Apa itu sejarah? Sering kali kita menganggap sejarah hanya sebagai rekam jejak dari peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu. Di dalam kaitan dengan pengertian ini saja, setidaknya kita dapat melihat ada dua cara pandang yang berbeda. Kelompok pertama adalah kelompok yang menganggap sejarah sebagai guru terbaik. Mereka melihat bahwa sejarah bukan hanya sebagai rekam jejak, tetapi di dalam sejarah terkandung pelajaran-pelajaran yang berharga bagi umat manusia. Dengan mempelajari sejarah, kita bisa melihat baik keberhasilan maupun kegagalan manusia. Dari sejarah inilah kita bisa memperoleh hikmat dalam menjalankan kehidupan ini dan yang akan datang. Sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok yang menganggap bahwa masa lalu adalah hal-hal yang sudah berlalu dan tidak lagi relevan dengan zaman ini dan yang akan datang, sehingga mereka berpandangan bahwa mempelajari sejarah adalah hal yang tidak penting.
Vern Poythress, di dalam bukunya Redeeming Our Thinking About History, menyatakan bahwa ada sebagian kelompok orang di dalam budaya Barat saat ini (atau mungkin lebih tepatnya budaya generasi muda saat ini) yang menganut budaya yang membuang sejarah. Mereka menganggap bahwa sesuatu yang baru selalu lebih baik. Kemajuan di dalam teknologi memungkinkan manusia untuk berkarya lebih efektif dan memberikan hal yang lebih baik. Namun hal ini belum tentu menjadikan manusia pribadi yang lebih baik. Apakah dengan kemajuan ini manusia menjadi seorang yang makin murni dan tulus hatinya? Apakah segala kecanggihan teknologi menjadikan manusia terbebas dari dosa mereka? Ketika kita berpikir bahwa kita lebih baik dari orang-orang yang berada di dalam sejarah, maka kita telah menjadi sombong, dan ini adalah salah satu bentuk kemunduran dari keberadaan manusia. Lebih jelas lagi, teknologi dan segala bentuk kemajuan peradaban tidak dapat mengisi kekosongan hati manusia yang telah ditinggalkan oleh Tuhan karena dosa. Segala bentuk kepuasan lahiriah di dalam dunia ini tidak dapat mengisi kekosongan hati manusia berdosa.
Selain itu, manusia modern membuang sejarah yang dianggap kuno karena tidak dapat lagi mendukung tuntutan hidup dan lingkungan sekitar mereka yang memerlukan mereka untuk bergerak cepat atau bahkan instan. Kesabaran dalam menjalani proses adalah hal yang cukup sulit ditemukan di zaman ini. Ketidaksabaran kita dalam belajar menjadikan kita seorang yang tidak mau belajar dari sejarah, karena hal ini dianggap membuang-buang waktu saja. Namun ketidaksabaran ini menjadikan kita orang yang tidak dewasa. Kita bagaikan seorang anak kecil yang ingin cepat dewasa secara fisik tetapi tidak memiliki mentalitas untuk menjadi seorang yang dewasa.
Di sisi yang lain, kita juga melihat adanya kelompok yang begitu menghargai sejarah, tetapi sayangnya kecintaan mereka terhadap sejarah menjadikan mereka terjebak di dalam ide sejarah itu sendiri. Mereka menjadi kelompok yang terus-menerus mengagungkan sejarah tetapi tidak pernah berbuat sesuatu bagi masa ini dan yang akan datang. Mereka menjadi orang yang skeptis terhadap zaman ini, dan yang mereka lakukan hanya membayangkan yang lalu dan tidak pernah bisa berjalan maju ke depan. Semangat ini bagaikan seorang yang sudah tua, yang terus mengingat dan membicarakan masa lalu, tetapi mereka sudah tidak dapat berbuat apa-apa terhadap masa kini. Mereka tidak memiliki motivasi ataupun kekuatan untuk bergerak maju.
