Jealous Love

Di ayat paling awal, Kitab Nahum diidentifikasikan sebagai kitab yang berisi ucapan Ilahi. Jika kita menemukan suatu kalimat di dalam Alkitab yang menuliskan tentang ucapan Ilahi, kalimat tersebut harus diartikan sebagai penggenapan nubuat historis dari nabi sebelumnya. Oleh sebab itu, Kitab Nahum juga akan menggenapi nubuat yang telah diucapkan oleh nabi sebelumnya. Jika kita membaca sejarah, kita bisa melihat bahwa Nabi Nahum hidup setelah Nabi Yunus. Hal ini menunjukkan bahwa Asyur, yang tadinya ditegur Nabi Yunus dan bertobat, kembali lagi ke dosa lamanya, dan kemungkinan lebih parah daripada sebelumnya. Niniwe adalah ibu kota dari Asyur di bawah kuasa Sennacherib, raja Asyur. Ia berambisi memperluas dan membesarkan Niniwe, dan memperbudak Israel dan hartanya untuk mewujudkan ambisinya itu. Kota yang menyembah Dewi Ishtar ini sedang dipersiapkan Sennacherib untuk menjadi kota paling besar dan kota paling sombong di seluruh dunia.

Nama Nahum sendiri berarti “comfort” atau penghiburan. Dalam Alkitab, nama seseorang membawa tujuan atau harapan dari sang pemberi nama. Banyak orang yang menganggap nama dan makna dari Nahum sangat cocok karena memberi penghiburan di tengah kondisi orang-orang yang hidup menderita di bawah perbudakan dan kuasa bangsa Asyur. Di sisi lain, Nahum sendiri berasal dari kota Elkosh. Elkosh dapat diartikan sebagai “God is severe”, Allah itu keras. Dengan demikian, kata “Nahum, orang Elkosh” membentuk suatu pendahuluan theologis bagi buku ini, yang menyatukan makna Allah yang memberi penghiburan yang menenangkan jiwa di tengah penderitaan dan Allah yang sekaligus keras terhadap pelanggaran akan dosa.

Setelah pendahuluan singkat, Nahum mulai dengan memberi tahu pembacanya bahwa TUHAN itu adalah Allah yang cemburu (Nah. 1:2). Pernyataan singkat ini mau mengingatkan kembali pembacanya bahwa Allah tidak akan mengizinkan umat-Nya menyembah allah lain. Celakanya, di zaman itu umat Allah justru sedang melakukan hal tersebut. Hal ini sudah terjadi sejak Raja Ahas memerintah. Ahas sudah diperingatkan oleh Yesaya untuk menguatkan imannya kepada Allah, tetapi Ahas tidak mendengar. Sebaliknya, Ahas meminta bantuan kepada Asyur untuk melepaskan Yehuda dari kejaran raja Aram dan raja Israel. Tindakan yang tidak beriman ini menyebabkan Yehuda berakhir tunduk menyembah kepada raja dan allah asing. Hal ini juga yang membawa Yehuda diperbudak oleh tirani brutal. Dalam beberapa kata, Nahum mengingatkan kembali akan perjanjian Allah dengan Yehuda, penolakan Yehuda terhadap perjanjian itu, penyerahan diri bangsa Yehuda kepada dewa-dewinya Asyur, dan konsekuensi yang datang dari Allah kepada mereka.

Selain kecemburuan Allah kepada Yehuda, Nahum 1:2 juga menyatakan salah satu kalimat yang paling tegas di Alkitab mengenai Allah yang akan membalaskan dendam. Bukan hanya sekali, tetapi tiga kali. Dalam bahasa Ibrani, orang Yahudi yang membaca kitab ini tahu bahwa pengulangan berarti penekanan. Dalam kasus yang langka, ada pesan yang diulang sampai tiga kali. Hal ini berarti pesan tersebut sangatlah penting. Misalnya dalam Yesaya 16:3, kata “suci” kepada Allah diulang sampai tiga kali.

Kita melihat kata Allah dan pembalasan diulang tiga kali dalam Nahum 1:2, Penekanan ini berarti Allah sudah berada pada puncak kesabaran-Nya dan sangat pasti akan membalaskan dendam. Banyak orang begitu anti dengan karakter Allah yang seperti ini, sehingga orang cenderung tidak suka membahas Allah yang bisa membalas dendam. Namun, kita tidak boleh mengabaikan atau menolak karakter apa pun dari Allah sebab “segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2Tim. 3:16). Kita membaca Alkitab untuk mengenal Allah dan Ia telah memperkenalkan diri-Nya kepada kita. Kita tidak akan mengenal Allah jika kita menolak deskripsi mengenai diri-Nya. Siapa pun yang tidak menerima Allah yang dideskripsikan melalui Alkitab tidak menyembah Allah yang ada di Alkitab. Orang-orang tersebut menyembah Allah yang dibuat oleh mereka sendiri. Yesaya mengatakan mereka “membentuk allah dan menuang patung yang tidak memberi faedah” (Yes. 44:10). Jadi apakah allah tersebut dibentuk dengan teknologi ataupun theologi, allah tersebut tetap bukan Allah yang sejati.

