Truth

“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” (Yoh. 14 : 6a)

Orang Kristen, dengan membaca sekilas ayat ini, akan merasa memahami betul makna ayat ini. Betapa tidak? Yesuslah yang menyelamatkan kita dan memberi kita hidup, karena Dia adalah Hidup. Yesuslah yang membawa kita kepada Bapa, karena Dia adalah Jalan. Namun, Yesuslah yang ___ , karena Dia adalah Kebenaran. Kata-kata apa yang harus kita isikan ke dalam tempat kosong di kalimat sebelumnya? Bagaimanakah seharusnya kita mengerti Yesus sebagai Kebenaran?

Bagian kosong pada kalimat di atas dapat kita lihat sebagai sebuah lubang yang sudah lama dibiarkan oleh orang Kristen. Yesus yang kita kenal adalah Pemberi Hidup dan Jalan kepada keselamatan. Dan itu juga adalah Yesus yang kita kabarkan kepada orang lain ketika kita memberitakan Injil. Namun apa yang harus kita katakan kepada orang lain mengenai Yesus yang adalah Diri-Nya Kebenaran? Tentu saja, bukan berarti sama sekali tidak ada usaha dari orang Kristen saleh (penerima hidup yang baru dan pengguna jalan keselamatan) untuk menjawab pertanyaan ini. “Yesus adalah Sumber kebenaran.” Ini adalah salah satu usaha terbaik mereka. Ia memang Sumber kebenaran. Tetapi apa maknanya bagi kita jika kita mengamini Ia adalah Sumber kebenaran? “Yaitu Ia tidak berbohong. Apa yang dikatakan-Nya adalah benar.” Ehmmm… Apa yang dikatakan-Nya? “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.” Yah…

Saya percaya Alkitab memberikan kepada kita penjelasan lain yang tidak membawa pembicaraan kita berputar-putar seperti yang terjadi di atas. Mari kita perhatikan beberapa ayat di bawah ini:

  • “Pada mulanya adalah Logos . . . dan Logos itu adalah Allah.” (Yoh. 1:1)
  • “Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan.” (Yoh. 1:3)
  • “. . . di dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang ada di sorga dan yang ada di bumi, yang kelihatan dan yang tidak kelihatan . . .” (Kol. 1:16)
  • “. . . oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta.” (Ibr. 1:2b)

Yesus adalah Firman yang menjadi daging, Firman yang di dalam-Nya dan melalui-Nya segala sesuatu dijadikan. Maka ketika Firman ini berkata, “Akulah Kebenaran” kita harus mengerti bahwa Yesus adalah Kebenaran yang mendasari semua prinsip-prinsip dan dalil-dalil yang terdapat di dunia ciptaan ini. Ia adalah Logos yang menjadi landasan semua logikos-logikos yang dapat dipelajari manusia. Dialah yang menjamin bahwa ilmu yang kita pelajari mempunyai kapasitas untuk benar. Karena itu, Yesus bukanlah Juruselamat yang tidak ada hubungannya dengan biologi, fisika, matematika, musik, sastra, dan semua disiplin yang didasari oleh kebenaran yang sudah tertanam di dalam ciptaan ini. Semua kebenaran yang tertanam ini mengandung bijaksana Kristus, dan inilah yang kita sebut wahyu umum. Namun, setiap disiplin ilmu tersebut bukanlah wahyu umum itu sendiri; mereka hanyalah hasil respon manusia terhadap wahyu umum itu.

Sebelum manusia jatuh ke dalam dosa, wahyu umum itu dapat diinterpretasikan oleh manusia dengan benar dan tanpa kesalahan. Namun, kemampuan ini rusak setelah kejatuhan. Interpretasi manusia terhadap wahyu umum setelah kejatuhan selalu mengandung truth dan heresy, dan seringkali lebih banyak heresy-nya; bahkan kadang-kadang yang ada hanya heresy saja. Inilah alasan mengapa orang Kristen harus berhati-hati dan kritis ketika mempelajari setiap disiplin ilmu, karena ilmu-ilmu yang ada hari ini hanyalah interpretasi manusia berdosa terhadap wahyu umum.

Inilah yang tidak disadari oleh anak-anak Tuhan setiap kali mereka duduk di bangku sekolah dan ruang kuliah mereka. Mereka menganggap semua yang ditulis di dalam buku teks sebagai kebenaran. Sehingga, untuk masalah kerohanian, referensi mereka adalah Alkitab. Untuk disiplin ilmu, buku teks. Maka sebenarnya, mereka mempunyai dua sumber kebenaran. Sikap seperti ini merupakan sikap pengabaian akan fakta kejatuhan manusia di dalam penginterpretasian wahyu umum. Lalu bagaimana kita dapat memastikan apa yang ditulis dalam buku teks itu adalah interpretasi yang benar?