Cara pandang yang pertama adalah cara pandang yang sering kali diidentikkan dengan seorang anak muda yang begitu optimistis melihat perkembangan sebuah peradaban. Ia memandang bahwa pengharapan terletak pada peradaban manusia yang makin lama makin maju. Inilah cara pandang yang optimistis terhadap perkembangan sejarah umat manusia. Sedangkan cara pandang yang kedua adalah cara pandang seorang tua yang melihat perkembangan sejarah makin lama makin menurun dan menuju kehancuran. Mereka begitu pesimistis melihat perkembangan peradaban manusia. Di tengah kedua cara pandang ini, bagaimana kita, sebagai orang Kristen, harus memandang pergerakan sejarah ini? Apakah kekristenan memandang pergerakan sejarah ini dengan begitu optimistis atau justru pesimistis?
Allah yang Berkuasa atas Sejarah
Sebelum kita membahas mengenai bagaimana kita memandang pergerakan sejarah, hal yang lebih penting untuk kita mengerti adalah siapa yang menggerakkan sejarah? Orang dunia ini sering kali berpikir bahwa sejarah digerakkan oleh manusia. Ada yang berpandangan bahwa orang-orang yang memiliki kekayaan dan kekuasaan adalah orang-orang yang mampu mengarahkan sejarah sesuai dengan keinginan mereka. Namun kita perlu menyadari bahwa justru sejarah mencatat bagaimana orang-orang seperti ini harus hancur dan gugur di dalam sejarah. Mereka seolah-olah bangkit dan terlihat menguasai sejarah, tetapi pada akhirnya mereka digugurkan oleh sejarah. Ironisnya, ada dari antara orang-orang ini yang tenggelam dan tidak pernah dicatat keberadaannya di dalam sejarah.
Maka kembali kepada pertanyaan, “Siapakah yang menguasai dan mengatur pergerakan sejarah?” Apakah yang mengatur sejarah ini adalah orang-orang besar yang dicatat di dalam sejarah? Orang-orang ini memiliki kontribusi yang begitu agung baik melalui pemikiran, seni, kisah kehidupan, dan lainnya, di dalam sejarah. Bahkan karya-karya mereka dicatat dan menjadi pembelajaran bagi generasi-generasi selanjutnya. Pemikiran atau karya mereka memang bisa memengaruhi sejarah tetapi tetap mereka bukan orang-orang yang menguasai sejarah. Bahkan pemikiran mereka pun menerima banyak bantahan di dalam generasi-generasi selanjutnya, dan tidak sepenuhnya menentukan arah pergerakan dari sejarah. Jadi, siapa atau apa yang mengatur pergerakan sejarah?
Sebagai orang Kristen, kita percaya bahwa Allahlah yang mengatur pergerakan sejarah. Dengan kuasa dan hikmat-Nya, Ia mengatur bahkan secara langsung mengendalikan dan intervensi ke dalam sejarah. Ia adalah Allah yang berkuasa untuk melakukan semua itu. Bukan hanya berkuasa, Ia juga Allah yang berhak menentukan arah dan isi sejarah. Sebagai Sang Pencipta, Ia menetapkan tujuan dan arah dari sejarah karena Ia adalah Allah yang berdaulat. Selain itu, Allah juga adalah Allah yang memelihara dunia ciptaan ini. Segala sesuatu yang terjadi di dalamnya, Ia atur sedemikian rupa untuk menggenapkan rencana kekal-Nya, sehingga setiap peristiwa sejarah bukanlah peristiwa yang terpisah, tetapi peristiwa yang berkesinambungan satu dengan lainnya. Di dalam sejarah, kita bisa melihat ada suatu progresivitas menuju kepada suatu tujuan yang Allah sudah tetapkan.
