Kubur Kosong

Kuasa Kebangkitan Kristus

Kematian Kristus memberikan sukacita dalam pengampunan. Kebangkitan Kristus memberikan sukacita dalam pengharapan. Kedatangan Kristus kedua kalinya memberikan sukacita dalam kemuliaan. Peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus, merupakan titik tolak yang mengubah sejarah manusia. Kedatangan Kristus kedua kalinya akan mengakhiri kehidupan sejarah sekaligus mengawali kehidupan kekekalan.

Peristiwa kematian dan kebangkitan Kristus merupakan dua peristiwa yang sulit dilepaskan satu dengan yang lain. Tanpa kematian, tidak ada kebangkitan; tanpa kebangkitan, kematian menghancurkan harapan. Kuasa apakah yang bekerja di dalam kedua peristiwa ini? Kuasa ini bersumber dari Tuhan Yesus sendiri. Tuhan Yesus berkata, ‘I have authority to lay it [my life] down, and I have authority to take it up again.’ (John 10:18) Kuasa yang bekerja membawa kebangkitan juga merupakan kuasa yang membawa kematian pada diri Anak Allah. Sekalipun demikian, peristiwa kebangkitan merupakan manifestasi kuasa dari ketiga pribadi Allah Tritunggal secara bersama-sama. Allah Bapa dan Allah Roh Kudus turut bekerja dalam peristiwa kebangkitan Allah Anak. Ayat-ayat berikut menyatakan demikian: Efesus 1:20, Kisah Para Rasul 5:30, 1 Petrus 3:18, dan Roma 8:11.

Bagaimanakah kita dapat mengerti seberapa besarnya kuasa Allah? Di dalam ayat pertama Alkitab, Kejadian 1:1, kita membaca Tuhan menciptakan langit dan bumi. Kuasa Allah menciptakan dunia ini yang “sebelumnya” tidak ada, dari yang tidak ada menjadi ada ~ creatio ex nihilo. Alkitab menyatakan bahwa ini merupakan buah karya ketiga pribadi Allah Tritunggal. Dalam penciptaan, Allah Bapa bekerja, Allah Anak bekerja, dan Allah Roh Kudus juga bekerja. Sinergi kuasa Allah Tritunggal dalam peristiwa penciptaan langit dan bumi merupakan manifestasi kemahakuasaan Allah.

Siapakah yang mengerti akan kemahakuasaan Allah? Bagaimana dengan Abraham, Bapa orang beriman? Dalam kehidupannya, Abraham pernah diperintahkan oleh Tuhan untuk mempersembahkan Ishak, anak tunggal yang dikasihinya. Ini merupakan suatu ujian iman bagi Abraham dan dicatat di Alkitab bahwa dia berhasil. Rahasia keberhasilan Abraham adalah [iman] kebergantungan total kepada Allah yang Mahakuasa. Kemahakuasaan Allah pertama-tama dimengerti Abraham ketika ia menerima Ishak, anak perjanjian melalui rahim Sara yang telah mati. Ini adalah kuasa creatio ex nihilo. Kemahakuasaan Allah kemudian dimengerti Abraham ketika ia mempersembahkan Ishak. Ibrani 11:19 menjelaskan bahwa Ia ‘menerima’ kembali Ishak melalui kuasa ‘kebangkitan’ Tuhan Allah. Kemahakuasaan Allah diimani dan diamini oleh Abraham.

Peristiwa kebangkitan Yesus Kristus adalah peristiwa yang hanya sekali terjadi sebagaimana peristiwa kematian-Nya hanya sekali dikerjakan untuk penghapusan dosa (1 Petrus 3:18). Kuasa ini merestorasi kembali relasi manusia dengan Tuhan yang diwakili oleh pribadi kedua Allah Tritunggal yang inkarnasi dengan Allah Bapa. Dosa harus ditanggung oleh Yesus Kristus melalui kematian secara natur manusia-Nya. Dosa yang membuahkan kematian kekal bagi manusia ditanggung oleh Kristus yang harus mengalami keterpisahan sementara di atas salib dengan Bapa. Sedemikian besar penyataan kasih yang Allah Bapa dan Allah Anak kerjakan di dalam pengorbanan yang dikerjakan di atas kayu salib.

Di dalam penciptaan, Allah Tritunggal memanifestasikan kuasa-Nya secara eksternal. Di dalam kebangkitan Kristus, kuasa ini dimanifestasikan bukan hanya secara eksternal tetapi juga internal. Secara eksternal karena kebangkitan-Nya di dalam tubuh, secara internal karena propisiasi (pemuasan murka Allah atas dosa) diselesaikan. Kristus yang menjadi manusia rela mengalami keterpisahan di dalam penyaliban-Nya. Kristus yang sama bangkit dari kematian dan kembali kepada sisi Bapa di sorga. Tubuh Kristus yang dipecahkan dan darah yang dicurahkan menjadi persembahan yang berkenan kepada Bapa. Dia dipermuliakan dengan menempati posisi sebelah kanan Allah Bapa. Penerimaan Yesus Kristus oleh Allah Bapa menjadi jaminan bagi orang yang percaya, yang juga akan mengalami kebangkitan yang serupa dengan kebangkitan Kristus. Sesungguhnya lebih mudah bagi Tuhan Allah untuk menciptakan kembali langit dan bumi yang baru dengan memusnahkan yang lama yang telah tercemar oleh dosa. Tapi Tuhan memilih menebus dengan menghancurkan kuasa dosa disertai pengorbanan yang jauh terlalu besar yang manusia sendiri dapat tanggung. Dalam hal inilah kuasa penebusan melalui kematian dan kebangkitan Kristus melampaui kuasa apapun.

