Banyak orang senang makan ayam goreng. Namun, tidak semua ayam goreng sama. Mengapa hanya ada satu KFC? Meski ada banyak yang menjual ayam goreng, mengapa tidak ada yang dapat meniru ayam goreng KFC? Konon, KFC memiliki resep ayam goreng rahasia yang dijaga begitu ketat dan rapat. Selama ini sudah banyak kompetitor berusaha mencari resep rahasia tersebut dan gagal.[1] Resep rahasia ini merupakan harta pusaka KFC yang menjadi dasar dari seluruh bisnisnya.
Bagaimanakah dengan Gereja? Apakah yang menjadi harta pusaka Gereja? Apakah yang menjadikan Gereja berkembang? Apakah yang menyebabkan Gereja dapat bertahan di tengah dunia yang jahat ini?
Pendiri Gerakan Reformed Injili, Pdt. Stephen Tong, menegaskan, “Gereja menang bukan karena kaya, atau karena memiliki banyak harta. Gereja menang karena Gereja memiliki sesuatu yang melebihi emas dan perak.”[2] Sebagian orang mengharapkan perpuluhan meningkat dan gerejanya memiliki gedung yang megah. Uang yang banyak dapat digunakan untuk menjalankan banyak program pelayanan gerejawi yang mulia. Bangunan yang besar menjadi simbol kemuliaan kekristenan di hadapan agama lain. Namun, Pdt. Stephen Tong menegaskan bahwa semua itu bukanlah harta pusaka Gereja. Gereja dapat bertahan dalam dunia yang jahat bukan karena “emas dan perak”.
Lantas, karena apa? Pdt. Stephen Tong memberikan jawaban yang sangat penting: “Tidak peduli apakah Saudara Protestan, Pentakosta, Katolik, atau yang lainnya, asal Saudara tidak melepaskan satu nama: nama Yesus Kristus. Nama Kristus adalah pusaka dan harta yang terpenting dalam pelayanan kita masing-masing.”[3] Gereja yang am memiliki satu harta pusaka, yaitu Yesus Kristus. Setiap denominasi dan aliran memiliki harta pusaka yang sama, yakni Yesus Kristus. Hanya Yesus Kristus saja yang menjadikan Gereja berkembang dan memampukan Gereja bertahan di dalam dunia ini.
Harta pusaka Gereja bukanlah sekadar doktrin Kristus (baca: Kristologi), melainkan Yesus sendiri. Pdt. Stephen Tong pernah berkata, “Christianity is Christ (Kekristenan adalah Kristus).”[4] Kita tidak boleh menyarukan Kristus dan Kristologi. Formulasi Kristologi yang ortodoks, yang dirumuskan Bapa-bapa Gereja, adalah warisan yang penting. Ajaran mengenai Kristus yang salah dapat membahayakan iman kita (bdk. 2Yoh. 7). Namun, Kristologi yang ortodoks tidaklah cukup. Tanpa Yesus, Kristologi yang ortodoks adalah tulisan dan formula yang mati. Kita tidak cukup menghafalkan dan menggali doktrin Kristus yang benar, kita perlu bertemu dengan Yesus sendiri.
Dengan cara apa kita bertemu dengan Yesus? Tentu kita tidak bertemu Yesus muka dengan muka seperti para rasul dahulu karena Yesus berada di surga sekarang. Dalam Yohanes 20, diceritakan Tomas mendengar dari murid-murid lain bahwa Yesus telah bangkit. Namun, ia bersikeras tidak mau percaya kesaksian itu sampai ia sendiri mencucukkan jarinya ke dalam bekas luka Yesus. Minggu depannya, Yesus hadir dan menampakkan diri kepada Tomas. Yesus meladeni keinginan Tomas untuk “membuktikan” dengan panca indranya. Namun, pada saat yang bersamaan, Yesus menegur Tomas, “Jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah.” (Yoh. 20:27) Yesus menegur Tomas yang gagal memercayai kesaksian murid-murid lain mengenai kebangkitan-Nya. Segera Tomas tersungkur dan menyembah Yesus. Setelah itu Yesus mengatakan, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” (Yoh. 20:29b) Perkataan ini ditujukan bukan hanya kepada Tomas, melainkan juga kepada kita sebagai pembaca. Sang penulis Injil menegaskan, “Semua yang tercantum di sini telah dicatat, supaya kamu percaya, bahwa Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam nama-Nya.” (Yoh. 20:31) Dengan demikian, hari ini kita “bertemu” Yesus ketika kita beriman. Perjumpaan iman ini “lebih nyata” daripada perjumpaan fisik. Sebab, Yesus menyebut perjumpaan ini “berbahagia” (Yoh. 20:29b).
