Pemberitaan Kematian

Pada hari Minggu terakhir sebelum Yesus mati di atas kayu salib, Yesus masuk ke Yerusalem menunggangi seekor keledai. Ini suatu peristiwa yang sangat penting di mana banyak orang mengelu-elukan dan berteriak “Hosana” kepada Juruselamat yang datang. Di artikel ini kita akan membahas satu rantai perjalanan Yesus sebelum Dia dan murid-murid-Nya sampai di Yerusalem. Kita akan sama-sama mempelajari bagian ini khususnya tentang pernyataan atau prediksi Tuhan Yesus akan kematian-Nya. Mari kita lihat beberapa teks Alkitab: Markus 8:27-33, Markus 9:30-32 dan Markus 10:32-34.

Kemudian Yesus beserta murid-murid-Nya berangkat ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi. Di tengah jalan Ia bertanya kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: “Kata orang, siapakah Aku ini?” Jawab mereka: “Ada yang mengatakan: Yohanes Pembaptis, ada juga yang mengatakan: Elia, ada pula yang mengatakan: seorang dari para nabi.” Ia bertanya kepada mereka: “Tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?” Maka jawab Petrus: “Engkau adalah Mesias!” Lalu Yesus melarang mereka dengan keras supaya jangan memberi tahukan kepada siapa pun tentang Dia. Kemudian mulailah Yesus mengajarkan kepada mereka, bahwa Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari. Hal ini dikatakan-Nya dengan terus terang. Tetapi Petrus menarik Yesus ke samping dan menegor Dia. Maka berpalinglah Yesus dan sambil memandang murid-murid-Nya Ia memarahi Petrus, kata-Nya: “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Mrk. 8:27-33)

Yesus dan murid-murid-Nya berangkat dari situ dan melewati Galilea, dan Yesus tidak mau hal itu diketahui orang; sebab Ia sedang mengajar murid-murid-Nya. Ia berkata kepada mereka: “Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia, dan mereka akan membunuh Dia, dan tiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkit.” Mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya. (Mrk. 9:30-32)

Yesus dan murid-murid-Nya sedang dalam perjalanan ke Yerusalem dan Yesus berjalan di depan. Murid-murid merasa cemas dan juga orang-orang yang mengikuti Dia dari belakang merasa takut. Sekali lagi Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan Ia mulai mengatakan kepada mereka apa yang akan terjadi atas diri-Nya, kata-Nya: “Sekarang kita pergi ke Yerusalem dan Anak Manusia akan diserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, dan mereka akan menjatuhi Dia hukuman mati. Dan mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit.” (Mrk. 10:32-34)

Sebelum Yesus memasuki Yerusalem, Dia dan murid-murid-Nya berjalan dari Betsaida (Mrk. 8:22) ke kampung-kampung di sekitar Kaisarea Filipi (Mrk. 8:27), ke daerah Galilea (Mrk. 9:30), ke Kapernaum (Mrk. 9:33), dalam “perjalanan ke Yerusalem” (Mrk. 10:32), lalu tiba di Yerikho (Mrk. 10:46), berada “dekat Yerusalem” (Mrk. 11:1) dan akhirnya sampai ke Yerusalem (Mrk. 11:11).

Dalam perjalanan ini, Yesus memberitahukan apa yang akan terjadi pada-Nya sebanyak tiga kali! Kalau satu hal dinyatakan di Alkitab, berarti hal itu penting adanya. Kalau dinyatakan dua kali, berarti sangat penting. Kalau dinyatakan sampai tiga kali atau bahkan lebih, berarti berita dan hal tersebut harus kita perhatikan dengan sangat saksama. Tiga kali Yesus menyatakan tentang kematian-Nya. Apa sih signifikansinya?

Pemberitahuan Pertama
Pada zaman itu, orang Israel termasuk Petrus mempunyai gagasan bahwa Sang Mesias akan memimpin suatu pemberontakan besar-besaran untuk membebaskan dan merestorasi bangsa Israel. (Penjelasan lebih lengkap dapat dibaca dalam artikel berjudul “What Did You Expect?” pada Buletin PILLAR Juli 2014) Inilah pengertian Petrus ketika dia mengatakan, “Engkau adalah Mesias” (Mrk. 8:29).