Beberapa orang mungkin berkata bahwa deskripsi Nahum ini hanya berbicara mengenai Allah Perjanjian Lama. Misalnya dalam Bilangan 31:17, Allah memerintahkan Israel untuk menyatakan penghakiman Allah dengan membunuh orang. Dalam Perjanjian Baru, Gereja sudah tidak memiliki otoritas untuk membunuh orang. Namun, Nahum berkata suatu hal yang persis dengan PB, yakni hanya Allah yang memiliki hak untuk membalaskan dendam. Jadi, kita bukan lagi membaca PL sebagai zaman pembalasan dendam dan PB zaman belas kasihan, tetapi yang seharusnya kita baca adalah pembalasan baik dieksekusi oleh gereja maupun non-gereja, baik itu melalui ciptaan atau dieksekusi oleh Allah sendiri, mau menyampaikan bahwa penghakiman itu sepenuhnya hak Allah dan bukan kita. Dalam Roma 12:19-21, Paulus berkata bahwa janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah. Roma 12 justru mengajarkan kita apa yang diajarkan Yesus, yaitu mengasihi dan mengampuni musuh. Kekuatan untuk mengasihi dan mengampuni musuh kita sesuai dengan seberapa besar kita beriman bahwa Allah yang akan membalas. Kita percaya bahwa Allah melihat dan akan membalas. Nahum, Tuhan Yesus, dan Paulus mengajarkan hal yang sama yaitu pembalasan adalah milik Allah. Jika kita menolak Allah yang menyatakan keadilan-Nya karena membuat kita seakan tidak tenteram, kita juga kehilangan kekuatan untuk mencintai musuh kita.

Kemampuan untuk mengasihi musuh bukanlah satu-satunya tujuan dari aspek Allah yang akan membalas. Jika kita membuang karakter Allah yang membalas, Allah yang kita percaya akan menjadi Allah yang tidak mencintai. Cinta dan kecemburuan tidak mungkin bisa terpisah. Kasih Allah yang begitu besar kepada kita membuat-Nya cemburu besar ketika kita memberikan hati, jiwa, dan pikiran kita kepada allah lain. Allah yang mengasihi adalah Allah yang juga murka terhadap siapa pun yang menjauhkan kita dari Allah. Jika Allah tidak berespons apa-apa ketika hati kita menjauh dari Dia, atau ketika kita melacurkan hati kita kepada dunia, ini hanya berarti Allah tidak lagi mengasihi kita. Jika Allah tidak berespons apa-apa ketika dunia, daging kita, dan Iblis membuat kita makin jauh dari Allah, ini hanya berarti Allah tidak lagi mengasihi kita. Jika Allah bisa melihat kita menderita karena penganiayaan di dunia ini tanpa menghukum kejahatan, ini hanya berarti Allah tidak lagi mengasihi kita. Kasih yang tidak dimengerti dengan kecemburuan dan pembalasan dendam bukanlah ajaran Alkitab. Kasih yang tidak cemburu adalah kasih yang apatis. Keapatisan bukanlah kebaikan ataupun kasih.

Ketika Adam berbuat dosa, relasi manusia dengan Allah menjadi rusak. Setiap dari kita di dalam hati yang terdalam menginginkan pemulihan relasi kita terhadap Allah Bapa yang menciptakan kita. Salah mengerti konsep Allah sebagai Allah yang apatis membuat jiwa kita tidak mungkin bisa mengharapkan suatu pemulihan relasi dengan Allah. Kita tahu bahwa kita ingin Allah mengasihi kita dengan aktif, bukan dengan apatis. Kita juga tahu bahwa kasih Allah yang aktif mengancam kasih kita kepada allah-allah lain. Maka untuk bisa menikmati kasih Allah yang bersifat sangat eksklusif ini, kita harus melepaskan kasih kita kepada allah-allah lain. Kita harus mati terhadap dunia dan terhadap daging (Gal. 2:19-20).

Banyak orang yang tidak sanggup melepaskan allah-allahnya dan memilih mengasihi allah-allah lain dibanding hanya mengasihi Allah. Kita terus mencari cara bagaimana Allah tetap bisa mengasihi kita, sambil kita masih boleh mengasihi dunia. Maka yang pertama kali kita lakukan adalah mengubah konsep Allah yang Alkitabiah. Mari kita akui, bahwa penolakan kita terhadap konsep Allah yang bisa membalas dendam dan menegakkan keadilan tidak dalam rangka untuk mempertahankan suatu konsep Allah yang sejati. Motivasi kita yang terdalam adalah untuk menghidupi kekristenan yang secara tersembunyi, menghidupi kehidupan yang juga mengasihi dunia yang membenci dan menolak Allah yang sejati. Kita menjadi orang Kristen yang mengabdi kepada dua tuan. 