Jika Yesus adalah harta pusaka Gereja, perjumpaan iman dengan Yesus adalah sebuah keharusan. Setiap anggota Gereja perlu berjumpa dengan Yesus. Perjumpaan dengan Yesus tidak dapat direduksi menjadi hal-hal berikut: datang ke gereja, saat teduh, berdoa, menanggapi panggilan dalam KKR, memberikan persembahan dan perpuluhan, memiliki jabatan gerejawi, melakukan pelayanan, dan sebagainya. Banyak orang melakukan hal ini dan tidak bertemu dengan Yesus.
Pertanyaannya: Sudahkah kita berjumpa dengan Yesus?
Pdt. Stephen Tong mengingatkan bahwa harta pusaka Gereja adalah Yesus Kristus. Oleh sebab itu, Yesus Kristus jugalah yang perlu Gereja terus beritakan. Apa jadinya bila KFC hari ini memutuskan tidak lagi menjual ayam goreng dan hanya akan menjual bebek rebus? Saya yakin KFC akan bangkrut dengan cepat. Harta pusaka KFC adalah resep ayam goreng. Oleh sebab itu, ayam goreng jugalah yang akan mereka terus jual. Prof. Maarten Kater, yang baru-baru ini datang mengajar di STT Reformed Injili Internasional, mengatakan, “Beritakanlah pribadi Kristus lebih [banyak] daripada prinsip-prinsip jalan hidup Kristen.”[5] Kita tidak boleh menyarukan Yesus dengan prinsip hidup Kristen. Yesus bukanlah prinsip, melainkan Pribadi. Ia adalah Pribadi yang hidup. Tentu, orang Kristen perlu memahami prinsip hidup Kristen. Orang Kristen tidak boleh hidup sembarangan. Orang Kristen perlu meneladani Yesus. Namun, tanpa Yesus, prinsip-prinsip tersebut hanyalah prinsip moral yang mati dan membelenggu. Luther menegaskan bahwa Yesus adalah teladan, tetapi hanya setelah kita menerima dia sebagai karunia dari Allah bagi kita (a gift of God for us).[6] Hanya ketika kita melihat Yesus sebagai perwujudan cinta kasih Allah yang gratis bagi kita, barulah kita memiliki kerelaan hidup mengikut Dia. Orang Kristen rela hidup benar karena dicintai Yesus. Tanpa cinta dari Yesus, kita menjadi layu, mati, dan dibuang (Yoh. 15:4, 6). Oleh sebab itu, kita perlu hidup setiap saat, bukan hanya sekali seumur hidup, dalam cinta Yesus (Yoh. 15:9). Namun, dari manakah orang Kristen dapat senantiasa mendengar mengenai cinta dari Yesus kalau bukan dari pemberitaan mingguan Gereja?
Sebagai penutup, mari kita mendengarkan nasihat Pdt. Stephen Tong: “Tidak ada jalan lain, Gereja harus menjunjung tinggi Kristus. Gereja harus setia kepada Injil. Gereja harus memberitakan Yesus Kristus yang mati dan bangkit bagi orang berdosa.”[7]
Hans Tunggajaya
Mahasiswa STT Reformed Injili Internasional
[1] Jay Jones, “KFC Recipe Revealed? Tribune Shown Family Scrapbook with 11 Herbs and Spices.,” Chicago Tribune (blog), August 19, 2016, https://www.chicagotribune.com/2016/08/19/kfc-recipe-revealed-tribune-shown-family-scrapbook-with-11-herbs-and-spices/.
[2] Stephen Tong, Hati Yang Terbakar: Pelayan Yang Mencetuskan Gerakan Reformed Injili Dalam Masa Kini, Volume 5: Theologi Reformed Injili dan Pelayanan, vol. 5 (Surabaya: Momentum, 2007), 368.
[3] Tong, 5:369.
[4] Stephen Tong, “The Battle of the Ages (Bagian 1),” Buletin Pillar, January 3, 2007, https://www.buletinpillar.org/transkrip/the-battle-of-the-ages-bagian-1.
[5] M.J. Kater, “Blog: Prof. Kater in Jakarta: ‘Preek de persoon van Christus meer dan de principes van de christelijke levenswijze,’” Theologische Universiteit Apeldoorn, accessed February 15, 2024, https://www.tua.nl/nl/actueel/blog-prof-kater-in-jakarta-preek-de-persoon-van-christus-meer-dan-de-principes-van-de-christelijke-levenswijze.
[6] Martin Luther, “A Brief Instruction on What to Look for and Expect in the Gospels,” in Luther’s Works, Volume 35: Word and Sacrament I, ed. Jaroslav Pelikan and Helmut T. Lehmann, trans. E. Theodore Bachmann, American Edition, Luther’s Works (Minneapolis, MN: Fortress Press, 1960), 116.
[7] Tong, Hati Yang Terbakar: Pelayan Yang Mencetuskan Gerakan Reformed Injili Dalam Masa Kini, Volume 5: Theologi Reformed Injili dan Pelayanan, 5:377.