Mari kita membayangkan apabila kita berada di posisi Petrus. Kita sudah memiliki satu harapan (expectation) tentang Mesias yang perkasa, dan kita mengetahui bahwa Yesus adalah Mesias. Lalu Yesus berkata, “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dan ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat, lalu dibunuh dan bangkit sesudah tiga hari.” Apa  yang akan menjadi respons kita?

Di sini harapan Petrus dan murid-murid lainnya dan kenyataan yang Tuhan Yesus beritakan berbeda 180 derajat! Mereka mengharapkan Mesias yang akan datang seperti layaknya Musa yang membebaskan orang Israel dari tanah Mesir atau Daud yang memperluas dan mengukuhkan kerajaan Israel. Secara sederhana, gagasan bahwa Yesus akan mati itu merupakan suatu hal yang tidak pantas. Mereka tidak ingin Yesus mati. Di perikop sebelumnya ditulis ada mujizat yang Tuhan Yesus kerjakan: menyembuhkan orang buta di Betsaida. Bukankah itu menjadi tanda bahwa Yesus adalah orang yang lebih daripada manusia? Mengapa Dia harus mati? Mengapa?

Sering kali apa yang kita pikirkan dan apa yang kita inginkan dalam hidup berbeda dengan rencana Tuhan. Kita sering memiliki banyak rencana, tetapi kerap kali itu tidak menjadi kenyataan. Kita sering kecewa kalau ada hal yang kita sangat inginkan, tetapi tidak kesampaian. Inilah yang Petrus dan murid-murid lainnya rasakan pada saat itu. Yang dikatakan Yesus berbeda total dengan pengertian dia tentang apa yang “seharusnya” Yesus lakukan! Dan terlebih lagi, inilah manusia berdosa: kita tidak mau ikut maunya Tuhan, tetapi kita memaksa Tuhan ikut maunya kita. Inilah yang dilakukan Petrus. Dia menarik Yesus ke samping dan menegur Dia!

Mari kita berhenti sejenak: kita mungkin melihat Petrus kurang ajar dan tidak sopan karena menegur Tuhan. Tetapi mungkin sekali, inilah yang kita kerjakan setiap hari. Tuhan memiliki rencana, bahkan rancangan yang terbaik (Pkh. 3:11) untuk hidup kita, dan banyak yang harus kita kerjakan. Tetapi mungkin kita mengatakan ke Tuhan, “Bukankah harusnya seperti ini atau seperti itu? Tuhan mungkin Engkau salah!” Berapa banyak dalam hidup kita, malah kita menyalahkan Tuhan? Berapa banyak kita sudah melupakan posisi kita di hadapan Tuhan dan terlebih lagi, mungkin menegur Tuhan melalui tingkah laku kita? Mari kita renungkan lagi. Kita semua berdosa, kita mau lepas dari Tuhan, kita mau mengatur hidup kita sendiri.

Yesus berkata, “Enyahlah Iblis, sebab engkau bukan memikirkan apa yang dipikirkan Allah, melainkan apa yang dipikirkan manusia.” (Mrk. 8:33) Saat masih kecil, penulis sangat menyukai kalimat Yesus ini. Kalimat ini sering kali dipakai dalam pembicaraan sehari-hari sebagai “lelucon”, tetapi ketika terus direnungkan, kalimat Tuhan Yesus di sini sangatlah dalam. Ketika Petrus menegur, Yesus langsung menegur balik dengan keras dan perkataan yang dipakai tidak tanggung-tanggung: Iblis. Inilah yang dilakukan Iblis, selalu tidak “memikirkan apa yang dipikirkan Allah” tetapi terus menentang Allah. Kata “setan” sendiri berarti “penentang”, dengan maksud yaitu malaikat yang menentang kehendak Allah. Tuhan Yesus mengajarkan kita untuk berdoa “Datanglah kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga” (Mat. 6:10). Mari kita belajar untuk mencari muka Tuhan setiap harinya, serta memiliki hati yang lembut, yang mau mendengar dan menaati suara Tuhan.

