi dorongan bagi para pembaca Buletin PILLAR untuk makin sabar dan tekun dalam melayani sesama. Sekaligus juga mendorong agar pembaca makin mensyukuri setiap anugerah, pengenalan, dan pengertian yang sudah Allah berikan kepada kita.
Allah yang Berbicara
Penulis sangat berharap pembahasan mengenai wahyu bukan sekadar menjadi pembahasan teoretis, akademis yang mati, atau konsep yang mengawang. Meskipun tentu saja pembahasan mengenai wahyu bisa sangat kaya dan mendalam, baik itu dari sisi theologi, sejarah, maupun filsafat. Penulis memiliki harapan sederhana agar pembaca Buletin PILLAR bisa makin mengenal dan mengasihi Allah yang sudah menyatakan isi hati-Nya kepada manusia, secara spesifik umat pilihan yang sudah Ia tebus.
Menurut penulis, pemahaman bahwa Allah mau berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia secara personal, ini adalah suatu keunikan dan kontribusi luar biasa dari kekristenan. Meskipun ada banyak agama di dunia, agama-agama biasanya melihat sosok allah/dewa sebagai sosok yang tinggi, misterius, mengerikan, dan jauh. Rudolf Otto, seorang theolog Lutheran dan filsuf terkemuka pernah melakukan riset mendalam terhadap berbagai agama. Ia melihat kesamaan dari banyak agama mengenai pengalaman teror/menakutkan ketika manusia berusaha berelasi dengan allah/dewa. Ia menggunakan istilah “mysterium tremendum”.
Alkitab sendiri menjelaskan bahwa Allah adalah Allah yang berbicara kepada umat-Nya dengan berbagai cara. Intensitas dan frekuensi Allah dalam menyatakan kehendak-Nya juga berbeda dari zaman ke zaman. Ada periode-periode di Perjanjian Lama ketika Allah sama sekali tidak berbicara, atau ketika nubuat sangat jarang. Cara Allah menyatakan kehendak-Nya juga bisa dalam beragam cara atau ekspresi, mulai dari mimpi, tanda, melalui perantaraan nabi, melalui dahsyatnya badai (misalkan dalam Kitab Ayub), dan tentu saja secara ultima melalui Pribadi Anak Allah yang berinkarnasi ke dalam dunia. Dalam artikel-artikel berikutnya, penulis juga akan membahas mengenai Alkitab sebagai wahyu Allah yang tertulis.
Aspek-Aspek Penting
Penulis percaya akan ada banyak artikel Buletin PILLAR yang membahas aspek-aspek penting mengenai tema wahyu. Dalam bagian ini, penulis sedikit membagikan aspek-aspek tersebut. Bagi pembaca Buletin PILLAR yang ingin menggali lebih jauh, biasanya struktur dari aspek-aspek ini bisa digali lebih dalam di buku-buku Theologi Sistematika, terutama dalam bagian/bab mengenai wahyu.
Aspek pertama yang biasanya kerap dibahas adalah pembagian kategori dari wahyu, yakni, wahyu umum (general revelation) dan wahyu khusus (special revelation). Wahyu umum adalah wahyu yang Allah nyatakan kepada semua manusia, baik kepada umat pilihan maupun bukan pilihan. Contoh wahyu umum adalah ciptaan dan hati nurani. Wahyu khusus adalah wahyu yang Allah nyatakan secara khusus kepada umat pilihan, terutama mengenai rencana keselamatan Allah atas manusia. Contoh dari wahyu khusus adalah Pribadi Kristus yang berinkarnasi, dan juga Alkitab sebagai wahyu Allah yang tertulis.
Aspek kedua yang biasanya digali adalah mengenai karakteristik wahyu khusus yang tertulis, yakni Alkitab. Dalam bahasa Inggris, karakteristik-karakteristik tersebut biasanya dirangkum sebagai berikut: authority, clarity, necessity, unity, efficacy, sufficiency. Pembahasan ini sangat penting sebab Alkitab seharusnya menjadi dasar hidup orang Kristen dan kehidupan bergereja. Cara kita melihat, menghargai, menghayati, dan menghidupi Alkitab perlu dimulai dengan mengenal Alkitab itu sendiri secara tepat.
Aspek ketiga biasanya adalah kaitan antara wahyu dan konteks zaman, terutama mengenai sanggahan, keberatan, tantangan, dan kesulitan yang ada. Biasanya pembahasan ini akan dikaitkan dengan topik inerrancy dan infallibility dari Alkitab. Dalam konteks zaman ini, beberapa tantangan mencakup aspek-aspek berikut:
anggapan bahwa tulisan (termasuk Alkitab) dapat ditafsirkan dengan berbagai cara, terutama yang cenderung tidak bertanggung jawab dan lepas dari konteks;
keraguan akan historisitas dari tulisan dan penulis (misalkan saja Musa dalam konteks kitab Taurat);
konteks zaman modern dan teknologi yang menganggap bahwa Alkitab sudah “usang” dan tidak lagi relevan;
keraguan akan “keaslian” Alkitab, terutama ketika diturunkan atau disalin ulang dari zaman ke zaman; dan
keengganan untuk membaca medium tulisan (termasuk Alkitab), dibandingkan dengan gambar atau video.
Penutup
Sebagai penutup, penulis ingin sedikit berbagi perjalanan kehidupan kerohanian dari penulis. Dalam membaca, merenungkan, dan memercayai Alkitab, penulis pernah mengalami berbagai fase. Ada momen-momen ketika penulis begitu yakin akan keabsahan Alkitab dan pengalaman membaca Alkitab begitu indah dan manis. Ada masa-masa ketika penulis agak ragu, bimbang, dan dipenuhi berbagai pertanyaan. Ada periode ketika penulis membaca Alkitab dengan merenungkan 1-2 ayat selama berbulan-bulan. Ada juga fase ketika penulis begitu semangat untuk menggali dan melihat keterkaitan akan kitab dan pasal secara ekstensif. Melewati berbagai konteks dan pembentukan ini, penulis selalu diingatkan oleh kalimat Petrus kepada Yesus di Yohanes 6, yang penulis rasa juga mewakili umat percaya di seluruh dunia: “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal; dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.”
Teach me Thy way, O Lord,
Teach me Thy way;
Thy gracious aid afford,
Teach me Thy way.
Help me to walk aright;
More by faith, less by sight;
Lead me with heav’nly light,
Teach me Thy way.
(Teach Me Thy Way, Benjamin Mansell Ramsey)
Juan Intan Kanggrawan
Redaksi Bahasa PILLAR
Rekomendasi singkat beberapa bacaan mengenai topik wahyu:
Reformed Systematic Theology Volume 1 (Revelation and God), Joel Beeke & Paul Smalley.
God-Centered Biblical Interpretation, Vern Poythress.
The Doctrine of Scripture, Cornelius Van Til.
The Philosophy of Revelation, Herman Bavinck.
Knowing Scripture, R. C. Sproul.