Pada saat kematian-Nya, Tuhan Yesus bisa saja bangkit tepat sedetik setelahnya untuk mempermalukan orang-orang yang melawan-Nya. Tuhan Yesus diolok-olok pada saat penyaliban berlangsung. Tetapi sekalipun Yesus Kristus tidak pernah ‘lepas’ dari keberadaan-Nya sebagai Tuhan, Dia tidak menghiraukan cemoohan itu. Seperti pada peristiwa permintaan ibu-Nya untuk show off kuasa-Nya di perjamuan Kana, ditegur (Yoh. 2), usulan saudara-saudara-Nya untuk pergi ke Yerusalem supaya terkenal, dibuang (Yoh. 7), kehendak orang banyak yang dikenyangkan oleh roti dan ikan serta ingin menjadikan Dia raja, juga dilemparnya jauh-jauh (Yoh. 6). Dia tidak datang untuk melayani sinful will of sinners melainkan holy will of The Holy One.

Tuhan Yesus sejak awal pelayanan-Nya sudah menyatakan bahwa tiga harilah lamanya Dia ‘dibangunkan’.  “Destroy this temple, and in three days I will raise it up.” (John 2:19) Bukan orang berdosa yang boleh menantang Tuhan, tapi Tuhan sendirilah yang memberikan tantangan. Bait Allah di Yerusalem dibangun selama 46 tahun, tetapi Bait Allah yang sejati dibangkitkan dalam 3 hari. Ketika genap waktu-Nya, tak ada satu pun yang dapat menghalangi Kuasa Kebangkitan-Nya.

Kebangkitan-Nya, dinyatakan di Alkitab, merupakan kebangkitan sulung. Ini adalah buah awal yang akan disusul oleh kebangkitan-kebangkitan serupa oleh orang yang percaya kepada-Nya pada hari akhir nanti. Kebangkitan Kristus merupakan kebangkitan tubuh. Kuasa kebangkitan tubuh menjadi pengharapan bagi manusia berdosa yang selama di dunia ini harus berjerih lelah melawan kuasa kedagingan di dalam tubuh yang lama. Akan tiba saatnya di mana tubuh yang lama ini akan ditanggalkan dan tubuh kebangkitan yang baru dikenakan sebagaimana halnya di dalam tubuh kebangkitan Kristus, Anak Domba Allah yang disembelih. Kuasa Roh Kudus yang memberikan kekuatan di dalam kebangkitan tubuh juga merupakan kuasa yang sama, yang bekerja di dalam diri orang percaya untuk melawan dosa dan nafsu dagingnya. Dosa tidak lagi menjadi tuan semenjak kuasanya, yaitu kematian, dikalahkan Yesus Kristus dengan kuasa kebangkitan-Nya. Berbahagialah orang yang berbagian di dalam Kuasa Kematian dan Kebangkitan Kristus.

Bukankah kuasa yang demikian, yang membangkitkan orang yang sudah mati, adalah kuasa yang sangat menakjubkan? Pasti. Maka kebangkitan Kristus juga menggemparkan Yerusalem, tetapi Tuhan membiarkan orang-orang yang melawan-Nya tidak melihat kebangkitan-Nya. “Akan tiba saatnya di mana orang-orang yang menikam-Nya akan melihat tubuh kebangkitan-Nya, tetapi masa itu akan tiba hanya ketika Dia datang dengan awan-awan.” (Wahyu 1:7) Siapakah orang-orang yang kepadanya Tuhan secara berulang kali menampakkan diri-Nya? Bukan orang hebat, bukan orang pintar, bukan orang pemberani. Kepada yang lemah, yang bodoh, Tuhan berkenan menampakkan diri-Nya. Salib, lambang kebodohan, tapi saliblah yang Tuhan pakai sebagai fokus di dalam pemberitaan akan Injil-Nya. Sabarkah kita menanggung penderitaan dan mengalami kematian sampai tiba waktunya di mana kuasa kebangkitan Tuhan dinyatakan dalam diri kita? Ketika berita kematian dan kebangkitan Kristus dinyatakan, apakah kuasa itu telah terlebih dahulu bekerja di dalam diri kita yang dahulu mati di dalam dosa dan pelanggaran? Kristus bangkit supaya yang mati dan bangkit dengan-Nya boleh dibangkitkan menjadi saksi hidup Injil-Nya. Sadarkah kita akan itu? Marilah kita yang sudah dibangkitan Kristus dari kematian dosa menjalankan makna kebangkitan itu, menjadi saksi Tuhan, menjadi wakil Tuhan menyatakan Injil kebenaran Tuhan sampai ke ujung dunia. Thy will be done, Lord Jesus, my Savior!

But you will receive power when the Holy Spirit has come upon you;

and you shall be My witnesses both in Jerusalem, and in all Judea and Samaria,

and even to the remotest part of the earth.

 ~ Acts 1:8 ~

Audy Santoso

Pemuda GRII Singapura