PertamaKeduaKetiga
Anak manusia akan:Anak manusia akan:Pergi ke Yerusalem, Anak Manusia akan:
Menanggung banyak penderitaanDiserahkan ke dalam tangan manusiaDiserahkan kepada imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat
Ditolak oleh tua-tua, imam-imam kepala, dan ahli-ahli Taurat  
DibunuhMereka akan membunuh DiaMereka akan menjatuhi Dia hukuman mati
Mereka akan menyerahkan Dia kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah
Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah, dan dibunuh
Bangkit sesudah tiga hariTiga hari sesudah Ia dibunuh Ia akan bangkitSesudah tiga hari, Ia akan bangkit

Pemberitahuan Kedua
Ketika kita membandingkan pemberitaan pertama dan kedua (lihat tabel), dapat dilihat bahwa ada banyak hal yang mirip. Ini adalah penegasan dan peringatan sekali lagi akan apa yang akan terjadi. Tetapi dalam pemberitaan ini juga ada satu harapan: bahwa setelah tiga hari, Dia akan bangkit! Hal ini juga dinyatakan Tuhan Yesus pada pemberitaan yang ketiga. Tetapi murid-murid melupakannya. Mereka akan diingatkan sekali lagi melalui perempuan-perempuan yang datang ke kubur Yesus tiga hari setelah Dia mati di atas kayu salib.

“Mengapa kamu mencari Dia yang hidup, di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit. Ingatlah apa yang dikatakan-Nya kepada kamu, ketika Ia masih di Galilea, yaitu bahwa Anak Manusia harus diserahkan ke tangan orang-orang berdosa dan disalibkan, dan akan bangkit pada hari yang ketiga.” Maka teringatlah mereka akan perkataan Yesus itu. (Luk. 24:5b-8)

Kadang kala kita lebih banyak khawatir akan masalah hidup ini. Kita lupa akan janji yang Tuhan sudah nyatakan kepada kita. Kita adalah manusia yang restless, khawatir akan segala hal dalam kehidupan kita. Mari kita belajar untuk bersandar kepada Tuhan, melihat apa kehendak-Nya bagi hidup kita, bagi keluarga kita, bagi orang-orang di sekitar kita.

Kalau pada pemberitaan yang pertama murid-murid yang diwakili oleh Petrus menegur Yesus, maka di pemberitaan kedua ini, “mereka tidak mengerti perkataan itu, namun segan menanyakannya kepada-Nya.” (Mrk. 9:32) Secara kalimat, pernyataan ini begitu sederhana dengan bahasa yang tidak sulit dimengerti: bahkan lebih sederhana dibanding dengan pernyataan yang pertama. Hampir semua murid berlatar belakang nelayan, tetapi bukan berarti mereka tidak mengerti perkataan dalam bahasa tersebut. Mereka tidak mengerti karena konsep yang sedang Yesus nyatakan bertolak belakang dengan seluruh pengertian mereka. Mereka tidak mengerti dan tidak mau menanyakan tentang hal ini.

Hal ini merupakan suatu respons yang dapat dimengerti. Mereka tidak suka dengan pernyataan yang ada dan jika demikian, mengapa mereka harus mengambil inisiatif untuk mengerti lebih lanjut akan hal yang mereka tidak suka dan tidak dapat terima? Kadang kita juga sama seperti murid-murid: segan untuk menanyakan apa yang sebenarnya kita tidak mengerti.

Lebih celakanya lagi, kita tidak mau merenungkan firman Tuhan lebih lanjut karena kita tidak menyukai apa isinya dan merasa akan mendapat lebih banyak “kebingungan” atau “masalah” lebih lanjut. Mari kita sama-sama belajar untuk merindukan firman Tuhan setiap hari. Pemazmur berkata:

“Aku hendak berbicara tentang peringatan-peringatan-Mu di hadapan raja-raja, dan aku tidak akan mendapat malu. Aku hendak bergemar dalam perintah-perintah-Mu yang kucintai itu. Aku menaikkan tanganku kepada perintah-perintah-Mu yang kucintai, dan aku hendak merenungkan ketetapan-ketetapan-Mu. Ingatlah firman yang Kaukatakan kepada hamba-Mu, oleh karena Engkau telah membuat aku berharap. Inilah penghiburanku dalam sengsaraku, bahwa janji-Mu menghidupkan aku. Orang-orang yang kurang ajar sangat mencemoohkan aku, tetapi aku tidak menyimpang dari Taurat-Mu. Aku ingat kepada hukum-hukum-Mu yang dari dahulu kala, ya TUHAN, maka terhiburlah aku. (Mzm. 119:46-52)