Karena anugerah Allah, salah satu alasan wahyu khusus diberikan kepada manusia adalah untuk menerangi interpretasi mereka terhadap wahyu umum. Ketika manusia ingin memverifikasi interpretasi mereka, mereka harus kembali kepada wahyu khusus, karena wahyu khusus memang mempunyai karakter menyatakan kesalahan (2Tim. 3:16).

Para intelektual Kristen, pengikut kebenaran, bahkan mempunyai tugas yang lebih dari hanya sekedar memverifikasi. Mereka harus melangkah lebih jauh lagi, yaitu sampai pada penaklukan. Seperti yang dituliskan Paulus: “Kami mematahkan setiap siasat orang dan merubuhkan setiap kubu yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah. Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus” (2Kor. 10:5). Jika kita mengamati baik-baik apa yang dituliskan Paulus di sini, kita tidak akan lagi merasa puas ketika sudah menyatakan kesalahan, karena segala pikiran yang tidak ditaklukkan kepada Kristus adalah pikiran ‘yang dibangun oleh keangkuhan manusia untuk menentang pengenalan akan Allah’. Tidak ada posisi yang netral, entah kubu itu takluk di bawah Kristus, atau kubu itu sedang melawan Tuhan. Inilah yang seharusnya membuat orang Kristen tidak boleh hanya bersifat defensif, melindungi kubu sendiri, karena sebelum kubu di luar itu dirubuhkan, mereka akan terus-menerus bersuara melawan Tuhan.

Apa yang dimaksud dengan merubuhkan dan menaklukkannya kepada Kristus? Dengan merubuhkan, yang dimaksudkan adalah dengan terang firman Tuhan menyatakan kesalahan interpretasi yang diberikan dunia. Dengan menaklukkannya kepada Kristus, yang dimaksudkan adalah dengan terang firman Tuhan memberi interpretasi yang benar terhadap wahyu umum.

Mengapa harus menaklukkan mereka hanya kepada Kristus? Karena Kristuslah Kebenaran. Dia tidak hanya Pemberi hidup dan Penyedia jalan, Dia adalah Diri yang memungkinkan sesuatu bisa dikatakan ‘benar’. Ia adalah ‘rahasia Allah’, ‘sebab di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan’ (Kol. 2:3). Karena Dia adalah ‘yang sulung’ dan ‘segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia’ (Kol. 1:15-16), maka segalanya harus ditaklukkan kepada Dia. Inilah panggilan setiap orang Kristen sebagai murid kebenaran, yaitu untuk menaklukkan segala sesuatu di bawah Kristus, Sang Kebenaran.

Di dalam kitab Wahyu, Rasul Yohanes mendapat suatu penglihatan yang sangat spektakuler. Dia melihat sorga terbuka dan Ia yang disebut firman Allah, dengan mengenakan jubah yang sudah tercelup darah, menunggangi seekor kuda putih. Penunggang kuda itu disebut ‘Yang Setia dan Yang Benar’, dan Ia memimpin peperangan, diikuti oleh semua pasukan yang di sorga, semuanya memakai lenan halus yang putih bersih. Ia menghakimi dan berperang dengan adil, dan dari mulut-Nya keluar sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Pada jubah dan paha-Nya tertulis: “Raja segala raja dan Tuan di atas segala tuan” (Why. 19:11-16).

Sadarkah kita bahwa peperangan itu sudah dimulai dan sedang berlangsung sekarang? Sebagai kaum intelektual Kristen, tugas kita adalah ikut berperang di bawah pimpinan Penunggang kuda putih itu di bidang yang sudah Tuhan percayakan kepada kita. Tugas kita adalah berjuang, tetapi bukan secara duniawi, karena senjata kita di dalam perjuangan kita bukanlah senjata duniawi, melainkan senjata yang sanggup meruntuhkan benteng-benteng (2Kor. 10:4). Hanya dengan mengikuti Penunggang kuda putih itu, Dia yang disebut Firman Tuhan itu, kita dapat memenangkan peperangan ini. Hanya ada satu Sumber Kebenaran, yaitu Kristus, yang berkuasa atas segala segi kehidupan manusia, termasuk disiplin ilmu.

Erwan

Redaksi Umum PILLAR