Maka bagi orang Kristen, sejarah sepenuhnya berada di dalam kedaulatan Allah. Ia yang berkuasa mengatur ke mana sejarah akan bergerak dan bagaimana sejarah itu berjalan. Kita juga percaya bahwa sejarah ini ada karena Allah telah menetapkan tujuan bagi sejarah ini. Sehingga kekristenan memandang sejarah secara optimistis karena kita menaruh iman dan harapan kita kepada Allah yang baik. Dengan kuasa-Nya, Ia mengatur sejarah sedemikian rupa, sehingga apa yang menjadi kehendak-Nya terlaksana secara utuh di dalam sejarah. Di dalam sejarahlah kita dapat melihat karya Allah dinyatakan atau direalisasikan. Oleh karena itu, sejarah bukan sekadar kumpulan peristiwa, tetapi kumpulan peristiwa yang menyatakan pekerjaan Allah di dalam dunia ini untuk menggenapkan rencana-Nya. Di dalam pengertian kekristenan tentang sejarah ini, kita bisa melihat bahwa sejarah adalah wadah di mana Allah menyatakan diri-Nya. Melalui sejarah, Allah menyatakan kehendak-Nya dan menggenapkan rencana-Nya, terutama rencana keselamatan-Nya.
Sejarah adalah Pernyataan Diri Allah
Secara garis besar, kita dapat melihat sejarah umat manusia menurut Alkitab dapat diringkas di dalam empat hal ini, creation – fall – redemption – consummation. Keempat poin ini merupakan titik yang signifikan bagi umat manusia. Titik creation adalah titik di mana sejarah umat manusia dimulai. Ini adalah titik permulaan di mana Allah memulai rencana-Nya di dalam dunia ciptaan. Dengan kata lain, inilah titik permulaan Allah menyatakan diri-Nya. Seharusnya melalui titik penciptaan ini kita sudah mengetahui bahwa kita diciptakan untuk memuliakan Tuhan. Namun terdapat titik sejarah kedua yang berpengaruh signifikan bagi umat manusia. Di dalam titik fall inilah manusia memilih untuk tergoda dan memakan buah pengetahuan baik dan jahat. Sehingga manusia hidup menyimpang dari tugasnya untuk memuliakan Allah. Semenjak titik fall inilah sejarah umat manusia mulai mengalami degradasi dan penurunan menuju kebinasaan. Namun kehadiran Kristus Sang Juruselamat membawa arus yang menyelamatkan sebagian orang untuk menuju kehidupan kekal. Di dalam titik redemption ini, Allah menyatakan karya penebusan-Nya sehingga umat Allah mengalami restorasi, dan melalui sejarah keselamatan ini manusia dibawa kembali kepada arus sejarah yang seharusnya. Namun, setelah redemption inilah arus sejarah manusia jelas dan nyata terbagi dua: arus yang menuju kehidupan kekal dan arus yang menuju kepada kematian kekal. Hingga saatnya nanti pada titik consummation, seluruh sejarah ini akan diakhiri. Lalang dan gandum akan dengan tegas dipisahkan, dan umat Allah akan hidup bersama dengan Allah.
Di dalam sejarah inilah, kita bisa melihat bagaimana Allah berkarya di dalam kehidupan ini untuk menyatakan siapa diri-Nya dan apa yang menjadi kehendak-Nya. Sehingga di dalam Theologi Reformed dikatakan bahwa sejarah adalah wadah bagi hadirnya wahyu Allah, terutama wahyu khusus Allah yang hadir melalui sejarah keselamatan. Maka kita perlu melihat sejarah sebagai catatan di mana hikmat Allah terpancar di dalamnya. Melalui sejarah, kita mengenal siapa Allah.
Penutup
Sebagai orang Kristen, kita harus menjadi orang-orang yang menghargai sejarah karena sejarah adalah guru teragung yang menyatakan hikmat Allah kepada umat-Nya. Kita tidak boleh membuang sejarah karena sejarah adalah identitas yang membentuk kita saat ini. Kita pun perlu mengetahui bahwa pembelajaran dari sejarah bukan untuk membuat kita skeptis terhadap zaman ini, tetapi justru untuk memacu kita lebih maju dan menjadi berkat. Melalui sejarahlah, kita belajar hidup sesuai dengan panggilan kita dan menjadi berkat bagi zaman ini di dalam rencana dan kehendak Allah, khususnya membawa orang-orang yang belum mengenal-Nya untuk kembali kepada Allah.
Simon Lukmana
Pemuda FIRES