Menjadi Kristen berarti menjadi pengikut Kristus, menjadi bagian dari gereja yang adalah mempelai Kristus yang dipersiapkan untuk suatu pernikahan (Why. 19:7). Kristus memiliki kasih yang cemburu terhadap orang-orang yang ditebus-Nya. Dia menjadi manusia, memperjuangkan hidup yang sempurna, dan meskipun Ia sadar malu yang harus ditanggung-Nya begitu besar, Ia tetap menanggungnya sampai mati di kayu salib. Semuanya ini Ia lakukan untuk memperoleh sukacita besar yang dinantikan-Nya, yaitu mendapatkan kembali mempelai-Nya (Ibr. 12:2). Kasih-Nya terhadap mempelai-Nya yang besar inilah yang memampukan Dia untuk bahkan menanggung penolakan dan keterpisahan dengan Allah Bapa (Mrk. 15:34). Kristus melakukan ini semua untuk memperoleh mempelai yang tidak bercacat dan tidak bernoda (2Ptr. 3:14). Bagaimana mungkin kita berani mencoba untuk memancing kecemburuan dan memancing pembalasan dendam akan cinta yang seperti ini? Dalam kasih antarjenis dari seorang pria kepada seorang wanita saja ketika terjadi kecemburuan bisa mendatangkan tragedi besar, apalagi kasih yang tertinggi, yaitu kasih Allah kepada manusia.

Kurang dari satu abad sebelum Nahum, Yesaya sudah mencatat kehendak Allah untuk memurnikan kembali orang pilihan-Nya. Allah memurnikan segala hati yang sudah menyembah allah-allah lain dengan mendatangkan Asyur untuk menghukum dan menjajah bangsa Yehuda. Namun, Asyur terlampau kejam. Asyur menghina nama Allah (2Raj. 18:19-35) dan memaksa Yehuda untuk menyembah allah-allah Asyur. Di awal kitab ini, Nahum mendeklarasikan akhir dari penderitaan Yehuda akibat Asyur. Allah berintensi untuk membalaskan segala kekejaman yang dilakukan Asyur. Nahum menunjukkan hal yang sama juga seperti Yesaya 1:24 bahwa tujuan dari ditulisnya Kitab Nahum adalah menyesuaikan tujuan dari segala sesuatu, yakni kemuliaan hanya bagi Allah. Nama Nahum sesuai dengan kehidupannya, yaitu memberi ketenangan bagi Allah.

Sering kali kita membaca Alkitab dan berfokus kepada diri, seakan-akan segala sesuatu ditulis untuk diri kita pribadi atau untuk umat manusia. Fokus utama dari Alkitab adalah Allah dipermuliakan. Maka alasan utama misi dan penginjilan bukanlah menyelamatkan manusia dari neraka. Alasan utama kita untuk meninggalkan segala sesuatu bagi orang lain mengenal Kristus adalah kemuliaan bagi Allah. Tujuan yang paling akhir dari menyelamatkan manusia berdosa di dunia ini adalah segala yang diam di atas bumi, semua bangsa dan suku, bahasa dan kaum akan memuliakan Kristus (Why. 14:6). Pada akhirnya, dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan,” bagi kemuliaan Allah Bapa (Flp. 2:10-11). Alkitab memanggil kita supaya kita menghidupi hidup yang menyembah secara sukarela dengan kondisi bersih dari dosa dan juga mengasihi Kristus.

Nahum tidak sedang memberikan ketenangan bagi Yehuda saja, tetapi fokus utamanya adalah untuk memberi ketenangan bagi Allah. Nahum mengutip Yesaya 1:24 untuk mengingatkan kita betapa seriusnya Allah melihat dosa. Dan juga menguatkan konsep betapa besarnya kasih Allah bagi umat-Nya. Kasih Allah yang begitu besar sekaligus kebencian-Nya terhadap dosa membuat dosa dalam diri kita suatu jurang yang dalam yang memisahkan keinginan terdalam Allah terhadap kita. Alkitab bercerita tentang rencana Allah akan penebusan umat-Nya dan bagaimana Allah tetap bisa mengasihi dan bersatu dengan manusia yang sudah tenggelam dalam dosa (1Yoh. 4:10). Kitab Nahum berfokus pada salah satu bagian dari cerita tersebut, yaitu murka Allah terhadap siapa pun yang telah menarik hati kekasih-Nya jauh dari Allah. Nahum menunjuk kepada suatu hari ketika murka Allah terhadap semua musuh-Nya telah selesai. Di hari itu, janji Allah akan terpenuhi. “Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya” (Yes. 36:25-27).

Hanshen Jordan
Pemuda FIRES