Pemberitahuan Ketiga
Pemberitaan ketiga tidak berbeda banyak dengan pemberitaan pertama dan kedua. Tetapi ada satu detil yang kita harus perhatikan: mereka sedang berjalan ke Yerusalem dan Yesus menyatakan bahwa Anak Manusia akan diserahkan di Yerusalem. Ini adalah kali ketiga Yesus menyatakan “berita buruk” ini, berita bahwa akan adanya penderitaan, penghinaan, dan bahkan kematian.

Bagaimana dengan respons murid-murid? Cemas dan merasa takut. This is the real deal! It’s not a joke! It’s happening! We are going there! Kita melihat adanya progression respons murid-murid dari tiga pemberitaan Yesus: di pemberitaan pertama, murid-murid menegur Yesus, di pemberitaan kedua, murid-murid tidak mengerti dan tidak berespons, dan di pemberitaan ketiga, murid-murid takut dan cemas. Di saat yang bersamaan, Yesus yang berjalan di depan! Yesus sangat tenang, tetapi semua murid sangat cemas dan takut. Satu pertanyaan yang berada di benak para murid: mengapa ini harus terjadi? Mengapa harus jalannya seperti ini?

Kita mungkin tidak peduli bahwa Yesus pergi ke Yerusalem. Mungkin kita senang, bahwa Yesus pergi. Dia taat dan Dia akan mengerjakan ini semua, meminum cawan murka Allah sampai habis, untuk menghapus dosa kita! Bukankah ini yang harus dilakukan-Nya? Tetapi murid-murid berbeda. Mereka telah bersama Yesus lebih dari tiga tahun! Mereka mengasihi Guru mereka dan mereka bangga mengenal Yesus. Mereka tidak rela kalau Yesus harus dibunuh, mereka tidak berani juga. Semua murid kecuali Yohanes akan absen ketika Yesus disalib! Mereka tidak habis pikir: mengapa Yesus harus disalibkan?

Inilah tiga pemberitaan Yesus tentang kematian-Nya. Kita akan menutup artikel ini dengan satu sharing dari satu karya musik dari Johann Sebastian Bach. Singkat cerita, Bach merupakan seorang komponis yang moto hidupnya adalah untuk memuliakan Tuhan. Dia mengarang lebih dari 200 cantata, dan setiap cantata berkisar antara 15-20 menit. Cantata yang digubahnya dipentaskan di hari Minggu, di gerejanya. Cantata yang ingin dibagikan adalah Cantata BWV 159 yang dipentaskan pada tanggal 27 Februari 1729, kira-kira sebelum Jumat Agung dan Paskah. Di bagian pertama, bagian bass yang memerankan Yesus berkata bahwa mereka akan pergi ke Yerusalem. Bagian alto yang menggambarkan murid-murid terkesan begitu cemas dan banyak pikiran. Tetapi pada akhir lagu pertama, si alto memiliki satu konklusi akan mengapa Yesus pergi ke Yerusalem:
Ah, jangan pergi!
Salib-Mu sudah dipersiapkan untuk-Mu,
di mana Engkau akan menumpahkan darah sampai pada kematian;
di sini cambuk yang dicari, ada buluh terikat,
ikatan pun menunggu-Mu;
Ah, janganlah Engkau pergi ke sana!
Tetapi jika Engkau tidak pergi,
Aku yang tidak akan pergi ke Yerusalem,
Sesungguhnya aku akan masuk neraka. [1]

Ezra Yoanes Setiasabda Tjung
Pemuda PRII Hong Kong

Endnotes:
[1] Terjemahan bebas:
Ach, gehe nicht!
Dein Kreuz ist dir schon zugericht,
Wo du dich sollst zu Tode bluten;
Hier sucht man Geißeln vor, dort bindt man Ruten;
Die Bande warten dein;
Ach, gehe selber nicht hinein!
Doch bliebest du zurücke stehen,

So müßt ich selbst nicht nach Jerusalem,
Ach, leider in die Hölle gehen.